Category Archives: Industri

Komit Capai Net Zero Emission, PLN dan PTBA Jajaki Kemungkinan Pensiun Dini PLTU Pelabuhan Ratu

Nusa Dua, 19 Oktober 2022 – PT PLN (Persero) berkomitmen untuk melakukan early retirement atau pensiun dini terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Komitmen ini tercermin melalui kerja sama antara PLN dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang sepakat menjajaki kemungkinan pengakhiran lebih awal salah satu PLTU, yakni PLTU Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.

Penandatanganan Principal Framework Agreement (PFA) yang merupakan sinergi BUMN tersebut diselenggarakan dalam rangkaian agenda Stated-Owned Enterprises (SOE) International Conference di Bali pada Selasa (18/10).

Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN Hartanto Wibowo mengatakan, PLN sudah menyiapkan peta jalan pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

“Total kapasitas PLTU yang akan dipensiunkan 6,7 GW sampai 2040, terdiri dari 3,2 GW dipensiunkan secara natural dan 3,5 GW dipensiunkan dini mengikuti kondisi,” kata Hartanto pada acara tersebut.

Hartanto mengungkapkan, ada tiga opsi skema pensiun dini yang dipertimbangkan PLN untuk membiayai pensiun dini PLTU, pertama adalah write off from PLN’s book, spin off with blended financing dan IPP refinancing.

“Dalam kerja sama dengan PTBA ini, kemungkinan proses pensiun dini PLTU akan dilakukan melalui skema spin off with blended financing dengan komitmen mempersingkat masa pengoperasian PLTU menjadi 15 tahun dari yang sebelumnya 24 tahun,” ungkapnya.

Selain itu Hartanto juga menegaskan bahwa dengan blended financing ini diharapkan akan didapatkan pendanaan dengan bunga yang lebih murah, sehingga dapat mempercepat penghentian operasi PLTU batu bara.

“Di sisi lain, melalui spin off ini PTBA dapat mengoptimalkan penggunaan batu bara dari tambang miliknya,” imbuhnya.

Selain pensiun dini, PLN juga akan mengoperasikan PLTU dengan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) sebesar 19 GW. Inisiatif lainnya seperti biomass co-firing di beberapa PLTU juga akan dilakukan untuk mencegah emisi di masa mendatang.

“Tak hanya mempensiunkan PLTU eksisting, sesuai peta jalan menuju NZE 2060, PLN juga tidak akan melakukan pembangunan PLTU, kecuali penyelesaian pembangunan saat ini yang sudah dalam tahap konstruksi,” paparnya.

Pada roadmap PLN, percepatan pensiun dini PLTU sebesar 3,5 GW dapat dilakukan sebelum 2040, untuk PLTU dengan teknologi subcritical. Percepatan pensiun tersebut dapat dilakukan ketika kapasitas EBT pengganti sudah beroperasi, sehingga tidak menyebabkan peningkatan beban keuangan yang memberatkan pemerintah, dan adanya bantuan pendanaan dari komunitas internasional.

Sementara itu, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menyampaikan komitmen untuk mendukung kebijakan Pemerintah yang mendorong pensiun dini PLTU dalam rangka transisi menuju energi bersih. PTBA sangat peduli dengan isu perubahan iklim dan siap berkontribusi agar target Net Zero Emission pada 2060 dapat tercapai.

“Kerja sama dengan PLN dalam melakukan early retirement PLTU sejalan dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan. Kami berharap agar target-target penurunan emisi karbon dapat tercapai dan ketahanan energi tetap terjaga,” tegasnya.

Managing Director Investment Banking Mandiri Sekuritas Harold Ciptajaya mengungkapkan, banyak cara untuk menunjang pensiun dini PLTU salah satunya adalah dengan spin off seperti yang dilakukan PLN dan PTBA.

“Maksud kami mempertimbangkan banyak cara bagaimana menuju ke sana dan salah satunya adalah seperti yang disebutkan yaitu spin off,” tuturnya.

Harold mengungkapkan, penandatanganan kerja sama antara PLN dan PTBA dalam menjajaki kemungkinan pensiun dini PLTU merupakan momen bersejarah, dan menandai dimulainya mekanisme transisi energi atau Energy Transition Mechanism (ETM).

