Category Archives: Hasil Bumi

PTPN Group Dorong Pengembangan Talenta BUMN Untuk Perkuat Kompetensi SDM Perkebunan

Jakarta – Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) melalui anak perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan sumber daya manusia (human capital) yaitu PT LPP Agro Nusantara terus mencetak talenta BUMN di sektor industri perkebunan.  Program pengembangan talenta di PTPN Group sangat penting dilakukan dalam rangka penguatan SDM yang handal dan siap berkompetisi di kancah global.

Di tengah pandemi Covid-19 dan juga sejalan dengan teknologi yang terus berkembang pesat membawa PT LPP Agro Nusantara lebih proaktif dalam memanfaatkan Internet of Things (IoT), Big Data, dan Artificial Inteligence (AI) sebagai upaya dalam meningkatkan produktivitas, efisiensi, maupun pendapatan.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) M. Abdul Ghani menjelaskan kehadiran teknologi otomasi ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi PTPN Group dalam mendukung strategi quick win Holding Perkebunan Nusantara seperti Operational Excellence, Restrukturisasi Organisasi dan SDM, Restrukturisasi PTPN Group kepada kreditur, Divestasi asset serta Optimalisasi asset dan Kemitraan.

Menurut Ghani, program talenta di PTPN Group harus terus menerus dilakukan dengan melihat tantangan ke depan guna mempersiapkan SDM PTPN Group yang siap berkompetisi tidak hanya di dalam negeri tetapi di kancah global.  Program pengembangan talenta yang dilakukan oleh PT LPP Agro Nusantara mencakup level new entry hingga top management antara lain mulai dari program on boarding calon karyawan, pelatihan back to basic untuk on-farm dan off-farm, penguatan kultur planters bagi millenial, membangun budaya AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif), leadership journey (Plantation Leadership Development), serta Plantation Executive Development Program untuk mempersiapkan calon BOD (Board of Directors).

“Program pengembangan talenta tersebut dilakukan secara daring (online) melalui aplikasi learning berbasis mobile yaitu AGRONOW yang dikembangkan oleh PT LPP Agro Nusantara sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran yang dapat menjangkau seluruh SDM di PTPN Group secara realtime.  Dengan adanya aplikasi ini, jarak dan waktu bukan merupakan hambatan bagi insan perkebunan untuk dapat terus berkembang dan meningkatkan kompetensinya”, ujar Ghani.

Direktur SDM Holding Perkebunana Nusantara PTPN III (Pesero) Wing Antariksa menjelaskan tugas utama LPP, khususnya dalam hal pengembangan Human Capital PTPN Group dan bagi Industri Perkebunan pada umumnya melalui kegiatan utama learning, consulting, coaching, assessment, dan certification.   Dalam rangka meningkatkan perannya, PT LPP Agro Nusantara telah bertransformasi, salah satunya menjadi organisasi yang terbuka untuk berdiskusi, menerima masukan secara langsung, ataupun berkolaborasi.

Kontribusi LPP

Direktur LPP Agro Nusantara Triaji Prio Pratomo menambahkan LPP Agro Nusantara telah berkontribusi dalam memberikan solusi bisnis berupa kajian bisnis, manajemen dan teknis, seperti kajian kelayakan pendirian pabrik gula di Jawa dan Maluku serta pabrik sawit di Sumatera.  Sebagai anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara yang bergerak di bidang konsultasi, LPP Agro Nusantara telah membantu PTPN Group dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) serta anak perusahaannya salah satunya dalam merekrut dan menyeleksi calon karyawan dan pejabat dalam rangka memenuhi kebutuhan talenta organisasi yang bekerjasama dengan Asosisasi Lembaga Pendidikan Tinggi Sawit Indonesia (ALPENSI) yang telah merekrut mahasiswa mulai tahun 2019 hingga sekarang.

PT LPP Agro Nusantara juga me-launching Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Human Capital yang dilaksanakan pada 11 September 2020 dan dihadiri oleh Deputi Bidang SDM Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN Dr. Alex Denni.  Untuk tahap awal, LSP Human Capital, melayani sertifikasi untuk staf SDM, dan selanjutnya menyusul sertifikasi kompetensi Manager SDM.  Sebelum launching LSP SDM ini, LPP Agro Nusantara sebelumnya sudah memiliki LSP untuk sertifikasi kompetensi jabatan di industri Kelapa Sawit.

