Tag Archives: fintech

Dorong Transaksi Digital di Indonesia, OVO Hadirkan Layanan Keuangan Digital Terlengkap bagi Pengguna

Jakarta, 30 November 2021 — Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI) pada Januari 2021 nilai transaksi penggunaan uang elektronik mencapai Rp 20,7 triliun dimana jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 30,7 persen. Angka tersebut mengindikasikan bahwa uang elektronik saat ini sangat diminati oleh masyarakat Indonesia dalam bertransaksi.

Namun, minat masyarakat yang tinggi belum berbanding lurus dengan literasi keuangan masyarakat di Indonesia. Sementara, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, baru 38 persen masyarakat Indonesia yang paham mengenai  lembaga dan produk keuangan.  Padahal, literasi keuangan merupakan hal penting dalam kemajuan ekonomi Negara.

“Menyadari tantangan dalam hal literasi dan inklusi keuangan yang ada di Indonesia, OVO, sebagai platform pembayaran, rewards, dan layanan keuangan digital terkemuka di Indonesia berkomitmen untuk menjadi peranan sentral dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan melalui akselerasi  transformasi digital di Indonesia.

OVO terus mengembangkan bisnis tidak hanya sebagai platform pembayaran digital saja, tetapi kini juga memperluas proposisi untuk menyediakan rangkaian layanan keuangan terlengkap, seperti investasi, proteksi dan pinjaman. Hal ini merupakan wujud nyata upaya kami untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang,” jelas Karaniya Dharmasaputra, Presiden Direktur OVO.

Selama 4 tahun perjalanannya, OVO telah memperoleh penerimaan positif di tengah masyarakat Indonesia. Hadirnya transformasi pembayaran digital OVO menjadi penghubung layanan keuangan lainnya baik secara online maupun offline lewat kolaborasi dengan berbagai pihak.

Hal ini yang menjadikan OVO sebagai platform pembayaran digital yang paling populer, dimana OVO berhasil ‘memikat hati’ 9 dari 10 masyarakat Indonesia, dimana 71 persen  adalah pengguna aktif yang sudah tersebar lebih dari 430 kota dan kabupaten di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, OVO memiliki  lebih dari 1,2 juta merchant QRIS, yang didominasi oleh sektor UMKM mulai dari warung, kedai, pedagang kaki lima, hingga usaha-usaha yang sudah ternama.

Pencapaian yang diraih OVO sejalan dengan dampak/efek ganda positif yang dihadirkan oleh OVO tidak hanya bagi para pengguna, tetapi juga bagi merchant yang bergabung. Berbagai proses dan upaya OVO dalam mengakselerasi transformasi digital di segala lapisan, baik masyarakat, UMKM dan mitra, menciptakan siklus pertumbuhan yang positif, seperti contohnya sebanyak 70 persen pelaku UMKM mengalami peningkatan transaksi harian dengan rata-rata peningkatan transaksi sebesar 30 persen. Rata-rata pendapatan per bulan pun meningkat 27 persen bagi 68 persen responden yang mengalami peningkatan pendapatan bulanan setelah bergabung dengan OVO.

“Kami percaya semua dampak positif yang dihasilkan oleh OVO melalui akselerasi transformasi pembayaran digital di Indonesia ini dapat membantu peningkatan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia serta mendukung pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional. Melalui semangat kolaborasi OVO dengan merchant, mitra, dan pemangku kepentingan, OVO menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia untuk setiap kemudahan, keamanan dan kenyamanan bertransaksi digital, tidak perlu lagi untuk berpindah-pindah aplikasi,” lanjut Karaniya.

Saat ini layanan dan ekosistem OVO terus berkembang lebih luas dengan menggandeng berbagai mitra yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat hingga ke pelosok nusantara. Yang terbaru OVO menjalin kerjasama dengan PT Pos Indonesia, Lotte Mart, dan Mitra Bukalapak agar bisa melakukan isi ulang saldo (top up) secara offline di berbagai gerai yang tersebar di seluruh Indonesia.

OVO juga menyediakan OVO | Invest, layanan investasi hasil kerjasama dengan berbagai mitra ternama, seperti Bareksa, Manulife Aset Manajemen Indonesia, Syailendra dan Bahana TCW Investment Management, yang tersedia pada aplikasi OVO dan memberikan beberapa pilihan produk reksa dana berbasis konvensional maupun syariah.

Kemudian ada juga OVO | Proteksi yang telah dikategorikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat mulai dari asuransi kesehatan hingga kendaraan. OVO bekerjasama dengan Prudential Indonesia dalam menghadirkan berbagai pilihan proteksi kesehatan dan jiwa yang terjangkau dan mudah diakses.

Annisa Steviani, Certified Financial Planner, berpandangan bahwa selain perusahaan tekfin, masyarakat tentu sangat berperan dalam meningkatkan literasi keuangan dan transformasi digital untuk dapat mendorong dan memulihkan perekonomian negara. Menurut Annisa masyarakat perlu diberikan edukasi mengenai literasi keuangan sehingga transformasi digital bisa dilakukan secara maksimal.

“Beberapa tips yang bisa dilakukan oleh masyarakat agar lebih memahami mengenai literasi keuangan diantaranya adalah masyarakat perlu mengetahui keamanan transaksi yang akan dilakukan. Selain itu, masyarakat juga perlu mengetahui kemudahan serta manfaat dari pengelolaan uang di era digital. Kemudian, mereka juga perlu tahu informasi tentang produk apa yang akan diambil seperti contohnya kehalalan produk tersebut. Yang terakhir, masyarakat perlu open minded untuk menerima budaya atau pemahaman baru yang mencakup keamanannya, kemudahan dalam transaksi digital, serta pengetahuan mengenai layanan keuangan yang ditawarkan  seperti kehalalan produk investasi dan asuransi. Tentunya ini perlu dilakukan secara terus menerus melalui kolaborasi berbagai pihak dan pemangku kepentingan,” tutup Annisa.

Tentang OVO

OVO sebagai platform digital pembayaran dan layanan keuangan terdepan di Indonesia berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan melalui produk dan layanan yang nyaman, aman dan terjangkau. Merangkul lebih dari 1 juta merchant QRIS di 430+ kota dan kabupaten, aplikasi OVO dapat digunakan untuk mengakses pembayaran, transfer, top up dan tarik dana, serta layanan asuransi, investasi dan pinjaman di seluruh nusantara.

Revitalisasi UKM Jadi Kata Kunci Investree Adakan Investree Conference 2021, Dukung Pemulihan Ekonomi Cepat dan Tangguh

Jakarta, 30 November 2021 – Sukses menyelenggarakan Investree Conference (i-Con) selama 2 (dua) tahun berturut-turut dengan topik utama pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan pemulihan ekonomi melalui kolaborasi dalam ekosistem keuangan digital, tahun ini, pionir fintech lending Investree kembali menghelat Investree Conference 2021 (i-Con 2021) dengan mengusung tema “Revitalising SMEs to Support Faster and Resilient Economic Recovery”.