“Penandatangan kerja sama ini menandai PLN dan PTBA sama-sama berkolaborasi untuk memastikan transisi energi di Indonesia terealisasi,” imbuhnya.

Waskita Berkomitmen pada Implementasi ESG dan Pengembangan Proyek Energi Baru Terbarukan Melalui Anak Usahanya

Bali, 18 Oktober 2022. PT Waskita Karya (Persero) Tbk (Kode Saham: WSKT) melalui anak perusahaannya, yaitu PT Waskita Karya Infrastruktur (WKI), beserta PT Royal Maha Consult dan PT Indo Energi Masa Depan melaksanakan Penandatanganan MoU (Memorandum of Understanding) untuk bekerja sama dengan strategis partner Reposttren Holdings PTE LTd Singapura atas Proyek 2000 MW Floating Photovoltaic Plant Cilamaya Indonesia. Penandatanganan ini dilaksanakan bertepatan dengan pelaksanaan SOE International Conference atau Road to G20 Summit from Trade Invesment and Industry Working Group I (TIIWG) di Bali. Kegiatan ini merupakan penegasan komitmen BUMN Indonesia dalam mendukung dan menerapkan transisi energi serta menjalankan prinsip keberlangsungan energi untuk masa depan serta upaya untuk menstabilkan perekonomian.

President Director WKI Oktarina Kartifa Ayu memaparkan bahwa proyek ini akan dibangun di Daerah Cilamaya kabupaten Karawang yang nantinya mampu memproduksi green energy sebesar 4000 GWh pertahun untuk mengurangi emisi karbon hingga 3,2 juta CO2/tahun. Proyek ini dijadwalkan mencapai kesepakatan PPA pada tahun 2023, pengerjaan konstruksi pada 2023 – 2025 dan ditargetkan COD pada akhir tahun 2025. Di mana nantinya WKI akan berperan sebagai mitra investasi. Sedangkan Waskita Karya akan menjadi Kontraktor pembangunannya. Proyek ini turut mendukung komitmen pemerintah RI dalam Perjanjian Paris pada tahun 2015 tentang Perubahan iklim yaitu dengan cara mengurangi emisi karbon.

“Kami optimis proyek ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat di Indonesia, khususnya di bidang energi baru terbarukan.” ungkap Oktarina.

Oktarina menambahkan “MoU ini juga merupakan salah satu bentuk akselerasi percepatan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk penyediaan tenaga listrik sesuai yang diamanatkan dalam perpress no. 112 tahun 2022 guna mengejar target bauran energi nasional sebesar 23% pada 2025 dan sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi hingga 29% pada 2030 yang merupakan upaya menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan”. PT Waskita Karya Infrastruktur sendiri merupakan salah satu anak perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang bergerak di bidang investasi infrastruktur dan energi seperti pengoperasian hydropower plant, water infrastructure, fabrikasi rangka baja dan manajemen alat berat sedangkan Reposttren merupakan salah satu pengembang dan fasilitator investasi proyek infrastruktur untuk membantu pembangunan yang berkelanjutan. Reposttren mengembangkan seluruh siklus proyek infrastruktur energi terbarukan (matahari, angin, air dsb) dari awal proyek hingga konstruksi.

Hadir dalam proses penandatanganan yaitu dari PT Waskita Karya Infrastruktur, Oktarina Kartifa Ayu – President Director dan Adi Sutrisno – Director of Business & Strategy, Reposttren Holding Pte. Ltd oleh Faisel Irshad dan Nurmayr Enam selaku Direktur. Royal Maha Consult oleh Joachim Alfred Heinz-Georg Walter Pinne selaku Direktur. Sedangkan, dan dari pihak Inerman diwakili oleh Ir. Krisman Simorangkir selaku Direktur Utama. Prosesi penandatanganan ini disaksikan
langsung oleh President Director PT Waskita Karya (Persero) Tbk Destiawan Soewardjono

Sambangi Tokyo, Waskita Karya Jalin Kerja Sama dengan 2 Raksasa Konstruksi dan Energi Jepang

Tokyo, 16 Oktober 2022. PT Waskita Karya (Persero) Tbk (Kode Saham: WSKT) melalui Komisaris Independen Muradi, Direktur Utama Destiawan Soewardjono, Direktur Operasi III Warjo beserta Direksi Anak Perusahaan, menjalin kesepakatan kerja sama pengembangan bisnis pembangkit energi terbarukan dengan dua perusahaan konstruksi dan energi terbesar di Jepang, Kajima Corporation dan J. Power.

