Tag Archives: Resesi

Hadapi Prediksi ‘Gelap’ Tahun 2023, Bagaimana Langkah Investasi Nasabah High Net Worth?

Jakarta, 09 Desember 2022 – Habis gelap, terbitlah terang. Itulah harapan pelaku pasar pada 2023, di tengah banyaknya berita negatif tentang prospek suram ekonomi global. Investor reksadana masih dapat mencari peluang keuntungan investasi dengan mengikuti rekomendasi sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan.

Head of Investment Bareksa Christian Halim menjelaskan sejumlah sentimen penggerak ekonomi datang dari global dan domestik. Dari global, perlambatan inflasi dan meredanya efek perang Ukraina-Rusia menjadi sinyal positif pendukung ekonomi dan pasar tahun depan.

“Selain itu, Bank Sentral AS dapat mengubah sikap kebijakan atau pivoting bergantung pada data ekonomi tersedia. Hal ini menyebabkan kondisi pasar ke depan masih tidak pasti,” ujarnya.

Chris menjelaskan bahwa kenaikan tingkat suku bunga di negara maju seperti AS dan Eropa diproyeksikan mendorong perlambatan ekonomi. Di sisi lain, jika inflasi melandai dan kebijakan suku bunga mulai melonggar akan jadi sentimen positif untuk aset yang lebih berisiko seperti saham dan reksadana saham.

Proyeksi Tingkat Suku Bunga AS & Zona Eropa

 

Sumber: Laporan Riset Morgan Stanley

 

Hingga semester I-2023, menurut konsensus pasar, tingkat suku bunga acuan AS masih akan naik sebelum mencapai puncaknya di terminal rate 5,00-5,25% dari level saat ini 3,75-4,00%. Risiko resesi dibarengi dengan risiko geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina dan ketegangan China-Taiwan, serta berlanjutnya lockdown China juga diperkirakan masih akan membayangi ekonomi selama periode tersebut.

Namun, memasuki semester II-2023, investor diperkirakan dapat melihat inflasi yang lebih rendah dan stabil, sehingga muncul harapan terjadinya pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Bahkan tidak menutup kemungkinan, penurunan laju inflasi yang lebih cepat akibat perlambatan ekonomi global tahun depan dapat mendorong pemangkasan suku bunga yang lebih cepat oleh bank sentral global. Hal ini bisa berdampak positif bagi pasar saham maupun imbal hasil (yield) obligasi acuan, yang pada akhirnya dapat mendorong kinerja reksadana saham dan pendapatan tetap.

Di samping itu, Chief Investment Officer Jagartha Advisors Erik Argasetya menjelaskan sentimen domestik yang dapat menggerakkan pasar pada tahun depan adalah terkait kondisi politik. Menurutnya, menjelang pemilihan presiden baru, tensi politik memang terjadi, namun investor dapat melihat ‘berkah’ dari fenomena kampanye.

“Gelontoran dana kampanye yang sangat besar nilainya pada hilirnya dapat mendorong aktivitas ekonomi terutama sektor consumer goods. Terlebih, data historikal menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen baik rumah tangga maupun pemerintah cenderung mengalami akselerasi pertumbuhan menjelang dan selama penyelenggaraan pemilu.” jelas Erik.

 

Rekomendasi Investasi Reksadana

Erik menyarankan strategi yang dapat dilakukan oleh investor high net worth individual (HNWI) adalah dengan melakukan rebalancing portofolio mengingat adanya risiko perlambatan ekonomi global, yang bahkan dapat berujung pada ancaman resesi. Meskipun demikian, porsi tersebut tetap harus menyesuaikan dengan profil risiko dari investor.

Kemudian, seiring dengan penurunan yield yang mendorong harga obligasi di semester kedua, investor disarankan untuk menambah porsi reksadana pendapatan tetap berbasis Surat Berharga Negara (SBN).

Menurut pandangan Erik, memasuki semester II-2023, jika risiko resesi dan inflasi global semakin menurun, investor dapat menambahkan porsi investasi pada reksadana berbasis saham sektor properti dan infrastruktur yang saat ini masih tertinggal karena tertekan kenaikan suku bunga.