Acara ini akan diadakan selama 1 (satu) hari penuh secara virtual pada Kamis, 9 Desember 2021 pukul 08.30-17.00 WIB melalui kanal Zoom dan Youtube Investree. Menghadirkan pembicara-pembicara ternama lokal dan internasional yang terdiri dari regulator, Borrower, Lender Institusi, perbankan, pengadaan, dan rekanan ekosistem digital Investree lainnya, i-Con 2021 berfokus pada revitalisasi bisnis UKM selama masa pandemi melalui kolaborasi ekosistem keuangan digital dan upaya pemulihan ekonomi lainnya yang inovatif. i-Con 2021 merupakan bagian dari perayaan Bulan Fintech Nasional 2021 yang diinisiasi oleh Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH).

Sama seperti tahun lalu di mana Investree masih waspada terhadap kondisi pandemi di Indonesia dan dunia, i-Con 2021 dilaksanakan secara daring/online/virtual. Dalam mengisi acara, para moderator dan pembicara akan live dari lokasinya masing-masing.

Untuk tema, “revitalisasi” atau “tumbuh kembali” jadi kata kunci Investree dalam membantu pemulihan dan penguatan pelaku UKM selama pandemi Covid-19 lewat pengoptimalan kerja sama dan sinergi dalam ekosistem keuangan digital agar bantuan serta dukungan yang didapatkan pelaku UKM lebih maksimal dan kaya manfaat.

Pemilihan kata “revitalisasi” adalah kelanjutan dari tema tahun lalu yang menekankan “akselerasi” atau “percepatan”. Tahun lalu, i-Con 2020 ada saat sudah terjadi pandemi sehingga fokus bahasannya lebih ke percepatan pemulihan ekonomi pelaku UKM yang terdampak Covid-19.

Tahun ini, hampir 2 (dua) tahun sejak kasus Covid-19 pertama kali muncul, fokus Investree adalah untuk menumbuhkan kembali bisnis pelaku UKM yang sempat terdampak lalu mencoba pulih secara perlahan, agar mampu bertahan secara berkelanjutan.

Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi, mengatakan, “Covid-19 berdampak langsung terhadap kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Sektor UKM menjadi salah satu yang paling terpengaruh, meskipun para pelaku UKM berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian nasional. Selain itu, mereka juga sering menghadapi masalah lainnya yang menghambat mereka untuk tumbuh, seperti pencatatan laporan keuangan tidak konsisten serta tidak memiliki akses kredit perbankan.

Dengan adanya kondisi itu, sektor UKM ikut menghadapi masa sulit yang berimbas pada menurunnya penjualan, kendala permodalan, logistik yang tidak lancar, hingga ancaman gagal bayar. Untuk mendorong upaya revitalisasi para pelaku bisnis, kami mengajak teman-teman UKM, industri keuangan serta masyarakat luas untuk hadir secara virtual di Investree Conference (i-Con) 2021 sebagai sarana menunjukkan bagaimana revitalisasi dan daya tahan UKM menjadi kunci menghidupkan kembali ekonomi Tanah Air.

Sejalan dengan kampanye ulang tahun ke-6 Investree, #GrowStron6er, Investree berkomitmen untuk membantu UKM untuk bangkit dan tumbuh lebih solid dengan menghadirkan pakar, mitra, dan nasabah dari berbagai sektor.”

i-Con 2021 akan menyajikan 8 (delapan) sesi menarik* dengan bahasan yang relevan terhadap tren terkini di industri keuangan digital:

Sesi pertama adalah “Innovative SME Financing through Fintech Collaboration”, membahas peluang kolaborasi digital untuk meningkatkan akses pembiayaan bagi UKM bersama Blibli.com, OY! Indonesia, Investree, dan PT Sinar Purnama Teknik.

Sesi kedua adalah “Digitalization of SMEs to Scale Up Business”, membahas peran digitalisasi terhadap pertumbuhan pengusaha sektor logistik dan rantai pasok bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, wifkain, Paper.id, dan Kargo Technologies.

Sesi ketiga adalah “The Impact of Financial Support for Ultra Micro Business”, membahas dampak dari dukungan pembiayaan oleh fintech bagi pengusaha ultramikro bersama Kementerian Koperasi dan UKM, GMO Payment Gateway, Gayatri Microfinance, dan Dagangan.com.

Sesi keempat adalah “The Adoption of Innovative Credit Scoring through Artificial Intelligence to Expedite Financial Inclusion”, membahas pemaksimalan layanan penilaian kredit inovatif untuk meningkatkan inklusi finansial bersama Pefindo Biro Kredit IdScore, AIForesee, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), dan Bank Raya.

Sesi kelima adalah “The Role of Sharia Fintech Solution During Pandemic”, membahas potensi dan solusi alternatif yang ditawarkan oleh fintech syariah dalam mengembangkan perekonomian bersama Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI), Investree Syariah, HIJUP, dan Scarf Media.

Sesi keenam tak kalah atraktif, “How Fintech Innovation Creates Resilient ASEAN SMEs During Global Pandemic”, memotret perkembangan bisnis Investree Regional di Thailand dan Filipina serta kontribusinya dalam menciptakan pelaku UKM berdaya tahan tinggi di sana bersama Investree Thailand, Investree Filipina, LGUSuite, Inc., dan Central Pattana.

Sesi ketujuh adalah “Boosting Economic Recovery Through E-Procurement Innovation & Opportunities”, membahas manfaat pengadaan elektronik dan transformasi yang dihasilkan dari itu bersama Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), PT Indosopha Sakti, Mbiz, dan Garuda Financial.

Sesi terakhir adalah “Digital Disruptor Becomes Disrupted?”, membahas inovasi disruptif dan pengaplikasiannya dalam industri keuangan bersama BRI Ventures, Alami Sharia, dan Bank Neo Commerce.

“Bisa dibilang, sesi-sesi diskusi yang ada dalam i-Con 2021 akan banyak membahas isu yang sedang jadi perbincangan hangat belakangan, di antaranya digitalisasi UKM untuk meningkatkan bisnis, pemanfaatan penilaian kredit alternatif dan artificial intelligence (AI) untuk inklusi keuangan, ekspansi regional, keuangan syariah, hingga tren bank digital.