Destiawan dalam kunjungan kerjanya di Tokyo menjelaskan bahwa studi banding yang dilakukan delegasi Waskita Karya ini berkesempatan untuk meninjau beberapa lokasi Proyek Kajima di Jepang yang relevan dan sedang berlangsung. “Selain meninjau proyek, Waskita bersama Kajima juga bersepakat melakukan sharing knowledge dan riset bersama yang dimulai dengan kunjungan ke Kajima Technical Research Institute di Tokyo. Kajima juga membuka kesempatan untuk berkolaborasi dalam pengembangan ilmu keteknikan di Indonesia. Selain itu, Waskita Karya dengan Kajima dan J. Power juga bersepakat untuk mengembangkan bisnis pembangkit energi terbarukan di Indonesia” terang Destiawan.

Pada kesempatan yang sama, delegasi Waskita Karya juga melakukan pertemuan dengan Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Jepang, Heri Akhmadi di Wisma Duta KBRI Tokyo. Heri dalam arahannya memberikan dukungan penuh penguatan kerja sama Waskita Karya dengan kontraktor Jepang, khususnya sinergi bisnis dan riset di dunia konstruksi. “Pentingnya dilakukan kerjasama dengan Kontraktor Jepang, yaitu Kajima dan TOA oleh Waskita. Hal ini untuk mendukung kompetensi engineer kita dalam peningkatan mutu pekerjaan yang merujuk pada standar pelaksanaan di Jepang,” ungkap Heri.

Heri menjelaskan bahwa potensi turunan dari energi terbarukan cukup banyak dan dibutuhkan di Jepang seperti Amonia; hidrogen cair serta smelther untuk nikel. Sehingga diharapkan Waskita Karya dapat terus mendorong dan menggali peluang kerjasama dengan perusahaan di Jepang yang tidak terbatas hanya di bidang teknis konstruksi saja, namun termasuk tentang pembiayaan infrastruktur. “Beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) seperti Ibukota Negara (IKN) diperlukan sinergi antara Kontraktor Jepang dan Kontraktor Indonesia. Untuk itu, kerjasama ini sangat diharapkan berjalan dengan baik khususnya pada pekerjaaan di IKN,” tambah Heri.

Heri memaparkan bahwa dalam mendukung hal tersebut kebutuhan untuk kolaborasi riset antara Waskita, Kajima serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga perlu dilakukan untuk peningatan kompetensi dan memaksimalkan potensi lokal yang mendukung pembangunan. “Saya mendorong adanya joint research antara Waskita Karya, perusahaan Jepang beserta akademisi di Indonesia. Perlu dilakukan kolaborasi terintegrasi yaitu menggali peluang bisnis melalui strategic partneship, serta penguatan kapasitas riset dan innovation melalui joint research bersama Kajima, Waskita, dan BRIN,” jelas Heri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sinergi BUMN Dukung Penyediaan Gas dari Energi Terbarukan untuk Industri

Bali – Upaya untuk percepatan peningkatan kontribusi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional kian serius dilakukan oleh BUMN. Salah satu caranya ialah mendorong pemanfaatan Compressed Biomethane bagi sektor industri di tanah air. Hal ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama hulu ke hilir penyediaan Compressed Biomethane antara Pertamina NRE (PNRE), Subholding Gas Pertamina melalui afiliasinya, Pertagas Niaga, serta PT Perkebunan Nusantara III (Persero) (PTPN III) dalam acara State-owned Enterprises International Conference di Bali, Selasa (18/10).

Penandatangan dilakukan oleh CEO Pertamina NRE, Dannif Danusaputro, Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani, dan President Director PT Pertaga Niaga, Aminuddin yang disaksikan oleh Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury dan Direktur Strategi, Portfolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina A. Salyadi Dariah Saputra. Compressed renewable gas diyakini bakal memberi kontribusi yang signifikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia untuk mewujdukan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).

