Jakarta, 23 November 2022 – Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (“PT SMI”), Edwin Syahruzad menjadi narasumber pada rangkaian kegiatan Kompas 100 CEO Forum yaitu CEO Live Series. Turut berbicara sebagai narasumber bersama Edwin Syahruzad, hadir pula Sinthya Roesly, Direktur Keuangan PT PLN (Persero) dan A. Salyadi Dariah Saputra, Direktur Strategi, Portfolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero). Acara dibuka dengan Keynote Speech yang diberikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Republik Indonesia, Suharso Manoarfa. Para pembicara memaparkan bagaimana strategi perusahaan yang merupakan perpanjangan tangan Pemerintah sebagai Badan Usaha Milik Negara melakukan pengembangan Ekonomi Hijau di Indonesia serta urgensi Program Keberlanjutan (Sustainability) pada masing-masing perusahaan. Kegiatan CEO Live
Series ini diselenggarakan di Hotel Westin, Jakarta, Rabu, (23/11).
Direktur Utama PT SMI, Edwin Syahruzad pada sesi diskusi bersama dengan narasumber dan moderator Kompas CEO Live Series, menyampaikan bahwa “Energi hijau merupakan investasi masa depan. Tantangannya adalah nilai investasi yang tidak murah. Diperlukan analisa yang kuat dari sisi investor yang
akan berinvestasi pada sektor ini. Tentunya kita juga harus mempertimbangkan sumber pembiayaan yang tersedia serta proyek yang paling memungkinkan untuk segera mencapai transisi ekonomi hijau.”
PT SMI sebagai Special Mission Vehicle Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang memiliki mandat untuk menjadi katalis pembangunan nasional juga berperan aktif dalam mengembangkan ekonomi hijau di Indonesia melalui pembiayaan inovatif untuk proyek-proyek pembangunan yang berkategori hijau sesuai dengan taksonomi yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Sejak tahun 2015, PT SMI telah mendirikan Divisi Pembiayaan Berkelanjutan yang turut mengadopsi prinsip-prinsip Environmental, Social, and Governance (“ESG”) dalam setiap pembiayaan yang diberikan sekaligus diterapkan pada seluruh kegiatan operasional perusahaan.
Pada perhelatan G20 yang lalu, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan telah meluncurkan Energy Transition Mechanism (“ETM”). ETM merupakan sebuah mekanisme transisi dari penggunaan batu bara sebagai sumber energi ke energi baru terbarukan, dengan tujuan untuk mencapai target pemerintah dalam pengendalian emisi gas rumah kaca menjadi sebesar 31.89% dengan usaha sendiri di tahun 2030, dan 43,20% dengan dukungann internasional serta pencapaian emisi nol bersih pada 2060. Hal ini tertuang dalam Enhanced Nationally Determined Contribution yang merupakan turunan dari kesepakatan Paris. Salah satu sektor yang dapat berkontribusi langsung dalam penurunan emisi gas rumah kaca ini adalah sektor energi dimana sektor ini menggunakan batu bara sebagai sumber energi, yang memiliki dampak emisi karbon cukup tinggi. Sehingga diperlukan kolaborasi para pemangku kepentingan untuk bersama melakukan transisi energi ini pada berbagai sektor kerjasama baik sosial, lingkungan, teknologi, hingga pembiayaan.
Pada momen itu PT SMI secara resmi ditunjuk sebagai Indonesia ETM Country Platform Manager. Sebagai pengelola, PT SMI memiliki mandat dan kewenangan untuk berkolaborasi dengan berbagai institusi dan para pemangku kepentingan untuk menyusun kerangka pembiayaan dan investasi program ETM. Rencananya, skema pembiayaan dan investasi untuk ETM akan dirancang oleh PT SMI melalui skema blended finance atau pendanaan campuran baik yang berasal dari kombinasi dana pemerintah Indonesia melalui skema spesifik, dana multilateral, dan dana komersial yang berasal baik melalui pinjaman maupun instrumen pasar modal.
Penunjukan PT SMI ini juga didukung oleh para mitra internasonal. Pada waktu yang sama, peluncuranIndonesia ETM Country Platform juga diikuti dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) dengan para mitra internasional PT SMI. Dukungan yang diperoleh membuat PT SMI dapat berkolaborasi untuk memobilisasi dana hibah, philanthropies, bilateral maupun dana multilateral dalam rangka mempercepat transisi energi Indonesia.