Semuanya untuk mendukung UKM bangkit dan semakin berdaya setelah pandemi. Mudah-mudahan i-Con 2021 dapat menjadi ajang bagi pemangku kepentingan dan masyarakat luas untuk memperoleh perspektif baru dan pengetahuan lebih luas tentang fintech lending dan peran sertanya bagi UKM, serta tentunya mendorong revitalisasi atau pertumbuhan kembali ekonomi negara pada 2022,” ujar Adrian penuh harapan.

Rencananya i-Con 2021 akan menampilkan sambutan utama dari Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi; Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Mikro, Teten Masduki; dan Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Riswinandi. Turut menampilkan hiburan dari Angga Puradiredja (Maliq & d’Essentials).

i-Con 2021 juga diharapkan dihadiri oleh 1000 tamu undangan online, 31 pembicara sesi lokal dan internasional, 2 moderator profesional dan 6 tim Investree, dan rekan-rekan jurnalis lokal, regional, dan internasional. Terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Masyarakat dapat mendaftar untuk menyaksikan setiap sesi Investree Conference 2021 melalui tautan investr.ee/icon2021.

*) Daftar moderator dan pembicara terlampir dalam Agenda Acara.

Tentang Investree

Investree adalah perusahaan fintech lending yang mendapatkan Izin Usaha Perusahaan Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi dari Otoritas Jasa Keuangan. Misi kami adalah mengoptimalkan data dan teknologi untuk memberikan akses pembiayaan lebih mudah dan terjangkau bagi UKM selagi menghubungkan mereka dengan Lender yang ingin membantu dan memperoleh imbal hasil atraktif. Melalui kolaborasi dengan rekanan strategis dalam ekosistem digital dan keuangan serta inovasi produk dan layanan pembiayaan, Investree berkomitmen untuk terus menghadirkan solusi bisnis digital bagi UKM. Investree berbasis di Indonesia dan telah berekspansi ke Thailand dan Filipina.

Hingga bulan Oktober 2021, Investree berhasil membukukan catatan total fasilitas pinjaman Rp 13 triliun dan nilai pinjaman tersalurkan Rp 8,5 triliun dengan rata-rata tingkat imbal hasil 16,5% p.a. dan rata-rata TKB90: 99,43%. Investree juga dinobatkan sebagai “Best Fintech of the Year” oleh Majalah The Asset, “Best P2P Lending Platform for SMEs” oleh The Asian Banker, dan “30 Most Promising Growth-Stage Startups” oleh Forbes Indonesia.

Tentang Investree Conference

Investree Conference (i-Con) merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Investree sejak 2019. Acara ini adalah wadah untuk memperoleh inspirasi dan wawasan tentang fintech dan ekosistemnya di Tanah Air dan wilayah Asia Tenggara. Melalui acara ini, Investree menghadirkan sosok-sosok inspirasional dari kalangan pengusaha, pakar, dan juga pemangku kepentingan di industri fintech.

Setiap tahunnya, i-Con mengangkat tema yang relevan seputar fintech dan pertumbuhan sektor UKM. Tema tersebut sejalan dengan komitmen Investree untuk mendukung pemberdayaan para pelaku UKM melalui akses pembiayaan dan solusi bisnis digital terintegrasi lainnya yang mudah, cepat, dan terjangkau.

Pintek Kolaborasi Bersama SipLah Telkom dan Gyra Inti Jaya

BeritaPers – PT Pinduit Teknologi Indonesia (Pintek), perusahaan financial technology peer-to-peer lending untuk pendidikan, berkolaborasi bersama SIPLah Telkom (https://siplahtelkom.com/), salah satu e-commerce SIPLah resmi, yang dioperasikan oleh PT Telkom, BUMN terpercaya dengan teknologi yang andal, serta bersama PT Gyra Inti Jaya, distributor perangkat elektronik untuk pendidikan dan lainnya.

Membawa tema “Strategi Memperluas Bisnis dan Meningkatkan Penjualan bagi Para Seller SIPLah”, Kolaborasi acara ini menjadi ruang diskusi untuk kerja sama dalam mengembangkan ekosistem pendidikan melalui implementasi teknologi, memberikan tips dan trik untuk UKM pendidikan yang bergerak dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dalam mengembangkan bisnisnya, serta mengajak UKM pendidikan untuk memanfaatkan peluang melalui SIPLah.

Menurut Tommy Yuwono, Co-Founder dan Direktur Utama Pintek mengatakan, “Kampanye #PintekSobatUKM merupakan bentuk dukungan kami dalam membantu UKM yang memiliki bisnis pada pengadaan kebutuhan pendidikan. Selain menyediakan pendanaan, kami juga aktif untuk mengedukasi agar UKM pendidikan dapat memanfaatkan peluang yang ada didepan mata.

Melalui acara ini, kami berharap seluruh UKM pendidikan di Indonesia dapat berkembang dengan baik, dengan memiliki strategi penjualan yang sesuai, serta modal yang mencukupi. Untuk itu, kami berusaha hadir sebagai fintech pendanaan yang memberikan layanan solutif, relevan, dan mendengar seluruh kebutuhan UKM pendidikan di Indonesia.”

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghadirkan Sistem Informasi Pengadaan Sekolah (SIPLah) yang dapat digunakan dalam pengadaan barang dan jasa sekolah yang dilakukan secara daring. SIPLah diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan efektivitas serta pengawasan pengadaan barang dan jasa sekolah yang bersumber dari dana BOS.  Sistem ini yang memfasilitasi UKM yang bergerak di bidang pendidikan untuk menyediakan kebutuhan sekolah seperti buku, seragam, barang elektronik, dan perlengkapan kebutuhan lainnya.

Salah satu mitra SIPLah adalah SIPLahTelkom.com, yang diwakili oleh Rachma Dinayu, selaku Platform Operation SIPLah Telkom mengatakan, “Sebagai mitra SIPLah, kami ingin terus berkontribusi pada sektor pendidikan dengan memberikan kemudahan pada satuan pendidikan atau sekolah untuk melakukan proses pengadaan barang dan jasa (PBJ) menjadi semakin mudah dan terpercaya. Sekaligus mendorong dan menjembatani para UKM dalam melakukan penjualan dan memaksimalkan perannya untuk memenuhi kebutuhan satuan pendidikan atau sekolah, baik barang maupun jasa.”

“Akses pendanaan yang mudah, cepat, dan terjangkau yang kami berikan dapat mendorong UKM pendidikan mengembangkan bisnisnya luas lagi. Bukan hanya membahas peluang bisnis, pada kesempatan ini kami juga membantu UKM pendidikan untuk memahami produk IT yang sedang dibutuhkan saat ini serta alur distribusinya. Ini merupakan bentuk dukungan kami terhadap UKM pendidikan di Indonesia,” lanjut Tommy.