###

Mengenai Holding Perkebunan Nusantara:

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha agro bisnis, terutama komoditas kelapa sawit dan karet. Perseroan didirikan pada 11 Maret 1996 berdasarkan hukum pendirian merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996. Pemerintah kemudian mengubah pengelolaan bisnis BUMN Perkebunan dengan menunjuk Perseroan sebagai induk dari seluruh BUMN Perkebunan di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2014 tanggal 17 September 2014. Sebagai perusahaan induk (holding company) BUMN di sektor perkebunan, Perseroan saat ini menjadi pemegang saham mayoritas 13 perusahaan perkebunan yakni PTPN I sampai dengan PTPN XIV, perusahaan di bidang pemasaran produk perkebunan yaitu PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN), perusahaan di bidang riset dan pengembangan komoditas perkebunan yaitu PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN) dan perusahaan di bidang pengembangan Human Capital  yaitu PT LPP Agro Nusantara.

Saat ini Perseroan secara konsolidasian merupakan salah satu perusahaan perkebunan terbesar di dunia berdasarkan total lahan konsesi perkebunan. Produk komoditas Perseroan mencakup komoditas anak perusahaan cukup terdiversifikasi antara lain kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi, tembakau dan kakao, serta produk hilirnya masing-masing. Berdasarkan data per 30 Juni 2020, areal tanaman PTPN III (Persero) dan Anak Perusahaan didominasi oleh tanaman kelapa sawit seluas 552.888 ha, tanaman karet seluas 154.737 ha, teh 30.279 ha serta areal tebu sendiri seluas 53.946 ha. Perseroan saat ini tengah melakukan upaya-upaya transformasi bisnis baik di sektor budidaya tanaman perkebunan (on farm), pengolahan tanaman perkebunan (off farm) serta unit-unit pendukungnya guna meningkatkan kinerja maupun produktivitas dan efisiensi bisnis.

Keterangan Lebih Lanjut:

Imelda Alini

Corporate Secretary

Holding Perkebunan Nusantara

PT Perkebunan Nusantara III (Persero)

Telp: +6221 29183300

Emailsekretariat@holding-perkebunan.com

KAO, APICAL, Dan ASIAN AGRI Bekerja Sama Memberdayakan Petani Melalui Program SMILE

Jakarta – Tiga perusahaan terkemuka dalam industri kelapa sawit – Kao, Apical Grup, dan Asian Agri – meluncurkan inisiatif baru di bidang keberlanjutan, dikenal dengan SMILE atau SMallholder Inclusion for Better Livelihood & Empowerement untuk membantu petani swadaya dalam meningkatkan produktivitas, memperoleh sertifikasi internasional, dan mendapatkan premi dari penjualan minyak sawit yang bersertifikat.

Peluncuran SMILE hari ini melalui siaran langsung webinar berjudul ‘SMILE to Empower Smallholders’ yang tayang di CNN – kanal media utama yang fokus pada pengembangan petani kecil dan bekerja sama dengan RSPO. Terdapat 500 peserta webinar yang berasalah dari undangan Asian Agri, Kao, dan Apical. Panel pembicara eksekutif dari berbagai organisasi juga diundang untuk berbagi pengetahuan terkait petani kecil dan masalah yang dihadapi saat ini.

Presiden dari Apical Grup, Dato’ Yeo How menjelaskan, “Inisiatif yang akan berlangsung selama 11 tahun ini berupaya untuk membangun rantai pasok yang ramah lingkungan melalui kerja sama dengan petani swadaya yang telah berkontribusi lebih dari 28% minyak sawit dari keseluruhan pasar minyak sawit Indonesia. SMILE akan melaksanakan aktivitas sesuai dengan kerangka kerja RSPO dan memastikan ketertelusuran hingga ke perkebunan kelapa sawit untuk membangun rantai pasok yang ramah secara lingkungan dan sosial.”