Kemudian, Managing Partner Bareksa Prioritas Citra Putri  mengingatkan investor HNWI untuk tetap melakukan diversifikasi di berbagai kelas aset untuk meminimalisir risiko dan aksi berjaga-jaga. Reksadana pasar uang nilainya cenderung stabil dan sifatnya likuid sehingga memiliki kemiripan seperti memegang uang cash.

“Investor yang risk averse dapat menambah alokasi dana di reksadana pasar uang. Sementara investor yang risk taker dapat menjaga risikonya dengan menaruh sebagian di pasar uang dan sisanya dialokasikan di reksadana saham maupun pendapatan tetap, atau dengan memilih instrumen reksadana campuran,” tambah Citra.

Kinerja Reksadana​

Daftar Reksa Dana Imbal Hasil (Return)
Reksa Dana Saham & Indeks YTD 1 Tahun
Sucorinvest Equity Fund 14,30% 14,96%
Allianz Alpha Sector Rotation 12,91% 9,91%
Allianz SRI KEHATI Index Fund 18,49% 15,31%
Reksa Dana Pendapatan Tetap 1 Tahun 3 Tahun
Syailendra Pendapatan Tetap Premium 7,46% 29,88%
Sucorinvest Stable Fund 6,39%
Reksa Dana Campuran 1 Tahun 3 Tahun
Sucorinvest Premium Fund 18,23% 51,18%
Reksa Dana Pasar Uang 1 Tahun 3 Tahun
Sucorinvest Money Market Fund 4,43% 17,35%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund 4,05% 16,47%
Syailendra Dana Kas 3,75% 14,62%

Sumber: Tim Analis Bareksa Prioritas, Return per NAV 2 December 2022

 

***SELESAI***

 

Disclaimer

Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.

Tentang Bareksa Prioritas

Bareksa Prioritas merupakan anak perusahaan platform e-investasi bareksa (www.bareksa.com). Bareksa Prioritas adalah platform Wealth Management Digital bagi Nasabah HNWI Pertama di Indonesia. Didirikan sejak 2018 sebagai kerja sama antara Bareksa Portal Investasi dan Jagartha Advisors, Bareksa Prioritas membantu nasabah memaksimalkan investasinya dengan pendampingan penasihat investasi secara intensif dan pengelolaan aset secara digital.

Tentang Bareksa

Bareksa adalah pioneer super app investasi di Indonesia, yang telah mendapat lisensi resmi sebagai Agen Penjual Reksa Dana dari Otoritas Jasa Keuangan sejak 2016. Kini, Bareksa menjual lebih dari 200 produk reksa dana dari 33 manajer investasi di Indonesia. Selain menjual produk reksa dana, Bareksa juga merupakan salah satu mitra distribusi yang dipercaya oleh Kementerian Keuangan RI untuk menjual Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Bareksa juga menyediakan berbagai layanan untuk penggunanya seperti: data market, konten, riset, analisis, news, dan banyak lainnya. Untuk lebih jelasnya, kunjungi www.bareksa.com dan instal aplikasi Bareksa.

 

Komisi IX DPR RI Apresiasi Kebijakan Kemnaker dalam Menghadapi Ancaman Resesi Global

Jakarta–Sejumlah anggota Komisi IX DPR RI menyampaikan apresiasinya terhadap berbagai kebijakan yang telah dilakukan oleh Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah.

 Apresiasi disampaikan saat Rapat Kerja Menteri Ketenagakerjaan dengan Komisi IX DPR RI di Gedung Nusantara I Senayan, Jakarta, Selasa (8/11/2022).

 Anggota Komisi IX, Haruna misalnya mengapresiasi Menaker yang berhasil menurunkan tingkat pengangguran paska pandemi Covid-19.

 “Saya kira ini formulasinya kalau perlu dicetak, Bu. Formulasi penurunan ini sangat luar biasa. Kita apresiasi Bu Menteri,” kata Haruna.