Sebagai salah satu distributor penyedia produk IT untuk sekolah dan lainnya, Gyra Inti Jaya percaya bahwa UKM pendidikan perlu memahami kebutuhan produk IT yang sedang dibutuhkan saat ini. Jeanny Munaba, Co-Founder dan Project Director PT Gyra Inti Jaya menyampaikan, “Dengan berkembangnya teknologi dan sistem digitalisasi yang menjadi prestasi tersendiri dari Pemerintah Indonesia, maka tantangan kami sebagai salah satu leader penyedia produk IT khususnya di bidang Pendidikan di Indonesia untuk memilih dan menyediakan produk yang tepat dengan kualitas baik dan dengan harga kompetitif agar bisa selaras dengan program-program yang sedang dijalankan oleh Pemerintah Indonesia. Selain itu pada acara ini, kami ingin memberikan informasi kepada UKM pendidikan mengenai teknologi yang dibutuhkan saat ini agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sekaligus dapat memanfaatkan peluang untuk memenuhi permintaan dari sekolah.”

Tentang Pintek

PT Pinduit Teknologi Indonesia (Pintek) merupakan perusahaan teknologi finansial (Peer-to-Peer Lending) yang yang menyediakan akses keuangan  kepada siswa/orang tua murid, lembaga pendidikan & perusahaan supplier pendidikan. Berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak 2018, Pintek bergerak dalam menyediakan akses keuangan kepada seluruh masyarakat dan lembaga pendidikan akan kebutuhan pendidikan di Indonesia. Pintek juga terdaftar di Kementerian Komunikasi dan Informatika dan merupakan anggota AFPI (Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia).

Buka Investasi Bersama Luncurkan Aplikasi BMoney Versi iOS

Jakarta, 13 Oktober 2021 –  Setelah sukses diluncurkan pada Juni 2021, aplikasi BMoney kini hadir untuk para pengguna setia iOS. Sebagai aplikasi investasi yang mudah, ringan dan aman, BMoney ingin terus mengajak masyarakat agar dapat lebih mengenal investasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Sejalan dengan misinya untuk menghadirkan keadilan ekonomi untuk semua, Buka Investasi Bersama akan terus melakukan inovasi produk yang berkelanjutan.

Selain meluncurkan Aplikasi BMoney versi iOS, Buka Investasi Bersama juga melakukan pengkinian fitur pada versi Android. Kini aplikasi BMoney versi Android telah dilengkapi dengan fitur Switching Reksa Dana. Melalui fitur ini, para pengguna dapat mengubah produk reksa dana yang sudah dimiliki tanpa perlu melakukan penjualan terlebih dulu.

Alhasil, pengaturan portofolio investasi dapat dilakukan dengan lebih cepat, tanpa harus khawatir kehilangan momentum dalam berinvestasi.

Selain itu, dalam upaya mengenalkan produk-produk investasi kepada masyarakat khususnya pengguna BMoney, Buka Investasi Bersama menghadirkan fitur Referral pada versi Android. Dengan fitur Referral ini, investor yang telah mahir dalam berinvestasi dapat mengajak rekan dan kerabatnya untuk ikut serta melakukan investasi.

Dhinda Arisyiya, COO PT Buka Investasi Bersama, menyambut gembira dengan telah diluncurkannya aplikasi BMoney versi iOS kepada publik. “BMoney sebagai platform investasi yang hadir dengan berbagai inovasi teknologi selalu berupaya untuk memberikan nilai tambah dan dampak positif kepada masyarakat dalam berinvestasi.

Buka Investasi Bersama akan terus menghadirkan inovasi produk dan fitur yang tidak hanya aman dan mudah untuk digunakan, namun juga berkelanjutan dan memiliki manfaat bagi penggunanya. Kami berharap dengan diluncurkannya versi iOS dan penambahan fitur-fitur baru pada versi Android, aplikasi BMoney dapat semakin memenuhi kebutuhan investasi untuk seluruh kalangan,” tutur Dhinda.

Pada aplikasi BMoney versi Android juga terdapat tambahan fitur Smart Filter yang membuat para penggunanya semakin mudah dalam berinvestasi. Fitur ini memiliki kegunaan untuk memudahkan pengguna dalam memilih produk reksa dana sesuai dengan kriteria yang diinginkan, seperti memilih jenis reksa dana, minimum nominal investasi, dan kriteria lainnya.

Dengan fitur Smart Filter ini pengguna dapat memilih langsung produk reksa dana yang telah dikurasi dari BMoney berdasarkan Top Reksa Dana, Top Volume, Top AUM, dan lain-lain. Pengguna juga dapat menentukan kriteria produk reksa dana yang dibutuhkan mulai dari jenis reksa dana, minimum investasi, serta manajer investasinya.

Selain meluncurkan BMoney versi iOS dan penambahan fitur baru pada versi Android, BMoney juga memberikan banyak promo menarik dan tips investasi. Follow instagram BMoney (@bmoney.id) untuk tahu berita terkini tentang BMoney.

Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan kemudahan dalam berinvestasi melalui BMoney, dapat langsung mengakses melalui tautan berikut download BMoney

Grup Modalku Peroleh Pinjaman USD 18 Juta dari Impact Investor Jepang & Singapura, Dalam Proses Pendanaan USD 120 juta

Jakarta, 7 Oktober 2021 – Grup Modalku, pionir platform pendanaan digital UMKM di Asia Tenggara, mengumumkan bahwa perusahaan telah memperoleh dana pinjaman sebesar USD 18 juta dari sindikasi yang dipimpin tiga institusi keuangan, yaitu Helicap Investments, Social Impact Debt Fund yang belakangan ini diluncurkan, dan suatu grup layanan keuangan dari Jepang.

Dalam kesepakatan fasilitas kredit yang terjamin ini, Helicap Securities bertindak sebagai pengurus utama dengan mandat tunggal. Bersama dengan pendanaan yang diterima dari impact investor (firma yang berinvestasi ke usaha-usaha yang memberikan dampak positif secara sosial, budaya, maupun bagi lingkungan hidup) dari Eropa seperti Triodos Investment Management untuk meningkatkan pinjaman modal usaha di Indonesia, Grup Modalku tengah berada dalam proses yang lancar untuk menerima pendanaan institusi sebesar USD 120 juta dengan tujuan mendanai pinjaman bagi perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Asia Tenggara.

Ronde pendanaan ini juga memperluas basis pendana institusional Grup Modalku. Pendanaan ini diperoleh setelah Grup Modalku melewati pemeriksaan keuangan dan uji kelayakan risiko dengan para pendana. Grup Modalku akan menggunakan dana yang diraih untuk mendanai UMKM yang layak dan memajukan misinya untuk mencapai inklusi keuangan di kawasan Asia Tenggara.

