Tag Archives: Karbon

PLN Paparkan Penggunaan Biomassa di PLTU dalam Upaya Kurangi Emisi Karbon dan Berdayakan Ekonomi Masyarakat

Sharm El Sheikh, 7 November 2022 – Salah satu upaya untuk mengakselerasi pengurangan emisi karbon dunia adalah dengan mengurangi penggunaan energi fosil. Di sektor pembangkitan PT PLN (Persero) mulai mempensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) secara bertahap. Namun, dalam masa transisi energi, PLN menggunakan teknologi co-firing di PLTU sebagai upaya menekan penggunaan batu bara.

Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi menjelaskan saat ini PLN telah mengimplementasikan teknologi co-firing di 33 PLTU. Sedangkan pada dua sampai tiga tahun mendatang, PLN akan menambah lagi teknologi co-firing ini di 48 PLTU.

Evy menuturkan, teknologi co-firing ini dilakukan PLN tak sekedar mengurangi emisi. Melalui pemberdayaan masyarakat, teknologi co-firing ini juga mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam penanaman tanaman biomassa bahkan ada pula yang mengelola sampah rumah tangga wilayahnya untuk dijadikan pelet untuk bahan baku co-firing sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.

“Hingga saat ini, PLN sudah bisa memproduksi 653 GWh energi bersih yang dihasilkan dari biomassa, sehingga melalui teknologi ini PLN mampu mereduksi emisi karbon hingga 656 ribu ton CO2,” ujar Evy dalam gelaran Konferensi Perubahan Iklim (COP 27) di Sharm El Sheikh, Mesir, Minggu (6/11).

Dalam satu tahun, PLN membutuhkan 10 juta ton biomassa untuk bisa mengimplementasikan teknologi ini di PLTU. Jumlah ini setara dengan 12 persen komposisi biomassa pada satu PLTU. Harapannya, dengan langkah ini PLN bisa menurunkan emisi karbon hingga 1,1 juta ton CO2 per tahun.

Tantangan ke depan, kata Evy adalah memastikan pasokan biomassa untuk teknologi co-firing ini tercukupi. Untuk bisa mengamankan pasokan sejauh ini PLN telah mengantongi kesepakatan kerja sama dengan tiga BUMN, yaitu PT Perhutani, PT Perkebunan Nusantara dan PT Sang Hyang Seri.

“Kami juga bekerja sama dengan seluruh Pemerintah Daerah untuk bisa mengolah sampah kota untuk menjadi jumputan sehingga bisa menjadi bahan baku biomassa,” ujar Evy.

Pemerintah tak tinggal diam dalam mendukung rencana PLN ini. Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Nani Hendarti menjelaskan langkah yang dilakukan PLN sejalan dengan tujuan pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi karbon.

Nani menjelaskan untuk bisa mengembangkan teknologi ini, pemerintah Indonesia mendorong pengembangan hutan energi dengan memanfaatkan lahan idle untuk bisa ditanam tanaman energi. Selain itu, pemerintah juga mendorong stakeholder daerah untuk bisa mengelola sampah kota untuk menjadi biomassa dan memasok ke PLN.

“Tantangan ke depan adalah memastikan pasokan biomassa ini cukup untuk PLTU PLN. Saat ini kami sedang berkoordinasi lintas kementerian untuk bisa membuat aturan maupun payung hukum sehingga skema ini berjalan dengan baik dan dengan bahan baku yang ekonomis,” pungkas Nani.

Komitmen Percepat Transisi Energi, PLN dan 6 BUMN Jalin Kerja Sama Perdagangan Karbon

Bali, 20 Oktober 2022 – PT PLN (Persero) mendorong pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2030 dan mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 melalui kolaborasi dengan BUMN lain. Salah satu upaya mencapai target tersebut adalah dengan melakukan proyek pilot perdagangan karbon Kementerian BUMN Voluntary Carbon Market (KBUMN VCM).

Dalam aganda State-Owned Enterprise (SOE) International Conference di Bali pada Rabu (19/10), PLN beserta 6 (enam) BUMN lainnya menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan PT Biro Klasifikasi Indonesia selaku fasilitator pada proyek pilot perdagangan karbon.

Keenam BUMN tersebut ialah Perum Perhutani, PT Indonesia Asahan Inalum, PT Perkebunan Nusantara III (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan PLN berkomitmen untuk mendukung target pemerintah dalam upaya transisi energi. Adapun untuk menekan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sesuai dengan NDC pada 2030 sebesar 31,89 persen, PLN menyiapkan pengembangan 16 gigawatt (GW) pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2030.