  Apresiasi juga datang dari anggota Komisi IX yang lain, Saniatul Lativa terkait berbagai kebijakan yang diambil Kementerian Ketenagakerjaan dalam menghadapi ancaman resesi global dan dampaknya bagi ketenagakerjaan.

 “Saya mengapresiasi dari kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh Kemnaker mengenai strategi dan kesiapan pemerintah dalam menghadapi ancaman resesi global tahun 2023 dan dampaknya dari sisi ketenagakerjaan,” kata Saniatul Lativa.

 Sementara anggota Komisi IX yang lain, Ade Rezki Pratama menyampaikan apresiasinya atas kebijakan Menaker yang berupaya agar tenaga kerja Indonesia mampu bersaing baik dalam kondisi normal maupun tidak normal seperti saat pandemi COVID-19.

 “Saya ingin memberikan apresiasi yang penuh kepada Bu Menteri dan seluruh jajarannya ketika selama ini sudah membuat konsep bahwa bagaimana nantinya tenaga kerja kita mampu bersaing di saat stabil maupun di saat badai yang luar biasa,” ucapnya.

 Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah menyampaikan bahwa Kemnaker telah menyiapkan beberapa kebijakan dalam menghadapi ancaman resesi global tahun 2023 dan dampaknya dari sisi ketenagakerjaan. Beberapa kebijakan Kemnaker ini bersifat adaptif, resilien, dan inklusif yang meliputi 5 pilar.

Pertama, reformasi pendidikan dan pelatihan vokasi. Kedua, optimalisasi sistem informasi dan layanan pasar kerja. Ketiga, perluasan kesempatan kerja. Keempat, jaminan sosial dan perlindungan tenaga kerja yang adaptif. Kelima, hubungan industrial yang harmonis.

Cegah Cemas Karena Resesi, Tabungan Emas Jadi Solusi

Jakarta, 03 November 2022 – Isu resesi di tahun 2023 marak diperbincangkan khalayak. Para pengamat ekonomi bahkan pemerintah memprediksi resesi ekonomi akan terjadi tahun 2023 mendatang.

Menanggapi fenomena tersebut Sekretaris Perusahaan PT Pegadaian Yudi Sadono mengatakan masyarakat harus mempersiapkan diri dengan menabung atau investasi emas sebagai bantalan menghadapi goncangan krisis. Pasalnya, Instrumen investasi emas masih sangat menjanjikan dan masih diburu oleh masyarakat sebagai alat lindung nilai (hedging).

“Alhamdulillah sampai dengan saat ini tren penjualan emas di Pegadaian mengalami kenaikan, terbukti jumlah nasabah Pegadaian naik per Oktober naik hingga 70% dari 117 ribu di Oktober 2021 menjadi 199 ribu per Oktober 2022. Sedangkan nilai pembiayaan secara year on year (YoY) juga naik mencapai 87% dari Rp 742 miliar menjadi Rp 1,38 triliun,” jelas Yudi

Tak hanya pertumbuhan Nasabah dan Pembiayaan, Yudi juga menambahkan masyarakat yang sudah mengakses Tabungan Emas Pegadaian juga terus tumbuh mencapai lebih dari 5,5 juta orang.

“Ini artinya, masyarakat sudah mulai aware terhadap emas, karena emas dapat menjadi perisai ketika terjadi serangan krisis. Selain harga emas tidak akan termakan inflasi, emas itu bersifat likuid atau bisa dicairkan kapan saja, tambah Yudi.

Pegadaian memberikan kemudahan berinvestasi bagi masyarakat dalam beberapa produk yang dimiliki Pegadaian. Pertama, Tabungan Emas Pegadaian. Mulai dari 10 ribu, masyarakat sudah bisa memiliki emas berkadar 99,99% dalam bentuk digital yang bisa di akses atau dibeli melalui aplikasi Pegadaian Digital.

Selain itu ada Cicil Emas. Masyarakat yang belum ataupun sudah berpenghasilan tetap bisa merencanakan keuangan dengan menyisihkan dana untuk uang muka yang sudah dikunci, sehingga harganya tidak akan berubah.