Didirikan pada tahun 2015, Grup Modalku menyediakan pinjaman usaha bagi UMKM yang mayoritas didanai pendana individu dan institusional. Grup Modalku menggunakan teknologi untuk mendukung UMKM layak kredit namun tidak memiliki akses ke layanan keuangan melalui platform digitalnya.

Lebih dari 50% PDB setiap negara anggota ASEAN adalah kontribusi dari UMKM[1], namun karena banyak UMKM yang tidak memiliki riwayat transaksi kredit atau jaminan pinjaman, seringkali mereka ditolak saat mengajukan pinjaman usaha ke institusi pinjaman tradisional.

Grup Modalku mempermudah akses ke pendanaan menggunakan titik data alternatif, termasuk tetapi tidak terbatas ke arus kas UMKM (yang menunjukkan kemampuannya membayar kembali pinjaman), untuk menyetujui pinjaman.

“Pandemi covid merupakan ujian penting bagi daya tahan Grup Modalku dan kami bersyukur telah sukses melewatinya, salah satu caranya dengan menggunakan model kredit yang berdasarkan Artificial Intelligence. Kami juga merasa bangga dan terhormat atas kepercayaan dari Helicap, Social Impact Debt Fund, dan grup layanan keuangan Jepang yang turut serta dalam pendanaan ini.

Pendanaan akan kami gunakan untuk terus mengembangkan dunia pinjaman digital bagi UKM. Kami percaya bahwa ini adalah awal mula dari hubungan jangka panjang dan akan memotori evolusi perusahaan secara konsisten ke depannya,” kata Reynold Wijaya, Co-Founder dan CEO Modalku.

Helicap adalah perusahaan pemberi pinjaman alternatif yang menyediakan peluang pendanaan swasta ke jaringan pemberi dana yang luas, di antaranya family offices (pengelolaan aset dan estate keluarga), individu dengan high net worth (tingkat aset bersih yang tinggi), pengelola dana impact investing, dan pendana institusional.

Sesuai dengan misinya mendukung pinjaman sustainable atau berkelanjutan, Helicap bergabung dalam ronde pendanaan Grup Modalku menggunakan lengan investasinya, Helicap Investments, setelah kesepakatan diatur oleh lengan sekuritasnya, yaitu Helicap Securities. Helicap berbasis di Singapura.

“Kami merasa senang dapat mendukung perusahaan seperti Grup Modalku dalam misinya menyediakan akses ke modal usaha bagi UMKM layak yang kurang dilayani institusi keuangan,” kata David Z. Wang, Co-Founder dan CEO Helicap Pte. Ltd., induk perusahaan dari Helicap Investments dan Helicap Securities.

“Helicap didirikan dengan tujuan mendobrak hambatan-hambatan bagi mereka yang membutuhkan modal usaha dan mereka yang dapat menyediakan modal usaha. Transaksi ini membuktikan bahwa minat dan kemampuan dari individu dan institusi untuk peluang pendanaan melalui pinjaman swasta tetap ada dan berkelanjutan. Helicap berada dalam posisi yang tepat untuk menyediakan akses ke pinjaman-pinjaman berkualitas melalui hubungan kami dengan penyedia pinjaman ternama seperti Grup Modalku,” tambahnya.

Social Impact Debt Fund yang dilekola oleh Taurus Wealth Advisors bersama Greenarc Capital sebagai penasihat, menyediakan pendanaan pinjaman ke Grup Modalku berdasarkan dampak perusahaan terhadap kesenjangan ekonomi di Asia Tenggara.

Grup layanan keuangan Jepang yang turut berpartisipasi dalam ronde pendanaan ini telah memperbarui komitmennya terhadap FinTech pinjaman di Asia Tenggara yang fokus terhadap dampak untuk masyarakat dan memiliki riwayat dalam mempercepat penggunaan layanan keuangan di pasar negara berkembang untuk memfasilitasi perkembangan jangka panjang dari perusahaan-perusahaan dalam portofolionya.

Fasilitas sindikasi sejumlah USD 18 juta ini diharapkan akan meningkatkan total ronde pendanaan, bersamaan dengan naiknya minat investor dari Asia dan juga Eropa.

Mendukung Digitalisasi Sekolah lewat Chromebook, Pintek Berkolaborasi Bersama Google for Education Indonesia

Jakarta, 23 September 2021  – PT Pinduit Teknologi Indonesia (Pintek), perusahaan financial technology peer-to-peer lending untuk pendidikan, berkolaborasi melalui acara bersama Google for Education dan Partners Google for Education Indonesia mengedukasi mengenai pemanfaatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mempermudah proses belajar.

Acara ini menjadi ruang diskusi untuk mengembangkan ekosistem pendidikan, menguatkan komitmen seluruh pihak untuk mendukung transformasi pendidikan, dan melanjutkan kolaborasi positif antara Pintek dan Google for Education untuk pendidikan di Indonesia.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa strategi digitalisasi sekolah adalah bagian penting dalam mengejar ketertinggalan pembelajaran, khususnya bagi sekolah-sekolah yang memiliki kendala akses untuk melaksanakan PJJ.

Menurutnya, dampak dari pandemi juga telah membantu percepat adaptasi terhadap sistem dan teknologi digital karena sebagian besar pembelajaran dilakukan secara jarak jauh sehingga para guru dan murid terpacu untuk menguasai teknologi. Dengan demikian, diharapkan digitalisasi sekolah dapat lebih cepat terwujud. Di mana salah satu tujuannya adalah mempermudah akses pada materi belajar yang lebih variatif yang bisa membuat pembelajaran lebih menarik dan lebih dinamis.

Membawakan gambaran mengenai “Sosialisasi Program Digitalisasi Sekolah”, sesi diskusi ini menghadirkan pembicara yang memiliki visi yang luas bagi ekosistem pendidikan, yaitu Google for Education Indonesia, dan dihadiri oleh resellers dari Partners Google for Education Indonesia.

Tommy Yuwono, Co-Founder dan Direktur Utama Pintek mengatakan, ”Sejak awal kami ingin menjadi salah satu pendorong transformasi pendidikan di Indonesia, sesuai dengan misi kami. Untuk itu, kami berharap mengambil langkah yang tepat dengan menggandeng Google for Education Indonesia untuk bersama bergerak mendukung pendidikan di Indonesia.

Acara ini diharapkan dapat menjadi berbagi pengetahuan dan tren perkembangan sektor pendidikan bagi seluruh peserta yang hadir dari sisi Google for Education Indonesia, juga Pintek sebagai penyedia layanan teknologi keuangan di bidang pendidikan melalui produk kami.”

