Bandung, 8 Oktober 2022 – Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia melakukan penanaman 170 pohon di Kawasan Konservasi Hutan Kamojang, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung pada Sabtu (8/10). Penanaman pohon ini termasuk dalam rangkaian Baka-Raya Project, yakni suatu kegiatan penjelajahan yang mengusung kampanye #PendakianNetralKarbon.
Selama Pendakian Netral Karbon yang diselenggarakan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kalimantan Barat pada Agustus lalu, Tim Baka-Raya Project mencatat & menghitung emisi karbon mereka agar kemudian dapat diketahui dengan pasti berapa banyak karbon yang harus diganti dalam tahap carbon offsetting. Carbon offsetting adalah sebuah upaya mengganti emisi karbon yang terlepas ke atmosfer dengan jumlah yang sama.
Tim Baka-Raya Project memilih untuk melakukan offsetting dengan cara menanam pohon. Pohon memiliki daya sekuestrasi karbon yang berguna dalam penyerapan kembali emisi karbon hasil dari kegiatan manusia agar tidak menumpuk secara berlebih di atmosfer bumi.
Bukan tanpa alasan Tim Baka-Raya Project menanam pohon jauh dari kampus UI di Depok. Kawasan Konservasi Hutan Kamojang ini dipilih sebagai lokasi penanaman pohon sebab merupakan wilayah yang memerlukan pemulihan ekosistem di sebagian lahannya yang rusak. Selain itu, dalam kawasan ini juga terdapat komunitas Yayasan Saung Monteng yang menjadi mitra Mapala UI dalam pengawasan pohon yang ditanam.
Ketua Pelaksana Baka-Raya Project Raditya Anggoro menjelaskan, “Kami wajib untuk memantau pohon yang kami tanam. Itulah mengapa kami memilih untuk menanam pohon sebagai penggantian karbon ini di Jawa Barat, meskipun pendakian kami dilaksanakan di Kalimantan Barat. Dengan menanam di Bandung, kami masih bisa datang berkala untuk secara langsung melakukan monitoring bersama Saung Monteng,”
Pengurus Yayasan Saung Monteng Bapak Yudi menyambut baik niat Tim Baka-Raya Project melakukan pengawasan pohon yang ditanam, “Untuk tiap pohon yang ditanam di Saung Monteng, kami akan memberikan informasi kepada penanam dalam jangka waktu 40 hari sejak pohon itu ditanam. Kami kabarkan terus, apakah pohon tersebut tumbuh sehat atau tidak,” ujarnya.
Bertolak dari Kampus Universitas Indonesia pada hari Jumat pukul 17.00 WIB dengan diantar Bis Kuning milik kampus, Tim beranggotakan 40 personel menuju ke Sekretariat Dinas Jasmani Militer Angkatan Darat (Disjasad) di Cimahi, Bandung. Sama seperti saat pendakian, kali ini Tim Baka-Raya Project kembali mendapatkan pendampingan dari Disjasad, tepatnya oleh Kolonel Infanteri Ivan yang mewakili Kadisjasad Brigjen TNI Aminudin S.I.P.
“Peran Disjasad adalah memberikan pembinaan jasmani dan olahraga yang selalu hadir di tengah-tengah masyarakat, sama halnya dengan kegiatan ini. Saya juga merasa ada kedekatan dengan rekan-rekan Mapala UI karena saya dulunya memiliki latar belakang pencinta alam,” ujar Kolonel Inf. Ivan.
Lepas dari Sekretariat Disjasad, Tim lanjut menuju ke Basecamp Yayasan Saung Monteng untuk bermalam. Keesokan paginya, Tim Baka-Raya Project bersama rekan-rekan Saung Monteng melaksanakan penanaman pohon di lahan seluas 440 m² yang berada di Ledok Tenggek, salah satu wilayah binaan Saung Monteng.
Dalam kesempatan ini, Tim menanam sejumlah 170 bibit pohon pulai dan pohon ki badak. Menurut pemaparan Pak Yudi, pohon pulai ini daya serap karbonnya cukup tinggi. Spesies pohon ini juga memiliki kemampuan untuk menyimpan air yang besar, begitu juga dengan pohon ki badak.