“Tak hanya Logam Mulia, Pegadaian juga menyediakan emas perhiasan yang disediakan oleh anak perusahaan Pegadaian yaitu Galeri24, jadi masyarakat bebas memilih instrumen investasi emas yang akan disimpan,” ucap Yudi.

 

Gelar Economic Outlook 2023, Bank Hana Siap Hadapi Tantangan Resesi Global

JAKARTA, 27 Oktober 2022 – Dalam rangka memberikan pandangannya terhadap berbagai tantangan ekonomi nasional dan global di masa depan, PT Bank KEB Hana Indonesia (Bank Hana), salah satu  perbankan terbesar di Korea Selatan, menggelar Hana Bank Economic Outlook 2023 di Jakarta pada Rabu, 26 Oktober 2022, dengan mengangkat tema “Potential Global Recession and its Impact to Indonesia”.

Acara ini terlaksana hasil kolaborasi Bank Hana dengan asosiasi perdagangan terbesar di Korea Selatan, The Korea International Trade Association (KITA), yang dihadiri oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu untuk menyampaikan keynote speech,  Presiden Direktur Bank Hana Park Jong Jin, dan jajaran direksi serta komisaris Bank Hana.

Hana Bank Economic Outlook 2023 merupakan kedua belas (12) kalinya diselenggarakan Bank Hana sejak 2010 yang dibagi menjadi dua sesi. Sesi Indonesia yaitu presentasi dari Ekonom Senior dari Universitas Indonesia dan Menteri Keuangan Periode 2013-2014 Muhamad Chatib Basri. Sedangkan sesi selanjutnya adalah Sesi Korea Selatan yakni presentasi Jung Yoo Tak dan Kang Mi Jung dari Departemen Riset Hana Financial Group bertemakan “Ekonomi Global dan Indonesia/Financial Forecast”, disusul presentasi Hong Yoo Young dari Korea International Trade Association (KITA) tentang “Responsif dan Pemanfaatan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Korea (Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement/IK-CEPA)”.

Presiden Direktur Bank Hana, Park Jong Jin, mengatakan Hana Bank Economic Outlook 2023 menjadi langkah penting perusahaan dan pemangku kepentingan lain untuk melihat berbagai tantangan ekonomi secara global ke depannya menjadi suatu kesempatan yang baik.

“Meski ada kelonggaran pada kebijakan pandemi Covid-19 pada tahun ini, ekonomi global 2023 akan terus berdampak karena adanya konflik geopolitik yang berkelanjutan dan pengetatan kebijakan moneter yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Mungkin kita akan menghadapi krisis, namun jika dapat memahami dan menanggapi dengan tepat, kita akan dapat mengatasinya. Sama halnya dalam mengatasi pandemi Covid-19, Bank Hana akan terus menjadi mitra keuangan yang terpercaya bagi seluruh masyarakat Indonesia,” kata Park Jong Jin dalam sambutannya di Hana Bank Economic Outlook 2023, Jakarta.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, pemerintah mengajak masyarakat untuk optimistis dalam memandang risiko dan ketidakpastian global yang sekarang terjadi. Karena selama delapan tahun terakhir, pemerintah bersama dengan masyarakat telah memupuk modal penting menciptakan pembangunan yang kondusif. Hal ini tercermin dalam APBN 2023 yang memfokuskan kepada agenda-agenda utama yakni SDM unggul, produktif, dan inovatif; akselerasi pembangunan infrastruktur khususnya dalam bidang energi, pangan, konektivitas, dan ICT; efektivitas reformasi birokrasi; revitalisasi industri dengan hilirisasi yang semakin kuat; dan pengembangan pembangunan ekonomi hijau.

Menurut Febrio, di tengah ketidakpastian global, Indonesia masih terus mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2023 pada 5,3%. Karena itu, pemulihan ekonomi ke depannya mesti semakin kuat dan berkualitas.