Kerja sama antara Pertamina NRE dengan PTPN III mencakup pengembangan fasilitas produksi biomethane, di mana PTPN III akan menyuplai bahan bakunya, yaitu berupa limbah cair kelapa sawit atau lebih dikenal dengan palm oil mill effluent (POME) yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit (“PKS”) milik PTPN III di Bah Jambi, Sei Silau, dan Sei Meranti. POME diolah menjadi biogas dan kemudian dilakukan pemurnian dan dikompresi menjadi compressed biomethane di plant milik Pertamina NRE.

Pertagas Niaga membeli compressed biomethane dari Pertamina NRE dengan total volume mencapai 300 MMBTU/hari per lokasi PKS. Pada tahap pertama, compressed biomethane ini akan disuplai untuk memenuhi kebutuhan industri di wilayah Sumatera Utara. Penggunaan compressed biomethane ini mendukung mendorong tercapainya Nett Zero Emission tahun 2060 atau lebih cepat.

“Pertamina NRE merupakan ujung tombak Pertamina dalam melakukan transisi energi. Kami fokus pada bisnis energi bersih. Kami sangat antusias dengan kerja sama antar BUMN dalam penyediaan gas dari sumber energi terbarukan ini. Sinergi ini bagian dari upaya transisi energi yang dilakukan BUMN,” ungkap Dannif.

Pada kesempatan yang sama, Ghani mengatakan, “Hal ini sejalan dengan Program Stategis PTPN yang juga ditetapkan sebagai Program Strategis Nasional (PSN), PTPN III (Persero) selaku Holding BUMN Perkebunan mencanangkan program Akselerasi Pengembangan Energi Baru Terbarukan melalui pengembangan pabrik BioCNG berbasis limbah cair kelapa sawit (POME)”, ujar Ghani, Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III (Persero)”.

Sementara, Aminuddin menyatakan, “Kami menargetkan pengaliran Compressed Renewable Gas ini pada Triwulan ketiga 2023 dan sanggup memberikan suplai kontinyu untuk industri dalam negeri yang menggunakan energi terbarukan dan ramah lingkungan,” jelas Aminuddin. Amin juga menambahkan ini adalah terobosan bagi Pertagas Niaga karena untuk pertama kalinya pihaknya akan memasok industri dengan gas non-fosil.

Pemanfaatan Compressed biomethane selain berkontribusi baik bagi lingkungan diharapkan mampu mengurangi impor LPG sehingga membantu penghematan keuangan negara. Sumber bahan baku untuk memproduksi compressed biomethane di Indonesia sangat beragam. Sebagai negara penghasil minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar, Indonesia mempunyai potensi besar untuk memanfaatkan limbah CPO dan juga limbah pertanian serta limbah peternakan lainnya untuk menjadi biogas maupun biometan sebagai energi terbarukan.

Pertamina berkomitmen penuh untuk mengimplementasikan ESG dan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Inisiatif perdagangan karbon sangat mendukung Tujuan ke-13, yaitu penanganan perubahan iklim.

Pertamina NRE – IGNIS Energy Holdings – Krakatau Steel Studi Bersama Pengembangan Hidrogen Bersih di Indonesia

BALI – PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan IGNIS Energy Holding menandatangani joint study agreement (JSA) tentang Pengembangan Blue & Green Hydrogen serta Energi baru & Terbarukan di Wilayah Industri Krakatau Steel dalam acara G20 State-Owned Enterprises International Conference Selasa (18/10) di Nusa Dua, Bali.

Penandatanganan ini dilakukan oleh Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE Dannif Danusaputro, Purwono Widodo selaku Direktur Pengembangan Usaha mewakili Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, dan Antonio Sieira Mucientes selaku Chief Executive Officer IGNIS Energy Holdings, serta disaksikan oleh Wakil Menteri BUMN I Pahala N. Mansury serta Direktur Strategi, Portfolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina A.Salyadi Dariah Saputra.