“Tanpa adanya upaya signifikan, sektor ketenagalistrikan akan menghasilkan emisi CO2e sebesar 920 juta ton per tahun hingga 2060. Namun intervensi yang dilakukan PLN akan mempersiapkan Indonesia menjadi lebih bersih untuk generasi masa depan,” katanya.

Nantinya, BUMN yang mengikuti kerja sama ini mendukung pembentukan kapabilitas dan pilot project perdagangan karbon di lingkungan BUMN dan dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis, keekonomian, regulasi, dan ketentuan lainnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, BKI akan memfasilitasi diskusi antara pihak pembeli dan penjual melalui penandatanganan MoU dan/atau Emission Reductions Payment (ERPA).

Selain penandatanganan perjanjian kerja sama, pada agenda ini PLN juga menggagas peluncuran 3 program Business Matching  guna mengimplementasikan Green Energy Program oleh PLN yang terdiri dari Green Industry Cluster (GIC) di  Iskandar Muda Industrial Area (IMIA) dan 2 proyek PLTS terapung di Bendungan Gajah Mungkur dan Karangkates.

Selain itu, PLN bersama dengan Pupuk Indonesia juga telah menginisiasi IMIA di Special Economic Zone (SEZ) Arun Lhokseumawe melalui sebuah konsep industri hijau pada lahan seluas 120 hektare.

Netralkan Karbon Pendakian, Mapala UI Lakukan Penanaman Pohon

Bandung, 8 Oktober 2022 – Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia melakukan penanaman 170 pohon di Kawasan Konservasi Hutan Kamojang, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung pada Sabtu (8/10). Penanaman pohon ini termasuk dalam rangkaian Baka-Raya Project, yakni suatu kegiatan penjelajahan yang mengusung kampanye #PendakianNetralKarbon.

Selama Pendakian Netral Karbon yang diselenggarakan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kalimantan Barat pada Agustus lalu, Tim Baka-Raya Project mencatat & menghitung emisi karbon mereka agar kemudian dapat diketahui dengan pasti berapa banyak karbon yang harus diganti dalam tahap carbon offsetting. Carbon offsetting adalah sebuah upaya mengganti emisi karbon yang terlepas ke atmosfer dengan jumlah yang sama.

Tim Baka-Raya Project memilih untuk melakukan offsetting dengan cara menanam pohon. Pohon memiliki daya sekuestrasi karbon yang berguna dalam penyerapan kembali emisi karbon hasil dari kegiatan manusia agar tidak menumpuk secara berlebih di atmosfer bumi.

Bukan tanpa alasan Tim Baka-Raya Project menanam pohon jauh dari kampus UI di Depok. Kawasan Konservasi Hutan Kamojang ini dipilih sebagai lokasi penanaman pohon sebab merupakan wilayah yang memerlukan pemulihan ekosistem di sebagian lahannya yang rusak. Selain itu, dalam kawasan ini juga terdapat komunitas Yayasan Saung Monteng yang menjadi mitra Mapala UI dalam pengawasan pohon yang ditanam.

Ketua Pelaksana Baka-Raya Project Raditya Anggoro menjelaskan, “Kami wajib untuk memantau pohon yang kami tanam. Itulah mengapa kami memilih untuk menanam pohon sebagai penggantian karbon ini di Jawa Barat, meskipun pendakian kami dilaksanakan di Kalimantan Barat. Dengan menanam di Bandung, kami masih bisa datang berkala untuk secara langsung melakukan monitoring bersama Saung Monteng,”

Pengurus Yayasan Saung Monteng Bapak Yudi menyambut baik niat Tim Baka-Raya Project melakukan pengawasan pohon yang ditanam, “Untuk tiap pohon yang ditanam di Saung Monteng, kami akan memberikan informasi kepada penanam dalam jangka waktu 40 hari sejak pohon itu ditanam. Kami kabarkan terus, apakah pohon tersebut tumbuh sehat atau tidak,” ujarnya.

Bertolak dari Kampus Universitas Indonesia pada hari Jumat pukul 17.00 WIB dengan diantar Bis Kuning milik kampus, Tim beranggotakan 40 personel menuju ke Sekretariat Dinas Jasmani Militer Angkatan Darat (Disjasad) di Cimahi, Bandung. Sama seperti saat pendakian, kali ini Tim Baka-Raya Project kembali mendapatkan pendampingan dari Disjasad, tepatnya oleh Kolonel Infanteri Ivan yang mewakili Kadisjasad Brigjen TNI Aminudin S.I.P.