Managing Executive Officer Kao Corporation Negoro Masakazu berkata, “Kao menggunakan sekitar lima ratus ribu (500.000) ton minyak inti sawit per tahun, jumlah ini menyerap sekitar 7% dari minyak inti sawit yang diproduksi di Indonesia dan Malaysia. Untuk memenuhi tanggung jawab kami sebagai salah satu konsumen besar minyak sawit dan untuk membantu menyelesaikan masalah terkait industri minyak sawit di Indonesia, Kao telah meluncurkan proyek SMILE bersama Apical dan Asian Agri. Melalui peningkatan hasil petani swadaya dan pencapaian sertifikasi RSPO, kami yakin ini dapat mengarah pada tidak adanya eksploitasi untuk perkebunan baru, membantu mencegah kerusakan lingkungan dan meningkatkan mata pencaharian petani swadaya. Kami berharap pabrik Jepang lainnya juga akan meningkatkan upaya tersebut, selangkah demi selangkah. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang melakukan aktivitas semacam ini, kami dapat bergerak mantap untuk mengatasi tantangan ini ”.

Chief Operating Officer RSPO, Bakhtiar Talhah menambahkan, “Kami berterima kasih kepada anggota kami dan mitra pelaksana seperti Kao, Apical dan Asian Agri karena telah membantu petani mencapai sertifikasi RSPO melalui peningkatan kapasitas, praktik perkebunan terbaik, atau pembelian kredit RSPO. Melalui semangat dan tanggung jawab bersama, kami mengundang lebih banyak perusahaan untuk memperjuangkan standar petani swadaya RSPO yang baru untuk meningkatkan keterlibatan petani dalam agenda keberlanjutan untuk meningkatkan mata pencaharian mereka dan memberikan akses yang lebih luas ke pasar internasional.”

Webinar ini berlangsung selama 2 jam dengan dialog yang dihadiri oleh perwakilan dari asosiasi petani (H. Sutoyo, Ketua Asosiasi Anugrah) dan Setara Jambi (Nurbaya Zulhakim, Direktur).

Tentang Kao:

Kao menciptakan produk bernilai tinggi yang memperkaya kehidupan konsumen di seluruh dunia. Melalui portfolio lebih dari 20 merek terkemuka seperti Attack, Bioré, Goldwell, Jergens, John Frieda, Kanebo, Laurier, Merries and Molton Brown, Kao merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di Asia, Oceania, Amerika Utara dan Eropa.

Bersama dengan divisi kimianya yang berkontribusi di berbagai industri, Kao menghasilkan sekitar 1.500 juta Yen dalam penjualan tahunan. Kao mempekerjakan sekitar 33.000 orang di dunia dan telah memiliki 130 tahun sejarah dalam inovasi.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi webiste Kao: https://www.kao.com/global/en/

Kao Group dan Insiatif ESG:

Menyadari tanggung jawabnya sebagai perusahaan yang menyediakan produk kebutuhan sehari-hari, Kao Group mengambil langkah aktif untuk mengurangi dampak lingkungan di sepanjang siklus hidup produknya. Kao Group telah menerima evaluasi dari berbagai organisasi eksternal seperti “Dow Jones Sustainability World Index” (DJSI World) – yang dikembangkan oleh S &P Dow Jones di Amerika Serikat dan Robeco SAM di Swiss, sebuah organisasi yang memilih perusahaan dengan perfoma keberlanjutan terbaik. Pada April 2019, Kao meluncurkan Kirei Lifestyle Plan, sebagai strategi ESG, yang mengabungkan 19 tindakan kempemimpinan. Dengan mengintegrasikan ESG ke dalam inti manajemen di perusahaan, Kao mendorong pertumbuhan bisnis dan melayani konsumen serta masyarakat dengan lebih baik melalui peningkatan layanan dan produk. Proyek khusus ini merupakan bagian dari Responsibly Sourced Raw Materials Action, salah satu dari 19 tindakan kepemimpinan utama Kirei Lifestyle Plan.

Terkait dengan minyak kelapa sawit yang merupakan kategori bahan baku dengan dampak lingkungan terbesar di siklus kehidupan produk, Kao mengembangkan panduan pembelian minyak kelapa sawit yang berkelanjutan. Selain menunjukkan dukungan untuk nol-deforestasi, Kao juga mempromosikan pembelian berkelanjutan yang mempertimbangkan isu etika dan menerapkan keterlacakan yang efektif. Sejak tahun 2007, Kao merupakan anggota RSPO dan telah menyelesaikan akuisisi sertifikasi SCCS untuk seluruh pabrik Kao di tahun 2018. Kao juga menjadi salah satu direktur dari Japan Network for Sustainable Palm Oil (JaSPON) yang didirikan pada tahun 2019.