“Melalui acara ini, kami juga ingin menginformasikan mengenai produk kami Pintek Institutions, produk pendanaan dari Pintek yang dapat dipergunakan oleh lembaga pendidikan dalam mencapai digitalisasi sekolah. Pada kesempatan ini, kami ingin menyatukan misi kami melalui materi-materi yang disediakan agar dapat menjadi learning point agar dapat mencapai pendidikan yang lebih baik tentunya pada kondisi pandemi, baik dari produk kami maupun dari produk Google for Education Indonesia, sehingga dapat menghasilkan lulusan siap kerja, terampil dan berbakat,” tambah Tommy.

Google berkomitmen untuk membantu mengembangkan proses pembelajaran bagi semua orang serta mendukung pendidikan di Indonesia melalui berbagai produk, program, dan filantropi. Contoh produk yang dipersiapkan oleh Google for Education untuk institusi pendidikan adalah Chromebook, perangkat sederhana, aman, dan dapat dibagikan, yang diperuntukkan bagi pengajar serta siswa untuk berkreasi dan berkolaborasi.

Selain Chromebook, terdapat pula Google Workspace for Education, seperangkat alat pembelajaran yang simple, fleksibel, dan aman untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan mempermudah kolaborasi antara siswa dan pengajar. Dengan kekuatan teknologi Google dan kerjasama yang baik dengan berbagai mitra, Google berharap dapat mendukung transformasi proses belajar-mengajar berbasis digital di Indonesia.

Tentang Pintek

PT Pinduit Teknologi Indonesia (Pintek) merupakan perusahaan teknologi finansial (Peer-to-Peer Lending) yang yang menyediakan akses keuangan  kepada siswa/orang tua murid, lembaga pendidikan & perusahaan supplier pendidikan. Terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak 2018, Pintek bergerak dalam menyediakan akses keuangan kepada seluruh masyarakat dan lembaga pendidikan akan kebutuhan pendidikan di Indonesia. Pintek juga terdaftar di Kementerian Komunikasi dan Informatika dan merupakan anggota AFPI (Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia).

Resmi Kantongi Izin OJK, P2P Lending Avantee Dukung Perkembangan UMKM

Jakarta – PT Grha Dana Bersama (Avantee), sebuah perusahaan fintech yang menyediakan produk pembiayaan melalui skema Peer-to-Peer (P2P) lending dan penggalangan dana melalui sistem crowdfunding resmi mengantongi izin OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sebagai salah satu pemain P2P lending.

Firman Wiranata, CEO Avantee, mengatakan “Avantee akan tetap fokus pada pembiayaan sektor produktif. Peningkatan bisnis akan menjadi prioritas utama, tentu saja dengan menjaga kualitas dari pinjaman yang disalurkan.”

Firman juga menambahkan bahwa perolehan izin ini tidak lepas dari dukungan dan bentuk kepercayaan OJK kepada Avantee untuk turut berpartisipasi dalam mengembangkan sektor P2P lending. Pencapaian ini, tentu saja sesuai dengan target dan fokus Avantee sebagai penyedia layanan P2P lending melalui pembiayaan modal kerja bagi UKM di Indonesia untuk kembali bangkit di tengah pandemi Covid-19.

Para pelaku UKM bisa mengakses layanan pendanaan secara mudah dan cepat pada Avantee. Dengan demikian, mereka bisa memajukan bisnis mereka melalui pinjaman modal kerja dengan nilai maksimal sebesar 2 miliar rupiah.

Sementara itu  Kuseryansyah, Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyatakan “Selamat atas perolehan izin OJK yang diperoleh Avantee, kepercayaan dari regulator ini diyakini akan semakin meningkatkan kredibilitas Avantee di mata lender maupun borrower. Mengharapkan Avantee dapat menjadi pemain utama dalam memberikan pendanaan kepada UMKM. Berorientasi pertumbuhan pendanaan namun diiringi kekuatan dalam credit scoring dan pengelolaan risiko pada umumnya”

Selain berfokus pada pelaku UKM, Avantee juga membuka kesempatan kepada para lender di P2P lending untuk mendapatkan manfaat pendanaan melalui Avantee. Para pendana dapat melakukan registrasi melalui website dan memberikan pinjaman kepada pelaku UKM yang mereka pilih.

Ke depan, Avantee akan melakukan kolaborasi credit channeling dengan lender institusi keuangan secara lebih aktif.

Tentang Avantee

PT Grha Dana Bersama (Avantee) merupakan perusahaan teknologi finansial (fintech) yang menyediakan produk pembiayaan dengan skema P2P lending dan penggalangan pendanaan secara crowdfunding. Dasar pembiayaan adalah Tagihan, Kontrak, dan Proyek yang dimiliki oleh nasabah peminjam. Sistem Avantee dirancang dan dibangun sendiri oleh para pendiri perusahaan secara independen, sehingga sama sekali tidak ada risiko ketergantungan kepada pihak luar. Sistem ini bertujuan untuk memudahkan Avantee untuk beradaptasi dengan mekanisme pasar.

Modalku Ungkap Alasan Pendana Instusi Dominan di P2P Lending

JAKARTA – Industri teknologi finansial peer-to-peer (P2P) lending kini bukan hanya berperan sebagai marketplace penyedia pinjaman ‘dari sesama teman’, tapi juga dari lembaga jasa keuangan dan badan usaha sebagai alternatif dalam menyalurkan likuiditasnya.

Hal ini terbukti dari statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juli 2021 di mana dari total outstanding pinjaman yang disumbang para pendana (lender) sebesar Rp23,8 triliun, porsi lender perorangan atau retail hanya 24 persen. Tepatnya dari dalam negeri Rp5,48 triliun dan luar negeri Rp223 miliar. Sumbangan terbesar dari dalam negeri, porsinya diperoleh dari badan hukum lain-lain Rp8,06 triliun, perbankan lokal Rp3,12 triliun, industri keuangan nonbank (IKNB) Rp1,39 triliun, dan koperasi Rp202,3 miliar.