“Peran Disjasad adalah memberikan pembinaan jasmani dan olahraga yang selalu hadir di tengah-tengah masyarakat, sama halnya dengan kegiatan ini. Saya juga merasa ada kedekatan dengan rekan-rekan Mapala UI karena saya dulunya memiliki latar belakang pencinta alam,” ujar Kolonel Inf. Ivan.

Lepas dari Sekretariat Disjasad, Tim lanjut menuju ke Basecamp Yayasan Saung Monteng untuk bermalam. Keesokan paginya, Tim Baka-Raya Project bersama rekan-rekan Saung Monteng melaksanakan penanaman pohon di lahan seluas 440 m² yang berada di Ledok Tenggek, salah satu wilayah binaan Saung Monteng.

Dalam kesempatan ini, Tim menanam sejumlah 170 bibit pohon pulai dan pohon ki badak. Menurut pemaparan Pak Yudi, pohon pulai ini daya serap karbonnya cukup tinggi. Spesies pohon ini juga memiliki kemampuan untuk menyimpan air yang besar, begitu juga dengan pohon ki badak.

“Dulu kami masyarakat sekitar sini kesulitan air. Pada tahun 2014, kami pun berinisiatif menanam pepohonan sebagai sumber cadangan air. Dari situlah kemudian kami berkembang menjadi Yayasan Saung Monteng,” ujar Pak Yudi.

Bapak Nunuh selaku Kepala Unit Pembinaan Ketertiban Masyarakat Kepolisian Ibun menambahkan bahwa pohon pulai ketika berbuah nanti juga bisa menjadi sumber pakan bagi hewan liar.

Tak hanya penanaman pohon, Mapala UI pun melakukan penyerahan buku untuk Pesantren Drajat Al-Huda. Hal ini sejalan dengan salah satu program Baka-Raya Project, yaitu membangun rumah baca di tempat yang disinggahi, terutama di Desa Rantau Malam yang merupakan titik awal pendakian.

Pak Nunuh yang juga dikenal sebagai Manusia Pohon ini menyampaikan bahwa dua tahun lalu di Jawa Barat ada 700.000 hektar lahan kritis. Mengingat hal tersebut, beliau menegaskan, “Konservasi, kepedulian serta pengelolaan lingkungan, jangan sampai pernah terhenti,”

“Dengan adanya kegiatan karbon offsetting dari Mapala UI ini, saya takjub mendengar ada mapala yang menghitung emisi karbonnya. Semoga hal ini akan terus dilakukan oleh mapala dan pendaki lainnya juga sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh kita semua,” tutup Pak Nunuh.

Menanggapi hal ini, Ketua Mapala UI Magkma menyampaikan bahwa Mapala UI akan terus menjalin koneksi secara horizontal dengan institusi dan komunitas terkait dalam upaya berbagi pengetahuan dan kesadaran terkait krisis iklim. “Kami harap gerakan yang dimulai oleh Baka-Raya Project ini akan terus bergulir menjadi besar. Semoga nantinya akan muncul berbagai komunitas pendaki yang turut mengusung dan menerapkan netral karbon,” tambah Magkma.

“Kegiatan Baka-Raya Project masih terus berlanjut. Dalam waktu dekat kami akan meluncurkan kalkulator karbon untuk menghitung emisi karbon dari pendakian. Kalkulator ini akan diluncurkan dalam bentuk website dan nantinya bisa teman-teman pendaki gunakan untuk mempermudah penerapan netral karbon saat pendakian. Tak hanya kalkulator, website ini juga berisi berbagai info mendasar terkait netral karbon untuk dipelajari bersama.” tutup Radit.

Mitra & Pendukung

Kegiatan ini tentu tidak akan berjalan lancar tanpa kerja sama dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sintang, Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kodam XII Tanjungpura, Dinas Jasmani Militer Angkatan Darat, Kelompok Pendaki Fit@Fifty, PT Gramedia Asri Media, Perpustakaan Nasional RI, serta rekan-rekan Mapala Universitas Tanjungpura dan Kompass Universitas Kapuas Hulu.