Pada program SMILE, Kao juga akan memberikan bimbingan teknis tentang cara menggunakan produk secara efektif bersama dengan Apical dan Asian Agri. Kao berkolaborasi bersama LSM dan NPOs lokal untuk melaksanakan survei melalui kuesioner dan analisis mengenai efektivitas bantuan yang diberikan dalam meningkatkan produktivitas dan lingkungan kerja petani, serta area lain yang perlu ditingkatkan lebih lanjut.

■ Kao > Sustainability > Responsibly Sourced Raw Materials https://www.kao.com/global/en/sustainability/topics-you-care-about/procurement/

■ Kao launches new ESG Strategy “Kirei Lifestyle Plan” to support consumer lifestyle changes https://www.kao.com/global/en/news/sustainability/2019/20190422-001/

Tentang Apical:

Apical Group adalah salah satu pengekspor minyak sawit terbesar di Indonesia, yang memiliki dan mengendalikan spektrum rantai bisnis minyak sawit dari sumber hingga distribusi. Apical juga terlibat dalam proses pemurnian, pemrosesan, dan perdagangan minyak sawit baik untuk pasar domestik maupun ekspor internasional. Kegiatan operasionalnya berlokasi di Indonesia, China, dan Spanyol yang mencakup 5 kilang, 3 pabrik biodiesel, pabrik kimia oleo, dan pabrik penghancur kernel.

Bisnis Apical dibangun dari jaringan sumber yang luas di Indonesia dengan aset kilang yang terintegrasi di lokasi-lokasi strategis. Hal ini diperkuat oleh saluran logistik yang efisien didukung oleh infrastruktur Apical untuk pengiriman ke berbagai klien dari pembeli lokal hingga internasional. Dengan model bisnisnya yang unik, Apical mampu mengontrol kualitas produk dan mengatasi masalah keberlanjutan serta keamanan pangan selagi menjalankan kegiatan operasional yang efisien di kilang kelas dunia dengan fasilitas penyimpanan dan bulking terintegrasi.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi website Apical: https://www.apicalgroup.com/

Kebijakan Keberlanjutan Apical Group:

Sejak peluncuran kebijakan keberlanjutan Apical di tahun 2014, Apical telah mencetak kemajuan pada perjalanan transformasinya dengan mengadopsi standar global dan praktik terbaik dalam kegiatan operasional, anak perusahaan, dan kemitraan dengan pemasok.

Sejak tahun 2010, Kilang Apical telah disertifikasi oleh International Sustainability and Carbon Certification (ISCC). Apical merupakan anggota dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sejak tahun 2010. Apical juga telah mencapai penelusuran penuh ke pabrik di tahun 2015 dan menargetkan penelusuran penuh ke perkebunan di tahun 2020.

Apical Group secara aktif mempromosikan perlindungan kawasan dengan Nilai Konservasi Tinggi (HVC), area Stok Karbon Tinggi (HCS), lahan gambut, dan menuju perkembangan sosial ekonomi yang positif. Apical Group bekerja sama dengan Earthworm Foundation, Proforest, dan Daemeter untuk mengintegrasikan transformasi rantai pasok, memastikan sumber yang bertanggungjawab, dan meningkatkan rantai pasok yang bekelanjutan. Sejak 2017, Apical telah menjadi mitra dari Tropical Forest Alliance 2020 (TFA 2020), sebuah lembaga kemitraan publik-swasta yang mempertemukan pemerintah, sektor privat, dan organisasi masyarakat sipil untuk mengurangi deforestasi yang diasosiasikan dengan sumber komoditas seperti minyak sawit, daging, kedelai, pulp, dan kertas.

Apical berkomitmen untuk pada sumber dan pengelolaan yang berkelanjutan sebagai dasar fundamental dari bisnisnya dalam menghasilkan produk bernilai tinggi untuk permintaan pasar global saat ini.

Tentang Asian Agri:

Asian Agri adalah salah satu produsen minyak sawit terbesar di Indonesia. Didirikan pada 1979, perusahaan saat ini mengelola 100.000 hektar lahan perkebunan inti dan mempekerjakan lebih dari 25.000 orang. Sebagai pelopor program Perkebunan Inti Rakyat (PIR-Trans) yang digagas Pemerintah Indonesia, Asian Agri saat ini bekerja sama dengan 30.000 petani plasma di Riau dan Jambi yang mengelola 60.000 hektar perkebunan kelapa sawit petani plasma, dan bersama dengan petani swadaya mengelola lebih dari 41.000 hektar untuk meningkatkan kehidupan para petani.

