BOGOR (30/08) — Seiring dengan menurunnya level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di berbagai daerah, sejumlah sekolah menggelar pembelajaran tatap muka (PTM). Dalam aturan PPKM pemerintah pusat, sekolah tatap muka memang sudah bisa dilakukan di wilayah PPKM level 3, level 2 dan level 1. Aturannya adalah kapasitas maksimal 50 persen, dua jam dalam sehari, dan berlangsung dua kali dalam seminggu.
Ini artinya, PTM yang dilakukan masih terbatas. Keterbatasan PTM ini otomatis memangkas jam belajar para siswa. Berkurangnya jam belajar ini berpengaruh besar pada kegiatan membaca dan menulis atau literasi anak-anak Indonesia. Ditambah lagi, belajar secara daring membuat anak-anak semakin akrab dengan gawai ketimbang buku.
Berdasarkan data dari Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 menyatakan bahwa Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi. Ini berarti Indonesia berada di posisi 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Selain itu, menurut UNESCO (2019), minat masyarakat Indonesia untuk membaca dinilai sangat memprihatinkan, yakni dengan persentase hanya mencapai 0,001 persen. Itu artinya, dari 1.000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.
Karena itu di masa PPKM ini, orang tua dan keluarga sangat berperan penting dalam menumbuhkan minat baca anak-anaknya. Menumbuhkan minat baca ini bisa dimulai dari membacakan buku atau mendongeng, karena dongeng atau kisah selalu digemari semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Hal ini terungkap dalam webinar bertema “Mama, Buku adalah Sahabatku Saat Pandemi” yang digagas Miya’Z Script Agency pada Sabtu, 28 Agustus 2021 pukul 15:30 – 17:00 WIB lalu melalui aplikasi zoom meeting.
Dalam webinar ini, Nanang Purwanto (Kak Nanang), Direktur Penerbit Scritto Books yang juga narasumber acara mengungkapkan, orang tua adalah pendongeng paling ulung bagi anak-anaknya yang seharusnya dapat menstimulus minat dan kecintaan anak-anak pada dunia membaca dan menulis (literasi).
“Coba saja perhatikan, ketika orang tua mulai bercerita atau mendongeng, itu pasti anak-anaknya memperhatikan,” ujar Nanang dalam webinar yang dihadiri 50-an peserta dari berbagai usia ini.
Dalam sesi awal webinar yang dimoderatori oleh Vicky Taniady ini, dibuka dengan mendongeng atau story telling tentang “Asiknya Menanam Hidroponik” yang dibawakan oleh Rangga Wisnu (Kak Rangga), Konsultan Humanitarian di Kepramukaan Dunia (WOSM). Sesi mendongeng ini diiringi dengan gambar animasi menarik pada layar.
Selain membacakan buku, ada beberapa kiat yang dibagikan Nanang untuk menumbuhkan minat baca, yaitu menentukan motivasi untuk membaca buku, membuat daftar judul buku yang ingin dibaca, membeli atau meminjam buku, menyisihkan waktu untuk membaca buku, memilih tema buku yang diminati, memanfaatkan waktu menunggu (dalam antrian, dalam perjalanan) untuk membaca buku, buat games/challange dengan teman atau keluarga, dan mengikuti seminar/webinar tentang buku dan tulis-menulis.
Tidak sebatas kiat, dalam webinar ini para peserta pun ditantang untuk mendongeng secara spontan dengan imajinasi masing-masing berdasarkan gambar yang ditampilkan panitia. Pada sesi ini, para peserta dari berbagai usia sangat antusias untuk menjawab tantangan ini. Tentu saja ada hadiah menarik bagi peserta yang juara, yaitu Buku kumpulan cerpen anak berjudul “Aku Pejuang Corona”.
“Kemasannya menarik, dibawain dengan profesional tapi santai, jadi menyenangkan. Banyak manfaat juga, bisa lihat langsung simulasi strory telling yang menyenangkan,” ujar Tri Liliani Ulfa, ibu tiga anak asal Bandung yang merupakan salah satu peserta webinar.
“Menyenangkan, aku tidak bosan,” ujar Alea, salah satu peserta asal Madiun yang berusia 12 tahun.
Acara ditutup meriah dengan foto bersama dan ucapan terima kasih dari peserta dari penjuru Indonesia yang disampaikan sembari meninggalkan aplikasi zoom meeting