Adapun, untuk luar negeri, Rp4,64 triliun dari badan hukum lain-lain, dan institusi IKNB termasuk modal ventura Rp673,1 miliar. Co-Founder & CEO PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) sekaligus Ketua Klaster Produktif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Reynold Wijaya menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap platform berupaya melakukan diverifikasi jenis lender. Kendati lender retail terus menjadi prioritas pertumbuhan yang akan dibidik industri sebagai bagian dari peran menjadi wadah ‘gotong royong’, lender institusi yang notabene mampu menyalurkan dana bernilai besar, tetap dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan permintaan pinjaman yang terus bertumbuh. “Kolaborasi harapannya bisa membantu lebih banyak masyarakat maupun pengusaha yang belum mendapatkan akses layanan keuangan. Hal ini sejalan dengan nilai gotong royong yang sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia, dan juga model bisnis Modalku,” ujarnya, Senin (13/9/2021). Modalku sebagai salah satu platform P2P lending yang kebanyakan melayani pinjaman modal kerja untuk UMKM yang menjadi pedagang di situs dagang elektronik atau penjual online, menjelaskan alasan kenapa fintech P2P lending cocok sebagai pemain tengah (intermediary) penyalur likuiditas ke beberapa segmen UMKM. Dalam riset internal Modalku, para UMKM memilih P2P lending karena mempertimbangkan syarat pengajuan pinjaman tanpa agunan (41,7 persen), pencairan dana yang cepat (28,86 persen), pinjaman sesuai kebutuhan (16,86 persen), kemudahan dalam aplikasi (8,86 persen), dan kenyamanan dalam aplikasi (6,86 persen). Selain itu, tidak seperti korporasi besar, pelaku UMKM biasanya terfokus pada operasional harian. Pelaku UMKM tidak memiliki waktu untuk membandingkan tingkat suku bunga antarbank, serta belum mau berusaha keras untuk meningkatkan profil penilaian kredit yang mereka miliki. Selain itu, para responden UMKM mengaku membutuhkan pinjaman bernilai kecil. Misalnya, 50,29 persen butuh pinjaman untuk pembelian bahan baku usaha. Sisanya, untuk memenuhi biaya operasional lainnya, membeli barang yang dapat dijual kembali, membeli material dan perlengkapan, sewa tempat baru, serta perluasan kantor atau cabang. “Oleh sebab itu, Modalku selalu berusaha menyalurkan pendanaan kepada UMKM yang bisnisnya berpotensi untuk berkembang dan memiliki riwayat arus kas yang sehat. Hal ini tentunya akan menjadi pertimbangan bagi para pendana institusi yang ingin menyalurkan dananya lewat Modalku,” tambahnya. Reynold mengungkap sebagai platform fintech, tim Modalku bisa melakukan penilaian terhadap UMKM peminjam dan kemampuan finansial mereka untuk melunasi pinjaman dari berbagai sumber. Tentu karena Modalku juga memiliki tanggung jawab kepada pemberi pinjaman yang meminjamkan dananya melalui platform. Artinya, platform P2P memiliki kemampuan sebagai tempat alternatif investasi high risk, yang tentunya mampu menjanjikan imbal hasil tinggi atau high return. Tak heran, banyak institusi keuangan yang melirik industri fintech lending, dengan mencoba menyalurkan likuiditasnya ke peminjam (borrower) yang notabene lebih berisiko ketimbang yang biasa mereka terima. “Tingkat bunga yang bisa didapatkan oleh pendana Modalku, baik individu maupun institusi, menyesuaikan dengan portofolio UMKM yang mengajukan pinjaman. Namun secara umum, pendana bisa mendapatkan tingkat bunga hingga 17 persen per tahunnya tergantung dengan preferensi dan toleransi risiko masing-masing pendana,” tutupnya.

Amartha Berbagi Kiat Menghubungkan Ketimpangan Ekonomi Pedesaan di Konferensi Internasional oleh Norfund

Jakarta, 2 September 2021 – PT. Amartha Mikro Fintek (Amartha), sebagai pionir fintech peer-to-peer lending dengan fokus pada pembiayaan modal kerja dan pemberdayaan perempuan pengusaha mikro di desa, menerapkan strategi yang mengkombinasikan kegiatan online-offline untuk menjaga produktivitas mitra Amartha di masa pandemi covid-19.

Melalui kombinasi online-offline, Amartha mengoptimalkan penggunaan teknologi seperti penyediaan berbagai inovasi produk untuk mensejahterakan mitra salah satunya melalui aplikasi A+ (Amartha Plus) yang memfasilitasi berbagai layanan seperti WarungLoan, PPOB hingga belanja borongan.

Sedangkan strategi offline (lapangan) dalam memberdayakan perempuan pengusaha mikro, selain memberikan akses pendanaan Amartha juga melakukan pendampingan dan pelatihan secara rutin seperti pelatihan alternatif usaha, pelatihan literasi keuangan hingga cek kesehatan gratis.

Andi Taufan Garuda Putra, CEO dan Founder Amartha dalam konferensi “Bridging the Gap to Protect and Create Jobs 2021” yang diadakan oleh Norfund mengatakan, “Amartha menerapkan beberapa strategi untuk beradaptasi dengan kondisi pandemi di Indonesia, salah satunya strategi yang mengkombinasikan kegiatan online-offline.

Kami melihat, teknologi dapat menjadi solusi bagi mitra untuk tetap produktif dalam menjalankan usaha, terlebih di saat pandemi. Namun, dukungan dari Business Partner Amartha (tim lapangan) secara langsung di desa juga tetap diperlukan, mengingat tidak seluruh kegiatan dapat difasilitasi dengan digitalisasi”.

Strategi ini terbukti berhasil membawa Amartha untuk tetap menjaga kualitas pinjaman, yang dapat dilihat dari stabilitas angka NPL (non performing loan) sebesar 0,07% setelah Juni 2020. Serta, penyaluran dana yang mencapai 914 miliar rupiah di paruh pertama tahun 2021, atau tumbuh 35% secara year-on-year (yoy). Angka NPL yang rendah merupakan indikator bahwa mitra dapat melakukan pembayaran tepat waktu.

Pertumbuhan signifikan tersebut juga merupakan kontribusi dari Norfund, yang bergabung sebagai pendana korporat di Amartha sejak Juni 2021 lalu.  Amartha telah menerima pendanaan sebesar USD 7,5 Juta atau setara dengan Rp 107 Miliar dari Norfund untuk menyalurkan modal usaha serta memberdayakan perempuan pengusaha mikro di pedesaan dengan mendorong kegiatan usaha yang berkelanjutan (sustainable business).

Fay Chetnakarnkul, Investment Director Norfund dan Head of Asia regional Office dalam diskusi yang diadakan Norfund mengatakan, “Berinvestasi kepada institusi keuangan seperti Amartha merupakan langkah penting bagi kami di Norfund. UMKM di seluruh dunia mengalami keterbatasan dalam akses permodalan dan teknologi agar dapat berkembangang dan menciptakan usaha sendiri.

Sektor informal sangat penting bagi perputaran roda ekonomi nasional, terutama dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Ada jutaan UMKM di negara-negara berkembang yang memiliki potensi besar. Namun, Norfund tidak bisa berjalan sendiri tanpa kerja sama dari perusahaan-perusahaan fintek visioner agar dapat menciptakan akses keuangan yang mudah dijangkau supaya UMKM dapat berpartisipasi dalam perekonomian formal di masa yang akan datang.”