Menerapkan kebijakan “tanpa bakar” yang ketat sejak 1994 dan praktik terbaik dalam pengelolaan perkebunan berkelanjutan, Asian Agri telah membantu mitra petaninya meningkatkan produktivitas, hasil panen, dan mengawasi rantai pasokan, sambil membantu mereka memperoleh sertifikasi. Asian Agri juga mengoperasikan pabrik berteknologi tinggi dan memanfaatkan energi secara efisien dan optimal, yang juga meminimalkan efek dari emisi gas rumah kaca.

Asian Agri (PT Inti Indosawit Subur) adalah anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) sejak 2006. Lebih dari 86% perkebunan yang dimilikinya di Provinsi Sumatera Utara, Riau dan Jambi, dan 100% perkebunan petani plasma mitra di Riau and Jambi telah bersertifikat RSPO. Semua perkebunan yang dimiliki perusahaan maupun milik petani plasma mitra Asian Agri telah bersertifikat ISCC (International Sustainability & Carbon Certification) sejak 2014. Pada tahun 2019, perusahaan juga mendapatkan sertifikasi 100% ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).

Kegiatan operasional perusahaan juga bersertifikasi ISO 14001, sedangkan Learning Institute dan Pusat Pembibitan Asian Agri di Riau, Indonesia, keduanya bersertifikat ISO 9001. Laboratorium Asian Agri di Pusat Penelitian dan Pengembangan di Tebing Tinggi diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional di bawah ILAC Mutual Recognition Arrangement (ILAC MRA).

Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi website Asian Agri: https://www.asianagri.com/en/

Pertanyaan media dapat disampaikan kepada:

Corporate Communications
Kao Corporation
Tel:+81-3-3660-7043

Asian Agri
Tel: +62 8119206645

Apical GroupTel: +62 8111741888
Atau melalui email ke ask@smile2030.com

BPPT bersama Perum BULOG Hilirisasikan Sago Mee, Mie Instan Sagu Pertama di Indonesia

Jakarta – BPPT hadirkan inovasi teknologi pangan olahan sagu berupa mie, dengan nama Sago Mee. Inovasi ini memberdayakan sumberdaya pangan lokal tanaman sagu yang melimpah, untuk diolah agar dapat memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan di Indonesia.

 

Kepala BPPT Hammam Riza mengungkapkan Sago Mee adalah implementasi dan hilirisasi dari teknologi yang dikembangkan oleh BPPT, khususnya dibidang pangan. Dimana setiap inovasi teknologi yang dikembangkan, diharapkan dapat memberikan kemanfaatan bagi masyarakat Indonesia.

 

“Luas lahan sagu Indonesia sebesar 5,43 Juta Ha merupakan yang terbesar di dunia. Kemudian konsumsi mie instan kita juga mencapai 12,6 miliar bungkus per tahun, hanya kalah dari Tiongkok. Dari dua potensi ini lah BPPT menghadirkan Sago Mee untuk memberikan nilai tambah dari komoditas sagu,” terang Hammam dalam acara Pekan Sagu Nasional 2020 yang digelar di Kemenko Perekonomian, Selasa (20/10).

 

Dirinya menambahkan mie instan yang beredar saat ini masih menggunakan terigu gandum impor, data tahun 2019 impor terigu gandum sebesar 11,3 juta ton.

 

“Sago Mee yang berbahan baku dari sagu ini dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku mie. Inovasi pangan ini juga turut menghela pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya daerah penghasil sagu, seperti Papua dan Papua Barat,” ujarnya.

 

Kepala BPPT mengapresiasi peran pemerintah dan industri dalam hilirisasi teknologi. Inovasi Sago Mee hasil perekayasa di BPPT dialih teknologikan kepada PT Bangka Asindo Agri untuk diperbanyak dalam skala industri. Kemudian, bekerjasama dengan Perum Bulog untuk melakukan hilirisasi kepada masyarakat untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia.

 

“Sago Mee merupakan wujud nyata dari ekosistem inovasi, bersama-sama dengan seluruh stakeholders mengawal inovasi teknologi, yang memberikan nilai tambah suatu komoditas, sampai kepada masyarakat,” kata Hammam.