“Kami sangat antusias untuk bekerja sama dengan Krakatau Steel mengkaji pengembangan green industrial port melalui penyediaan energi terbarukan. Ada beberapa potensi energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan, antara lain wind power, PLTS, serta hydrogen bersih. Kami juga menyambut baik kolaborasi dengan IGNIS dalam pengembangannya. Kami berharap dari studi bersama ini akan berlanjut dengan tahapan-tahapan yang lebih konkret,” jelas Dannif.

Silmy Karim menjelaskan penandatanganan PSB ini merupakan tahap awal penjajakan terkait potensi produksi blue & green hydrogen untuk kawasan industri, penyediaan energi bersih dan potensi kerja sama lainnya yang dapat melibatkan Krakatau Steel dan Group.

“Feasibility Study akan dilakukan setelah terbentuknya tim gabungan PSB dan kami pun akan segera menyusun roadmap pengembangan EBT di Kawasan Industri Krakatau Steel. Dengan pihak-pihak yang memang ahli di bidangnya, saya yakin pengembangan EBT di Kawasan Industri Krakatau Steel akan menjadi sebuah nilai tambah bagi Krakatau Steel dan Group yang mengusung pengembangan Green Steel untuk ke depannya,” tambah Silmy.

Ketiga entitas akan bersama-sama melakukan penyusunan pre-Feasibility study dan/atau feasibility study untuk membangun blue/green hydrogen plant di wilayah industri Krakatau Steel yang terintegrasi dengan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) lepas pantai dan PLTS. Pengembangan blue/green hydrogen plant tersebut diperkirakan akan memproduksi listrik hingga 500 MWp – 1,5 GWp dengan potensi penyimpanan CO2 sebesar 61 Million Metric Ton.
Pertamina NRE memiliki komitmen kuat untuk mengimplementasikan aspek environment, social, and governance (ESG) dalam aktivitas bisnisnya serta mendukung penuh pencapaian target nasional net zero emission tahun 2060.

Komitmen ESG, Pertamina Hulu Energi Tandatangani Perjanjian Karbon Kredit

Bali-PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sebagai Subholding Upstream Pertamina, bertugas untuk melakukan eksplorasi pada seluruh potensi-potensi sumber daya minyak dan gas bumi untuk diproduksikan sebagai kontribusi pada ketahanan energi nasional maupun produk olahan migas lainnya. Dalam menjalankan tugasnya tersebut, PHE juga juga menerapkan prinsip-prinsip Environment, Social, Governance (ESG) sebagai landasan dalam kegiatan operasional yang handal untuk menjadi perusahaan yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial serta memiliki tata kelola yang baik.

Selain itu, sebagai salah satu penerapan prinsip ESG tersebut, PHE mempunyai strategi transisi energi sebagai bagian untuk berkontribusi pada upaya pemerintah dalam pencapaian Net Zero Emission (NZE). Strategi Transisi Energi tersebut, antara lain mendorong pengembangan gas sebagai energi yang rendah emisi, dekarbonisasi melalui efisiensi penggunaan energi, pergantian penggunaan bahan bakar ke bahan bakar yang rendah emisi, melalui penerapan Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS) yang saat ini sedang dalam proses studi pemanfaatannya sebagai proses Enhanced Oil/Gas Recovery dan juga Carbon Capture & Storage Hub dengan memanfaatkan reservoir yang sudah tidak berproduksi sebagai tempat penyimpanan emisi karbon, serta melalui Carbon Credit dan Offsetting.

Sebagai salah satu komitmen upaya dekarbonisasi, PHE melakukan penandatanganan Perjanjian Pokok (Heads of Agreement – HOA) Perdagangan Karbon Kredit dengan PT Pertamina Power Indonesia (PPI) di Bali, Selasa (18/10). Hadir langsung untuk menandatangani perjanjian tersebut Direktur Utama PHE, Wiko Migantoro dan Direktur Utama PPI, Danif Danusaputro. Penandatanganan disaksikan langsung oleh Wakil Menteri BUMN I, Pahala Mansury, dan Direktur Strategi, Portofolio dan Pengembangan Usaha (SPPU) PT Pertamina (Persero), Atep Salyadi Dariah Saputra.