“Pandemi Covid-19 telah berdampak besar pada perekonomian global. Pergeseran risiko menjadi tantangan yang tidak kalah besarnya. Untuk itu, kami berharap Hana Bank Economic Outlook 2023 menjadi forum kondusif untuk melihat, menganalisis, memerhatikan peluang yang dapat diambil, memitigasi tantangan, dan menggali peluang–khususnya di bidang perbankan–supaya bisa berperan kuat dan berkontribusi dalam mempercepat pemulihan ekonomi, tidak hanya dalam jangka pendek tetapi juga dalam jangka panjang,” ujar Febrio.

Dalam pemaparannya, Ekonom Senior dari Universitas Indonesia, Muhamad Chatib Basri, memberikan gambaran bahwa resesi global tentu akan berpotensi memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia. Menurut dia, salah satu penyebab utama terjadi resesi global karena kenaikan suku bunga di Amerika Serikat yang baru diberlakukan belakangan ini. Akibatnya, ekonomi Amerika Serikat melambat dan secara langsung memperlambat laju perekonomian secara global. Salah satu yang terkena dampaknya adalah harga komoditas dan energi.  Indonesia menjadi negara yang bergantung dengan dua sektor tersebut juga tentu merasakan dampaknya.

“Ketika Amerika Serikat mengalami resesi, tentu ini akan berpengaruh terhadap perekonomian di negara lain, termasuk ekonomi Indonesia juga akan mengalami perlambatan,” kata Chatib.

Dia pun kembali menjelaskan, terpengaruhnya perekonomian Indonesia terhadap hal yang terjadi secara global setidaknya dari dua sisi. Dari sisi jalur perdagangan, resesi global akan mengakibatkan melambatnya ekspor Indonesia. Namun, share ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia relatif kecil yakni sekitar 25%, ini jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura, Korea Selatan, Malaysia, atau negara-negara lain yang berorientasi ekspor. Di samping itu, krisis geopolitik yang terjadi yaitu Perang Rusia-Ukraina, masih membuat harga batu bara relatif tinggi. Maka, Indonesia semakin tertolong karena dampak jalur perdagangan terhadap ekonomi negara relatif terbatas.

Sedangkan di jalur keuangan, Chatib melihat adanya tekanan terhadap mata uang Rupiah akibat menguatnya mata uang Dollar Amerika Serikat yang terjadi karena pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat relatif membaik dibandingkan Eropa serta kenaikan bunga yang dilakukan oleh bank sentral The Fed. Karena tekanan terhadap mata uang Indonesia ini pun kemudian akan terjadi dampak terhadap perekonomian Indonesia melalui balance sheet effect seperti firms, profit repatriation, dan kenaikan suku bunga.

“Apakah Indonesia akan masuk dalam resesi? Cara terbaik untuk tidak terdampak pada global adalah untuk tidak terintegrasi pada global. Karena itu, dampak dari perlambatan ekonomi global tergantung seberapa terbuka ekonomi Indonesia,” jelasnya.

Hong Yoo Young dari Korea International Trade Association (KITA) yang juga menjadi pembicara di Hana Bank Economic Outlook 2023 menegaskan bahwa pihaknya tetap berpegang dan berkomitmen kepada perjanjian penting yang telah dibuat antara kedua negara yakni Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Korea (Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement/IK-CEPA) yang telah dibuat sepakat dilanjutkan kembali sejak Februari 2019 lalu.

***

RESESI MENGANCAM DUNIA, BAGAIMANA INDONESIA?

World Bank Group President, David Mallpas, menyebut bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga dan tren ini diperkirakan akan berlanjut di tahun 2023. Kebijakan ini sebagai peredam inflasi yang terus menggeliat. Tapi, efeknya adalah pelambatan ekonomi, yang bisa berujung resesi di banyak negara. Perkiraan ini juga disampaikan Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, pada konferensi pers Senin, 26 September 2022, bahwa ekonomi global dan dunia akan memasuki jurang resesi pada tahun 2023.

Resesi adalah suatu kondisi dimana perekonomian negara sedang memburuk. Hal ini ditandai dengan menurunnya Produk Domestik Bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut. Konstraksi ekonomi ini menjadi tantangan buat pemerintah masing-masing negara, untuk bisa melakukan intervensinya melalui regulasi-regulasi yang pro dengan pertumbuhan. Tetapi di sisi lain, juga harus bisa mengendalikan inflasi dengan baik.