Selama 10 tahun beroperasi, Amartha telah berhasil meningkatkan pendapatan Mitra sebanyak dua hingga tujuh kali lipat dan telah menciptakan lebih dari 87,000 lapangan pekerjaan informal baru di lebih dari 15,000 desa. Hal ini menunjukan bahwa sektor informal di Indonesia memiliki potensi dan determinasi yang tinggi jika diberikan akses terhadap permodalan dan teknologi.

Amartha menargetkan untuk dapat melayani satu juta mitra Amartha di Indonesia hingga akhir tahun 2021. Saat ini, lebih dari 719 ribu mitra telah bergabung di Amartha yang tersebar di berbagai daerah, yaitu di Pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.

“Di tahun 2021 ini, meskipun masih dalam kondisi pandemi, dengan mengimplementasikan strategi yang tepat, sistem skoring yang akurat, serta menjaga kualitas pinjaman dengan membidik sektor perdagangan, industri rumahan dan makanan, kami optimis dapat mendorong perekonomian di desa dan tumbuh bersama mitra Amartha”, pungkas Andi Taufan.

Tentang Amartha

Didirikan pada tahun 2010 sebagai lembaga keuangan mikro, Amartha bertransformasi menjadi perusahaan Fintech P2P Lending pada tahun 2016. Misi Amartha adalah mewujudkan kesejahteraan merata bagi Indonesia. Amartha memberikan akses kepada perempuan pengusaha mikro di daerah pedesaan yang membutuhkan modal kerja dan menghubungkan mereka dengan pemberi pinjaman yang tertarik untuk melakukan investasi yang menguntungkan dan berdampak sosial melalui  amartha.com.

Tentang Norfund

Norfund adalah Dana Investasi Norwegia untuk negara berkembang. Misi kami adalah menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kehidupan dengan berinvestasi dalam bisnis yang mendorong pembangunan berkelanjutan. Norfund dimiliki dan didanai oleh Pemerintah Norwegia dan merupakan alat Pemerintah yang paling penting untuk memperkuat sektor swasta di negara-negara berkembang, dan untuk mengurangi kemiskinan.

 

Amartha Bocorkan Jurus Atasi Ketimpangan Ekonomi Desa di Forum Internasional

Jakarta, Beritapers – PT. Amartha Mikro Fintek (Amartha), sebagai pionir fintech peer-to-peer lending dengan fokus pada pembiayaan modal kerja dan pemberdayaan perempuan pengusaha mikro di desa, menerapkan strategi yang mengkombinasikan kegiatan online-offline untuk menjaga produktivitas mitra Amartha di masa pandemi covid-19.

 

Melalui kombinasi online-offline, Amartha mengoptimalkan penggunaan teknologi seperti penyediaan berbagai inovasi produk untuk mensejahterakan mitra salah satunya melalui aplikasi A+ (Amartha Plus) yang memfasilitasi berbagai layanan seperti WarungLoan, PPOB hingga belanja borongan. Sedangkan strategi offline (lapangan) dalam memberdayakan perempuan pengusaha mikro, selain memberikan akses pendanaan Amartha juga melakukan pendampingan dan pelatihan secara rutin seperti pelatihan alternatif usaha, pelatihan literasi keuangan hingga cek kesehatan gratis.

 

Andi Taufan Garuda Putra, CEO dan Founder Amartha dalam konferensi “Bridging the Gap to Protect and Create Jobs 2021” yang diadakan oleh Norfund mengatakan, “Amartha menerapkan beberapa strategi untuk beradaptasi dengan kondisi pandemi di Indonesia, salah satunya strategi yang mengkombinasikan kegiatan online-offline. Kami melihat, teknologi dapat menjadi solusi bagi mitra untuk tetap produktif dalam menjalankan usaha, terlebih di saat pandemi. Namun, dukungan dari Business Partner Amartha (tim lapangan) secara langsung di desa juga tetap diperlukan, mengingat tidak seluruh kegiatan dapat difasilitasi dengan digitalisasi”.

Strategi ini terbukti berhasil membawa Amartha untuk tetap menjaga kualitas pinjaman, yang dapat dilihat dari stabilitas angka NPL (non performing loan) sebesar 0,07% setelah Juni 2020. Serta, penyaluran dana yang mencapai 914 miliar rupiah di paruh pertama tahun 2021, atau tumbuh 35% secara year-on-year (yoy). Angka NPL yang rendah merupakan indikator bahwa mitra dapat melakukan pembayaran tepat waktu.

Pertumbuhan signifikan tersebut juga merupakan kontribusi dari Norfund, yang bergabung sebagai pendana korporat di Amartha sejak Juni 2021 lalu.  Amartha telah menerima pendanaan sebesar USD 7,5 Juta atau setara dengan Rp 107 Miliar dari Norfund untuk menyalurkan modal usaha serta memberdayakan perempuan pengusaha mikro di pedesaan dengan mendorong kegiatan usaha yang berkelanjutan (sustainable business).

Fay Chetnakarnkul, Investment Director Norfund dan Head of Asia regional Office dalam diskusi yang diadakan Norfund mengatakan, “Berinvestasi kepada institusi keuangan seperti Amartha merupakan langkah penting bagi kami di Norfund. UMKM di seluruh dunia mengalami keterbatasan dalam akses permodalan dan teknologi agar dapat berkembangang dan menciptakan usaha sendiri. Sektor informal sangat penting bagi perputaran roda ekonomi nasional, terutama dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Ada jutaan UMKM di negara-negara berkembang yang memiliki potensi besar. Namun, Norfund tidak bisa berjalan sendiri tanpa kerja sama dari perusahaan-perusahaan fintek visioner agar dapat menciptakan akses keuangan yang mudah dijangkau supaya UMKM dapat berpartisipasi dalam perekonomian formal di masa yang akan datang.”

Selama 10 tahun beroperasi, Amartha telah berhasil meningkatkan pendapatan Mitra sebanyak dua hingga tujuh kali lipat dan telah menciptakan lebih dari 87,000 lapangan pekerjaan informal baru di lebih dari 15,000 desa. Hal ini menunjukan bahwa sektor informal di Indonesia memiliki potensi dan determinasi yang tinggi jika diberikan akses terhadap permodalan dan teknologi.

Amartha menargetkan untuk dapat melayani satu juta mitra Amartha di Indonesia hingga akhir tahun 2021. Saat ini, lebih dari 719 ribu mitra telah bergabung di Amartha yang tersebar di berbagai daerah, yaitu di Pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.

“Di tahun 2021 ini, meskipun masih dalam kondisi pandemi, dengan mengimplementasikan strategi yang tepat, sistem skoring yang akurat, serta menjaga kualitas pinjaman dengan membidik sektor perdagangan, industri rumahan dan makanan, kami optimis dapat mendorong perekonomian di desa dan tumbuh bersama mitra Amartha”, pungkas Andi Taufan.