Pada kesempatan tersebut, Wiko Migantoro menjelaskan bahwa bagi PHE, ESG merupakan peluang baru untuk Perusahaan agar lebih banyak memberikan manfaat kepada lingkungan dan masyarakat. “Strategi dekarbonisasi ini merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari ESG. Komitmen ESG ini sendiri juga sudah dibuktikan melalui perolehan rating ESG PHE yang berhasil mendapatkan peringkat 24 dari 254 perusahaan penghasil migas global,” terangnya.

Lebih lanjut Wiko menambahkan bahwa Perjanjian Karbon Kredit yang ditandatangani ini juga merupakan kontribusi PHE sebagai perusahaan hulu migas terbesar nasional dan juga bagian dari value chain besar Pertamina yang akan menjadi salah satu kontributor upaya dekarbonisasi BUMN pada roadmap Net Zero Emission Indonesia di 2060.

Seremoni penandatanganan diselenggarakan oleh Kementerian BUMN dalam rangkaian State-Owned Enterprise (SOE) International Conference sebagai bagian dari kegiatan road to G20 event. Pada acara tersebut hadir jajaran pimpinan Kementerian BUMN dan juga para pimpinan BUMN di Indonesia serta pimpinan BUMN dari berbagai negara lainnya.

PHE telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) sebagai partisipan/member sejak Juni 2022. PHE berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi dan operasionalnya, sebagai bagian penerapan aspek ESG. PHE akan terus mengembangkan pengelolaan operasi di dalam dan luar negeri secara profesional untuk mewujudkan pencapaian menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia yang Environmentally Friendly, Socially Responsible dan Good Governance.

Sampai September 2022, Waskita Bukukan Kontrak Baru Rp11,58 Triliun

Jakarta, 18 Oktober 2022, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (Kode Saham: WSKT) berhasil membukukan Nilai Kontrak Baru (NKB) sebesar Rp11,58 Triliun sampai dengan akhir September 2022.

Perolehan NKB tersebut bersumber dari Pemerintah sebesar 65,36%, proyek Swasta sebesar 11,81%, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebesar 10,98% dan Pengembangan Bisnis Anak usaha Perseroan sebesar 11,86%. Berdasarkan segmentasi tipe proyek, NKB tersebut terdiri dari segmen konektivitas Infrastruktur sebesar 67,02%, gedung sebesar 8,01%, EPC sebesar 3,80%, Sumber Daya Air (SDA) sebesar 7,96%, Anak Usaha 11,86% dan proyek sipil lainnya sebesar 1,35%.

Sekretaris Perseroan, Novianto Ari Nugroho menjelaskan beberapa proyek dengan kontribusi terbesar sampai dengan September 2022 adalah Proyek Jalan Tol IKN Segmen Simpang Tempadung – Jembatan Pulau Balang senilai Rp990 Miliar, Pembangunan Jalan Kerja/Logistik IKN (KIPP) Paket Pembangunan Jalan Lingkar Sepaku Segmen 4 senilai Rp182 Miliar, Pembangunan Gedung CMU3 RSCM Jakarta sebesar Rp252 Miliar, Pekerjaan Sipil Mining Area di NTB sebesar Rp262 Miliar.
“Selain pencapaian NKB, sampai dengan September 2022 Perseroan masih mengikuti tender proyek dengan nilai mencapai Rp20 triliun yang bersumber dari Pemerintah, BUMN maupun Swasta.

Adanya partisipasi pada proyek IKN dan didukung dengan tingkat winning rate sebesar 26,67% selama 9M22 menjadikan Perseroan lebih optimis bahwa pencapaian NKB akan sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebesar Rp20 – 30 triliun pada tahun ini,” ujar Novianto.

Novianto juga menambahkan penyelesaian jalan tol juga dapat meningkatkan kinerja operasional dan keuangan, hal ini dapat memperlancar proses strategic partnership agar Investor mau bekerjasama dalam akselerasi pembangunan infrastruktur.