 

Tentang Mapala UI

Mapala Universitas Indonesia adalah unit kegiatan mahasiswa taraf universitas. Berdiri pada 1964, organisasi ini aktif dalam kegiatan alam bebas serta penelitian yang bertema sosial, budaya dan lingkungan. Sebagai salah satu pelopor organisasi pencinta alam di Indonesia, dengan dimotori oleh 1085 anggotanya, Mapala UI terus berupaya responsif terhadap perkembangan zaman. Seperti dengan menginisiasi Pendakian Netral Karbon, yang menggabungkan semangat petualangan dengan kepedulian terhadap kondisi bumi saat ini.

 

Tentang Yayasan Saung Monteng

Yayasan Saung Monteng merupakan rumah komunitas dan atau tempat konservasi yang awalnya dibentuk atas keprihatinan masyarakat kaki gunung Rakutak, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Awalnya tercetus karena masyarakat setempat yang kesulitan air sehingga berinisiatif untuk mengumpulkan pohon sebagai media mencadangan air. Saung Monteng baru resmi berdiri sejak tahun 2019, namun para masyarakat sudah bergerak sejak tahun 2014. Total lahan yang berhasil direparasi hingga saat ini sebesar 41 hektar.

Karbon Biru Jadi Strategi Mitigasi Bencana di Indonesia

JAKARTA (27/6) – Indonesia tengah mempersiapkan implementasi karbon biru (blue carbon) guna mengurangi risiko bencana yang diakibatkan dari perubahan iklim. Indonesia sangat meyakini bahwa sangat penting untuk menciptakan laut yang sehat, aman, dan produktif untuk kesejahteraan bangsa melalui kebijakan pengembangan karbon biru.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Victor Gustaaf Manoppo menegaskan bahwa ada tiga strategi yang saat ini menjadi fokus Indonesia. Pertama, perluasan zona larang tangkap dalam pengelolaan kawasan konservasi laut, peningkatan efektivitas kawasan konservasi dan pemberdayaan masyarakat lokal di sekitar kawasan konservasi laut. Kedua, penguatan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan stok karbon biru. Ketiga, memperkuat sinergi pengelolaan karbon biru di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Hal ini disampaikan Victor pada Global Coalition for Blue Carbon (GCBC) yang merupakan agenda khusus dalam rangkaian konferensi kelautan dunia The 2nd Oceans Conference (UNOC) di Lisbon, Portugal pada Minggu (26/4). Melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia kini resmi bergabung dalam Global Coalition for Blue Carbon (GCBC) yang digagas oleh Perancis, Kolombia dan Kosta Rika.

Victor juga menyampaikan bahwa Indonesia menyambut baik seruan Perancis untuk bergabung bersama Global Coalition for Blue Carbon atau GCBC dan mendukung koalisi sebagai upaya global untuk mengelola ekosistem laut dan pesisir.

“Karbon biru, sebagai salah satu jasa ekosistem pesisir, berperan penting dalam implementasi kebijakan ekonomi biru. Secara nasional, melalui terbitnya Peraturan Pemerintah, laut atau karbon biru telah dipromosikan sebagai sektor baru yang akan berkontribusi pada Indonesia’s 2nd Nationally Determined Contribution (2nd NDC) tahun 2025. Untuk mencapai target ini, Indonesia mempersiapkan kondisi yang memungkinkan untuk implementasi karbon biru,” ujar Victor.

Perancis melalui Kementerian Luar Negeri telah mengundang Indonesia untuk mendukung deklarasi bersama pembentukan Global Coalition for Blue Carbon (GCBC). Perancis bersama Kolombia dan Kosta Rika telah memutuskan membentuk GCBC. Negara-negara yang akan bergabung di dalam koalisi ini diundang untuk menyampaikan dukungan secara resmi disela-sela UNOC 2.

Victor menambahkan, Indonesia meyakini GCBC berpeluang menjadi wadah kerja sama dan kolaborasi dalam pengelolaan ekosistem karbon biru, khususnya peran ekosistem dalam meningkatkan dorongan global untuk mencapai target mitigasi perubahan iklim, serta perannya dalam mengurangi risiko bencana.

“Namun demikian, Indonesia memiliki beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti, seperti bentuk organisasi GCBC, mekanisme keanggotaan, konsekuensi keuangan bagi negara peserta, status hukum perjanjian yang dibuat dalam koalisi dan mekanisme untuk mengenali dan menghubungkan target pencapaian koalisi dengan kondisi dan target nasional masing-masing negara anggota,” pungkasnya.

Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono untuk mewujudkan keseimbangan antara ekologi dan ekonomi melalui penerapan ekonomi biru.