“Dulu kami masyarakat sekitar sini kesulitan air. Pada tahun 2014, kami pun berinisiatif menanam pepohonan sebagai sumber cadangan air. Dari situlah kemudian kami berkembang menjadi Yayasan Saung Monteng,” ujar Pak Yudi.
Bapak Nunuh selaku Kepala Unit Pembinaan Ketertiban Masyarakat Kepolisian Ibun menambahkan bahwa pohon pulai ketika berbuah nanti juga bisa menjadi sumber pakan bagi hewan liar.
Tak hanya penanaman pohon, Mapala UI pun melakukan penyerahan buku untuk Pesantren Drajat Al-Huda. Hal ini sejalan dengan salah satu program Baka-Raya Project, yaitu membangun rumah baca di tempat yang disinggahi, terutama di Desa Rantau Malam yang merupakan titik awal pendakian.
Pak Nunuh yang juga dikenal sebagai Manusia Pohon ini menyampaikan bahwa dua tahun lalu di Jawa Barat ada 700.000 hektar lahan kritis. Mengingat hal tersebut, beliau menegaskan, “Konservasi, kepedulian serta pengelolaan lingkungan, jangan sampai pernah terhenti,”
“Dengan adanya kegiatan karbon offsetting dari Mapala UI ini, saya takjub mendengar ada mapala yang menghitung emisi karbonnya. Semoga hal ini akan terus dilakukan oleh mapala dan pendaki lainnya juga sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh kita semua,” tutup Pak Nunuh.
Menanggapi hal ini, Ketua Mapala UI Magkma menyampaikan bahwa Mapala UI akan terus menjalin koneksi secara horizontal dengan institusi dan komunitas terkait dalam upaya berbagi pengetahuan dan kesadaran terkait krisis iklim. “Kami harap gerakan yang dimulai oleh Baka-Raya Project ini akan terus bergulir menjadi besar. Semoga nantinya akan muncul berbagai komunitas pendaki yang turut mengusung dan menerapkan netral karbon,” tambah Magkma.
“Kegiatan Baka-Raya Project masih terus berlanjut. Dalam waktu dekat kami akan meluncurkan kalkulator karbon untuk menghitung emisi karbon dari pendakian. Kalkulator ini akan diluncurkan dalam bentuk website dan nantinya bisa teman-teman pendaki gunakan untuk mempermudah penerapan netral karbon saat pendakian. Tak hanya kalkulator, website ini juga berisi berbagai info mendasar terkait netral karbon untuk dipelajari bersama.” tutup Radit.
Mitra & Pendukung
Kegiatan ini tentu tidak akan berjalan lancar tanpa kerja sama dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sintang, Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kodam XII Tanjungpura, Dinas Jasmani Militer Angkatan Darat, Kelompok Pendaki Fit@Fifty, PT Gramedia Asri Media, Perpustakaan Nasional RI, serta rekan-rekan Mapala Universitas Tanjungpura dan Kompass Universitas Kapuas Hulu.
Tentang Mapala UI
Mapala Universitas Indonesia adalah unit kegiatan mahasiswa taraf universitas. Berdiri pada 1964, organisasi ini aktif dalam kegiatan alam bebas serta penelitian yang bertema sosial, budaya dan lingkungan. Sebagai salah satu pelopor organisasi pencinta alam di Indonesia, dengan dimotori oleh 1085 anggotanya, Mapala UI terus berupaya responsif terhadap perkembangan zaman. Seperti dengan menginisiasi Pendakian Netral Karbon, yang menggabungkan semangat petualangan dengan kepedulian terhadap kondisi bumi saat ini.
Tentang Yayasan Saung Monteng
Yayasan Saung Monteng merupakan rumah komunitas dan atau tempat konservasi yang awalnya dibentuk atas keprihatinan masyarakat kaki gunung Rakutak, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Awalnya tercetus karena masyarakat setempat yang kesulitan air sehingga berinisiatif untuk mengumpulkan pohon sebagai media mencadangan air. Saung Monteng baru resmi berdiri sejak tahun 2019, namun para masyarakat sudah bergerak sejak tahun 2014. Total lahan yang berhasil direparasi hingga saat ini sebesar 41 hektar.