Waskita Luncurkan Aplikasi E-Procurement, Bukti Komitmen Jalankan Transformasi

terus berkomitmen menjalankan transformasi digital. Salah satunya dengan dilakukan Go-Live Aplikasi Waskita E-Procurement (We-Proc) yang dilaksanakan oleh Supply Chain Management Division di Gedung Waskita Heritage pada 29 September 2022.

Aplikasi Waskita E-Procurement (We-Proc) adalah sebuah aplikasi pengadaan yang mewadahi Buyer (Waskita) dan Rekanan untuk melakukan pengadaan secara digital. Sebelumnya telah diadakan Soft-Golive pada 31 Maret 2022 untuk peluncuran fitur E-Tendering, E-Catalogue dan E-Contract dan fitur-fitur tersebut telah mulai diimplementasikan sejak bulan Mei – September 2022. Pada kesempatan Go-Live ini, fitur-fitur baru diluncurkan dan fitur-fitur lama yang telah berjalan disempurnakan. Fitur baru yang diluncurkan antara lain adalah Dashboard Procurement serta Mobile App dan penyempurnaan pada fitur E-Tendering, E-Catalogue, dan E-Contract.

SVP Corporate Secretary Perseroan Novianto Ari Nugroho mengatakan We-Proc adalah salah satu bentuk realisasi Program Transformasi Waskita, khususnya dalam bidang Digital Procurement yang diharapkan dapat memberikan efisiensi, transparansi, serta meningkatkan Good Corporate Governance (GCG) di Waskita Karya.

“Implementasi We-Proc tentunya membutuhkan dukungan dari semua pihak di PT Waskita Karya, dimulai dari Proyek, Bussines Unit, dan SCM Division serta yang tidak kalah penting adalah Rekanan Waskita yang juga akan menggunakan aplikasi ini dalam proses pengadaan,” ungakp Novianto

Waskita juga telah menerima sertifikat Indonesia Industri 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenprin) sebagai perusahaan BUMN yang berkomitmen untuk melakukan percepatan Transformasi Digital dengan mengadopsi teknologi industri 4.0 dan teknologi informasi dalam menjalankan proses bisnisnya.

Waskita juga telah menerima sertifikat Indonesia Industri 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenprin) sebagai perusahaan BUMN yang berkomitmen untuk melakukan percepatan Transformasi Digital dengan mengadopsi teknologi industri 4.0 dan teknologi informasi dalam menjalankan proses bisnisnya.

 

 

Didukung ADB, Wamen BUMN: ETM Jadi Skema Investasi Kunci Percepat Transisi Energi

Nusa Dua, 18 Oktober 2022 – Kementerian Badan Usaha Milik Negara melalui PT PLN (Persero) terus mendorong transisi energi guna mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 mendatang. Komitmen tersebut diperkuat dengan dukungan yang terus diperoleh dari Asia Development Bank (ADB) melalui skema Energy Transition Mechanism (ETM).

Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menilai prinsip Indonesia dalam transisi energi tetap mengedepankan keterjangkauan dan sustainability bagi masyarakat.

“Tentu saja, ketika kita bicara energi bersih kita tidak bisa meninggalkan masyarakat. Untuk itu, kolaborasi dari sisi investasi, teknologi maupun kerja sama studi perlu terus dilakukan untuk mempercepat tercapainya target dekarbonisasi,” ujar Pahala.

Salah satu proyek transisi energi yang digarap oleh pemerintah Indonesia dengan skema ETM ini adalah early retirement Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Untuk bisa memensiunkan PLTU, PLN tentu butuh dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu,  ETM hadir sebagai salah satu strategi pembiayaan untuk memensiunkan PLTU lebih awal.

Di sisi lain, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan PLN sudah menyiapkan peta memensiunkan PLTU untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Mekanisme pensiun dini pada PLTU batu bara akan dilaksanakan secara bertahap baik berupa secara natural maupun pemensiunan lebih cepat (early retirement) dan menggantinya dengan EBT.

“Tak hanya memensiunkan PLTU eksisting, sesuai peta jalan menuju NZE 2060, PLN juga tidak akan melakukan pembangunan PLTU baru, kecuali penyelesaian pembangunan saat ini yang sudah dalam tahap konstruksi,” ungkap Darmawan.

