Jakarta – Kinerja industri hulu minyak dan gas bumi (migas) Indonesia di Kuartal III 2020 mampu mencapai target (revisi) yang ditetapkan, kendati rendahnya harga minyak dunia dan pandemi COVID-19 menekan kegiatan di lapangan.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto mengatakan, akibat COVID-19 dan harga minyak rendah, perusahan-perusahaan migas nasional, internasional maupun multinasional menunda belanja modal yang berakibat pada kemampuan supply di masa depan. “Namun dengan koordinasi yang erat dan kerja keras SKK Migas dan KKKS, dampak dari kondisi itu bisa kita minimalkan sehingga kita dapat mencapai target revisi yang ditetapkan,” kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto pada jumpa pers Kinerja Hulu Migas, di Jakarta, Jumat (23/10).
SKK Migas mencatat, hingga September 2020 lifting migas sebesar 1.689 ribu barel minyak ekivalen per hari (BOEPD) dengan rincian lifting minyak sebesar 706,2 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau 100,2% dari target Anggaran Pendapatan Negara Perubahan (APBN-P) sebesar 705 ribu BOPD. Sedangkan lifting (salur) gas sebesar 5.502 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 99,3% dari target APBN-P yakni 5.556 MMSCFD.
Realisasi ICP US$ 42/barel, atau lebih tinggi dari yang digunakan pada saat penetapan APBN-P sebesar US$38/barel, sehingga menghasilkan penerimaan negara sebesar US$ 6,99 miliar atau 119% melebihi target APBN-P sebesar US$ 5,86 miliar. Munculnya COVID-19 gelombang ke-2 diperkirakan akan menyebabkan ICP rata-rata per tahun sebesar US$ 40/barel, sehingga outlook penerimaan negara dari sektor hulu migas di akhir 2020 akan mencapai US$ 7,21 miliar.
Dwi menambahkan, pencapaian tersebut membutuhkan kerja keras SKK Migas-KKKS dan Pertamina untuk memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Negara. Semua pihak bekerja sama degan stakeholder untuk merealisasi investasi sehingga kegiatan investasi dapat direalisasi di lapangan, serta memaksimalkan lifting.
Realisasi investasi hulu migas sampai September sebesar US$ 6,9 miliar. Realisasi investasi terbesar dilakukan oleh seperti Pertamina E&P, CPI, Pertamina Hulu Mahakam, BP Berau dan Eni East Sepinggan. “Saat kondisi sulit seperti ini, tentunya Negara membutuhkan adanya perputaran ekonomi, kami yakin investasi hulu migas akan menciptakan multiplier effect bagi ekonomi Indonesia sehingga dapat memulihkan perekonomian,” lanjut Dwi.
Fokus Rencana Jangka Panjang
Untuk mengawal keberlangsungan kegiatan usaha hulu migas, SKK Migas mencanangkan 4 (empat) strategi untuk mendukung long term plan (LTP), yaitu Improving Existing Asset Value, Resource to Production (R to P), Enhanced Oil Recovery (EOR), dan eksplorasi. Hingga September 2020 telah berhasil diselesaikan survei seismik 2D di open area sepanjang 25.150 kilometer (KM) dan di wilayah kerja aktif sepanjang 1.779 KM sehingga total saat ini mencapai 26.929 KM. “Kita menunggu pemrosesan data hasil eksplorasi hingga hasil evaluasi bawah permukaan, apakah terdapat area terbuka yang layak ditindaklanjuti dengan melakukan pengeboran eksplorasi guna mencari sumber-sumber migas baru dalam dua hingga tiga tahun kedepan,” kata Dwi.
Selain itu, sepanjang 2020 telah dilakukan 11 pemboran sumur eksplorasi dengan sukses rasio mencapai 55%. Juga dilaksanakan pemboran sumur dengan target big fish-giant sebanyak 6 sumur wildcat dengan 2 sumur mengkonfirmasi penemuan.
Dwi menambahkan pihaknya tetap memprioritaskan kegiatan-kegiatan untuk menemukan cadangan migas baru. Hal ini sejalan untuk mencapai visi produksi minyak 1 juta BOPD dan 12.000 MMSCFD gas di tahun 2030.
“Kami tidak ingin merasa puas dengan capaian saat ini, untuk itulah kami memasang visi jangka panjang yang implementasi strateginya dilaksanakan sejak awal tahun ini. Meskipun dampak pandemi COVID-19 dan harga minyak yang rendah telah mengkoreksi pencapaian LTP sebesar 2,7% dan diharapkan tahun 2022/2023 sudah sesuai rencana awal kembali”, ucap Dwi.
SKK Migas juga berhasil mempercepat proses Plan Of Development (POD). Kegiatan ini merupakan upaya untuk mempertahankan cadangan migas secara berkelanjutan dengan target Reserve Replacement Ratio (RRR) mencapai 100 persen setiap tahunnya. Hingga September 2020 RRR telah mencapai 69,6% dari penyelesaian 15 POD dengan penambahan cadangan sebesar 514 juta barel minyak ekivalen (MMBOE).
Terkait dengan penyelesaian proyek migas, SKK Migas telah menyelesaikan 9 proyek dari 14 proyek yang akan onstream tahun ini. Dari kesembilan proyek tersebut, diperoleh tambahan produksi sebesar 3.182 BOPD dan 296 MMSCFD.
Melihat hal-hal tersebut Dwi optimis capaian target 1 juta BOPD tahun 2030 kemungkinan tidak banyak berubah, jika pandemi Covid-19 dapat dikendalikan mulai tahun 2021.
Upaya Penambahan Produksi WK Rokan
Heads of Agreement Wilayah Kerja (WK) Rokan yang telah ditandatangani pada 28 September 2020 memberikan ruang bagi SKK Migas untuk menjaga kelangsungan di WK Rokan hingga berakhirnya kontrak di 2021 mendatang.
“Target investasi di WK Rokan hingga Juli 2021 sebesar US$ 154 juta dengan rincian, untuk 2020 akan dilakukan pemboran 11 sumur dengan penambahan produksi sebesar 500 BOPD dan 2021 akan dilaksanakan pemboran 107 sumur dengan penambahan 5.000 BOPD,” kata Dwi. Jumlah sumur yang dibor akan bertambah seiring masuknya Pertamina Hulu Rokan di blok tersebut.
Dwi menambahkan saat ini SKK Migas berupaya menjaga agar alih kelola dan alih operasi WK Rokan berjalan lancar dengan membentuk Tim Transisi Rokan. “Tim saat ini sedang melakukan proses tender untuk melengkapi peralatan-peralatan maupun barang-barang yang diperlukan dalam melaksanakan proses pemboran sesuai dengan kesepakan HOA sehingga di akhir 2020 dapat dimulai,” ujarnya.
==============================================================================
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Susana Kurniasih
Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas
Telp : 0812-9136-1544