 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan Bulog berperan sebagai promotor dan fasilitator produk Sago Mee beserta olahan sagu lainnya untuk mendukung program diversifikasi pangan demi terwujudnya ketahanan pangan di Indonesia.

 

“Dengan kekuatan pada jaringan hilir yang dikuasai Bulog, diperkuat jaringan penjualan penugasan PSO, serta jaringan komersial, akan mempermudah kami dalam melakukan penyebaran Sago Mee ke seluruh Indonesia,” terangnya

 

Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi kerjasama yang terjalin antara BPPT, Perum Bulog, dan Industri dalam menghadirkan inovasi Sago Mee, Dirinya berpesan untuk melanjutkan program pangan sehat lainnya, khususnya sagu untuk mendukung program ketahanan pangan nasional.

 

“Komoditas sagu sudah dimasukkan dalam RPJMN 2020-2024. Pemerintah memandang sagu sebagai bagian yang penting dan strategis bagi ketahanan pangan nasional, terutama menghadapi krisis pangan yang diprediksi oleh FAO,” terang Menteri Agus.

 

Dalam rangka komitmen penguatan pangan sagu pada acara Pekan Sagu Nasional ini, juga dilakukan penandatanganan MoU antara Bulog dengan BPPT mengenai komitmen pengembangan dan penerapan teknologi untuk pengelolaan pangan lokal.

 

Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini adalah bersama-sama melakukan pengembangan, dan penerapan teknologi, yang meliputi namun tidak terbatas pada :

  1. Pengelolaan Agribisnis dan Agro Industri berbasis sumberdaya pangan lokal, secara efektif, efisien dan berkelanjutan dalam kerangka Sustainable Agribusiness Project;
  2. Pencanangan dan pengembangan ekosistem model klaster pangan mandiri berbasis sumberdaya pangan lokal;
  3. Pengelolaan sumberdaya pangan lokal dan diversifikasi produk turunannya;
  4. Rancang bangun industri tepung yang berasal dari sumberdaya pangan lokal dan produk turunannya; dan
  5. Sosialisasi, edukasi dan promosi pangan lokal serta produk turunannya.

 

Sago Mee, Mie Instan Sehat Dari Sagu.

Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Soni S. Wirawan dalam konferensi persnya menjelaskan Sago Mee merupakan mie instan berbahan sagu pertama di Indonesia dengan empat varian rasa, yakni  goreng, ayam bawang, kari, dan laksa bangka.

 

Soni menjelaskan Sago Mee Sago Mee merupakan mie instan bebas gluten (gluten free). Makanan sehat dan baik untuk dikonsumsi bagi penderita diabetes, orang-orang yang diet gluten, dan orang-orang lanjut usia.

 

“Sago Mee ini memiliki indeks glikemik rendah, sehingga baik untuk penderita diabetes. Hebatnya, mie sagu ini memberikan efek kenyang, tanpa membuat gemuk. Cocok untuk yang diet,” terangnya.

 

Dari sisi karbohidrat, sagu ternyata memiliki kandungan karbohidrat sangat tinggi. Sedangkan terigu kaya akan gizi lainnya seperti protein, lemak dan sifat yang dapat mengembang. Sementara dari sisi keawetan, jika disimpan dengan kadar air sama, mie sagu akan lebih tahan lama dibanding mie terigu.

 

Tidak seperti yang diyakini masyarakat selama ini bahwa jika terlalu banyak mengkonsumsi mie akan berbahaya bagi usus, mie sagu ini sama sekali tidak berbahaya bagi usus. Kandungannya yang hanya terdiri dari karbohidrat, menjadikan mie sagu tidak memiliki efek negatif bagi usus.

 

“Bahan Sago Mee yang merupakan pati sagu ini diketahui mengandung resistant starch yang bertahan lama di usus dan bermanfaat bagi mikroba di usus. Bahkan bisa menjadi probiotik bagi usus, sehingga dapat melancarkan pencernaan,” jelas Soni.