Sementara itu, Director Energy Division Southeast Asia Departement ADB, Toru Kubo menjelaskan, melalui mekanisme pembiayaan ETM ini maka Indonesia bisa mendapatkan tambahan dana untuk bisa mengakselerasi proyek dekarbonisasi.

“Kami sudah berbicara dengan pemerintah tentang ETM ini sejak Februari tahun lalu di mana ini bisa menjadi kunci percepatan proyek transisi energi di Indonesia,” ujar Toru.

Toru menjelaskan bahwa jika berbicara transisi energi tidak hanya terkait proyek kelistrikan saja, meski memang proyek kelistrikan yang dilakukan Pemerintah Indonesia saat ini menjadi proyek unggulan dalam ETM.

Kata Toru, melalui gerak aktif ADB dan pemerintah Indonesia, isu soal transisi energi bisa menjamur di masyarakat. Ia juga sepakat bahwa dalam menuju lingkungan dan iklim yang lebih baik membutuhkan keterlibatan masyarakat.

Di sisi lain, perusahaan data dan web services terbesar di dunia asal Amerika, Amazon Web Services Inc menilai iklim investasi khususnya di sektor energi terbarukan Indonesia makin menarik. Hal ini sejalan dengan rencana perusahaan untuk bisa menjadi industri yang berbasis energi bersih.

APAC Head of Energy & Environment Policy Amazon Web Services Ken Haig juga menjelaskan saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi pengembangan EBT yang besar. Apalagi, menurut Ken Haig, Indonesia saat ini memiliki instrumen investasi yang memungkinkan keterlibatan sektor privat untuk ikut berinvestasi dalam mempercepat terwujudnya energi bersih.

“Ini adalah kesempatan yang luar biasa, meski memang ada beberapa kebijakan dan regulasi yang perlu dikembangkan sehingga memudahkan investasi masuk,” ujar Ken Haig.

Dua Hari Lagi TEI ke-37 Siap Digelar Secara Langsung dan Virtual, Buyers 91 Negara Komitmen Hadir

Jakarta, 17 Oktober 2022 – Dalam hitungan hari, ajang pameran internasional terbesar Trade Expo Indonesia (TEI) 2022 ke-37 akan resmi dibuka. Pameran yang menghadirkan beragam produk unggulan Indonesia ini akan diselenggarakan selama lima hari pada 19–23 Oktober 2022 di Indonesia Convention Exhibition, Bumi Serpong Damai City (ICE, BSD City), Tangerang. Sedangkan secara virtual, TEI ke-37 akan digelar pada 19 Oktober–19 Desember 2022.

“Setelah dua tahun berturut-turut TEI dilaksanakan secara daring karena situasi pandemi, TEI ke- 37 akan kembali diselenggarakan secara hibrida. TEI menghadirkan kembali interaksi langsung dengan para buyers potensial yang dibawa seluruh Kantor Perwakilan RI di luar negeri. TEI diharapkan dapat menjadi salah satu gerbang produk ekspor unggulan Indonesia ke pasar global dengan memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi,” ujar Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi menambahkan, kesiapan ini juga dibuktikan dengan antusiasme buyers yang telah mendaftar (registered buyers). Sampai saat ini tercatat 1765 buyers dari 91 negara yang akan berpartisipasi di gelaran TEI ke-37.

“Antusiasme buyer tidak hanya berasal dari negara-negara Asia Pasifik, tetapi juga wilayah di Amerika Latin seperti Brasil, Bolivia, Chili, serta buyer dari wilayah Eropa dan Afrika,” imbuh Didi.

Selain pameran internasional, TEI juga akan menyelenggarakan beberapa kegiatan pendukung seperti penandatanganan memorandum kerja sama dagang antarnegara; Trade, Tourism, and Investment (TTI) Forum yang membahas banyak sekali isu terkini dalam dunia dagang internasional; penjajakan kesepakatan bisnis (business matching); konseling bisnis (business counseling); serta panggung special (special stage) dengan berbagai aktivitas dan kegiatan.

Bersamaan dengan penyelenggaraan TEI ke-37, di lokasi yang sama akan dihelat pula acara Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2022 untuk mewujudkan cita-cita kita bersama menjadikan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia di tahun 2024.