Kebijakan terkini yang menjadi tren masing-masing negara dengan menaikkan suku bunga acuan, untuk meredam inflasi, akan berakibat dengan tertahannya pertumbuhan ekonomi. Bank Central Inggris sudah menaikkan 200 basis poin sepanjang tahun 2022. Begitu pula dengan Amerika Serikat (AS) yang sudah menaikkan 300 bps sejak awal tahun 2022. Indonesia juga sudah membuat kebijakan moneter dengan 2 (kali) menaikkan suku bunga acuan, 25 basis poin pada Bulan Agustus dan secara marathon kembali menaikkan 50 basis poin pada bulan September.

ketika ekonomi global dan dunia sedang menghadapi potensi resesi, bagaimana dengan kekuatan ekonomi Indonesia? Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto Indonesia sebesar Rp. 16.970,8 triliun, masuk dalam 20 besar ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi tahun 2021 tercatat sebesar 3,69%. Tren pertumbuhan ini terus terjaga sampai dengan kuartal pertama Tahun 2022 yang mencapai 5,01% dan kembali naik di kuartal kedua menjadi sebesar 5,44%. Asumsi makro pemerintah, secara agregat pertumbuhan ekonomi bisa tercapai di kisaran 5,3%.

Dengan konstraksi ekonomi global yang sedang terjadi, efek ekonomi yang merembet ke dalam negeri terutama sisa ekspor-impor, kenaikan Harga Pokok Produksi (HPP) terutama yang terkait dengan bahan baku impor. Di sisi akibat kebijakan domestik, kebijakan fiskal adanya kenaikan pajak PPN dan kenaikan BBM Subsidi, serta kebijakan moneter meningkatnya suku bunga acuan, akan membuat tekanan terhadap daya beli, dan selanjutnya akan berimbas pada sektor manufaktur. Menariknya pemerintah sudah memitigasi efek jangka pendek menurunnya daya beli masyarakat ini dengan paket program Bantuan Langsung Tunai (BLT) selama 4 (empat) bulan ke depan, sejak kebijakan kenaikan harga BBM.

Untuk jangka pendek, ekspor akan mengalami konstraksi. Tetapi, justru dengan momentum ini, pemerintah harus mengakselerasi program hilirisasi dan peningkatan nilai tambah atas setiap komoditas unggulan yang dipunyai oleh Indonesia. Kebijakan pengetatan ekspor Crude Palm Oil (CPO), moratorium ekspor batubara, dan wacana ekspor nikel mentah pada tahun 2023 nanti, adalah bagian dari program cerdas pemerintah untuk mendapat keuntungan ekonomi jangka panjang. Nilai tambah atas komoditas-komoditas unggulan, termasuk tambang, pertanian, dan perikanan harus memberikan nilai ekonomi terbaik dan memberikan daya ungkit maksimal dalam perekonomian nasional.

Ada 2 (dua) hal yang harus dilakukan pemerintah untuk bisa mendorong perekonomian terus bisa tumbuh positif ketika ekonomi global sedang tidak menentu. Pertama, untuk jangka pendek, pemerintah harus bisa menjaga daya beli masyarakat sebagai penyumbang signifikan PDB Indonesia. Kedua, untuk jangka panjang, harus ada konsistensi upaya menaikkan nilai tambah dan hilirisasi. Pemerintah harus fokus dengan kegiatan ekonomi yang bisa mensubstitusi impor dan berorientasi pada ekspor yang sudah mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Perekonomian tidak bisa dibiarkan bergerak dengan bebas dan dengan sendirinya. Harus ada intervensi regulasi dari pemerintah agar perekonomian terus bergerak ke arah yang positif dan konsisten. Dengan sumber daya yang ada, dan konsistensi kebijakan dari pemerintah yang pro dengan pertumbuhan dan pemerataan, justru ekonomi Indonesia akan bertambah kuat ketika dunia dalam ancaman resesi ekonomi.

 

Magelang, 28 September 2022

Ajib Hamdani (Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi Apindo)