Di Kala Pandemi, Industri Pengolahan Kakao Sumbang Ekspor USD 549 Juta

Jakarta – Di tengah imbas pandemi Covid-19, industri pengolahan kakao mampu memberikan kontribusi signfikan terhadap devisa. Hal ini tercemin dari capaian nilai ekspor produk kakao olahan sebesar USD549 juta pada Januari – Juni 2020 atau meningkat sebesar 5,13% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Dari produksi industri pengolahan kakao, sebanyak 80% hasilnya ditujukan untuk pasar ekspor. Pada tahun 2019, produk kakao olahan menyumbang nilai ekspor lebih dari USD1,01 miliar,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Peresmian Pasuruan Cocoa Technical Centre Mondelez International yang dilakukan secara virtual, Rabu (7/10).

Menperin menyebutkan, saat ini industri pengolahan kakao telah mampu memproduksi beragam varian, seperti cocoa liquorcocoa cakecocoa butter dan cocoa powder. Produk kakao olahan yang utama diekspor adalah produk cocoa butter yang tersebar ke negara tujuan utama ekspor seperti Amerika Serikat, Belanda, India, Estonia, Jerman dan China.

“Artinya, industri pengolahan kakao kita telah berorientasi ekspor. Untuk itu, kita perlu terus memacu kinerja dan pengembangannya agar bisa semakin kompetitif di kancah global. Kami juga berupaya memperluas akses pasar bagi produk olahan kakao, serta mendorong inovasi melalui pemanfaatan teknologi dan kegiatan riset,” paparnya.

Agus optimistis, industri pengolahan kakao di tanah air bisa berkembang baik karena didukung potensi Indonesia sebagai pengolah biji kakao nomor tiga di dunia dengan total kapasitas terpasang mencapai 800 ribu ton per tahun dari 13 perusahaan. “Industri pengolahan kakao Indonesia berada di peringkat ke-3 terbesar di dunia setelah Belanda dan Pantai Gading,” ungkapnya.

Potensi lainnya, menurut laporan International Cocoa Organization (ICCO) tahun 2018/2019, produksi biji kakao Indonesia sebesar 220 ribu ton. Capaian ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-6 sebagai negara produsen biji kakao terbesar di dunia setelah Pantai Gading, Ghana, Equador, Nigeria dan Kamerun.

Dengan karakteristik biji kakao asal Indonesia yang memiliki titik leleh tinggi dan kaya kandungan lemak, industri pengolahan kakao dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi dari segi rasa, aroma, bahkan manfaat kesehatan. “Untuk itu, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas bahan baku secara intensif, antara lain lewat pendampingan dari para ahli budidaya kakao,” ujar Menperin.

Karena itu, Kemenperin menyambut baik dengan didirikannya Cocoa Technical Centre oleh Mondelez International di Pasuruan, Jawa Timur dengan luas 5 hektar dan nilai investasi mencapai USD13 juta. “Kami juga memberikan apresiasi bahwa sejak tahun 2013 PT Mondelez telah berperan aktif melalui program cocoa life yang telah memberdayakan lebih dari 43.000 petani kakao di 4 provinsi (8 kabupaten) di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas kakao,” imbuhnya.

Menperin berharap, kehadiran Cocoa Technical Centre Mondelez Internasional yang ke–12 di dunia ini dapat dijadikan momentum untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi pertanian kakao yang inovatif, efektif dan ramah lingkungan sehingga produktivitas dan kualitias kakao Indonesia meningkat.

“Sebagai salah satu perusahaan pengguna kakao terbesar dunia, tentunya kepedulian terhadap keberlangsungan tanaman kakao manjadi hal yang utama untuk menciptakan sektor kakao yang tangguh, berdaya saing dan berkelanjutan,” ujar Menperin.

Executive Vice President dan President Asia, Middle East and Africa Mondelēz International Maurizio Brusadelli mengungkapkan, keberlanjutan pasokan kakao merupakan kunci pertumbuhan jangka panjang bagi Mondelēz International di kawasan Asia serta di seluruh dunia

“Kakao merupakan bahan utama cokelat yang permintaannya terus meningkat, Mondelez International bertekad untuk dapat memenuhi permintaan konsumen tersebut dengan cara yang tepat, yaitu dengan berkontribusi menciptakan sektor kakao yang berkelanjutan”, ungkapnya.

Ia menambahkan, para konsumen juga makin memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap produk makanan yang dikonsumsi. “Masyarakat menginginkan makanan kecil yang lezat dan rasa nyaman mengonsumsinya dengan mengetahui dari mana bahan bakunya diperoleh dan diproduksi dengan cara yang berdampak lebih baik pada lingkungan dan komunitas,” pungkas Maurizio.