Jakarta, 8 November 2022 – Perlambatan ekonomi menjadi tantangan ke depan yang membuat fluktuasi pasar di kuartal keempat tahun ini. Menghadapi kondisi tersebut, Bareksa Prioritas — platform investasi hasil kerja sama Bareksa dan Jagartha Advisors yang melayani nasabah high-net worth individuals — merekomendasikan untuk tetap berinvestasi di instrumen rendah risiko sambil mengawasi peluang mengambil harga murah di kelas aset saham dan obligasi.
COO Bareksa Ni Putu Kurniasari menjelaskan bahwa pelaku pasar saat ini sedang menunggu data tingkat inflasi. Selain itu, investor juga tengah menanti kebijakan Bank Sentral AS The Federal Reserve untuk kembali menaikkan suku bunga acuan.
“The Fed diproyeksikan kembali menaikkan suku bunga acuan AS sebesar 0,75% menjadi 3,75%-4% untuk November 2022. Kebijakan Bank Sentral AS akan turut menentukan arah pergerakan reksadana saham maupun reksadana pendapatan tetap hingga akhir tahun,” ujar Putu.
Selisih Suku Bunga Acuan Bank Indonesia & The Fed
2022 | BI Rate | Fed Rate | Spread |
Jan | 3,50% | 0,25% | 3,25% |
Feb | 3,50% | 0,25% | 3,25% |
Mar | 3,50% | 0,50% | 3,00% |
Apr | 3,50% | 0,50% | 3,00% |
May | 3,50% | 1,00% | 2,50% |
Jun | 3,50% | 1,75% | 1,75% |
Jul | 3,50% | 2,50% | 1,00% |
Aug | 3,75% | 2,50% | 1,25% |
Sep | 4,25% | 3,25% | 1,00% |
Oct | 4,75% | 3,25% | 1,50% |
Sumber: Bank Indonesia, Tim Analis Bareksa
Pasar obligasi Indonesia terlihat mulai menyesuaikan (priced in) dengan proyeksi kenaikan Fed Rate tersebut dengan kenaikan yield (imbal hasil) saat ini yang mencapai 7,65%. Di sisi lain, yield acuan Obligasi Pemerintah AS kembali melandai dari kisaran 4,3% ke 4,1% saat ini, karena pelaku pasar melihat kenaikan suku bunga AS mulai terlihat dampaknya ke perlambatan ekonomi.
Sementara itu, pasar saham terpantau masih berfluktuasi, meski masih membukukan return (imbal hasil) positif sejak awal tahun. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih naik 6,63% sejak awal tahun hingga 21 Oktober 2022 dan mencatat kinerja tertinggi di Asia Pasifik dibandingkan bursa saham sejumlah negara Asia Tenggara lainnya yang negatif.
Kinerja dan Potensi Reksadana
Berdasarkan data Bareksa, rata-rata reksadana saham dan campuran membukukan kinerja positif sepanjang tahun berjalan (year to date). Per 21 Oktober 2022, Indeks Reksadana saham Bareksa naik 2,66% dan Indeks Reksadana Campuran naik 3,33%. Reksadana Pasar uang juga menguat 1,75%, hanya Reksadana Pendapatan Tetap saja yang turun 1,59%.
Grafik Perbandingan IHSG dan Indeks Reksadana Bareksa
Sumber: Bareksa.com
Menjelang akhir tahun, pasar biasanya akan identik dengan fenomena window dressing. Window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh manajer investasi untuk mempercantik portofolionya sebelum dipresentasikan kepada klien atau pemegang saham. Biasanya manajer investasi akan menjual saham dengan kerugian besar dan membeli saham dengan harga tinggi. Selain itu, window dressing juga dapat diartikan sebagai aksi yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempercantik laporan keuangan mereka. Window dressing umumnya dapat mendorong harga saham meningkat. Dalam 25 tahun terakhir, pasar saham AS cenderung menguat dengan probabilitas sebesar 72% pada 4Q22, sementara pasar saham Indonesia menguat dengan probabilitas sebesar 68% pada periode yang sama. Selain itu, belakangan ini masih banyak emiten di AS yang melaporkan kinerja keuangan di atas ekspektasi. Sehingga, fenomena ini pun juga diharapkan dapat memberikan sentimen positif terhadap pasar modal AS dan global, termasuk Indonesia.
Dengan mempertimbangkan adanya dua fenomena tersebut, Chief Investment Officer Jagartha Advisors Erik Argasetya menyarankan strategi yang bisa dilakukan oleh investor adalah dapat menambah alokasi portofolio mereka ke reksa dana saham. Meskipun, porsi tersebut tetap harus menyesuaikan dengan profil risiko dari investor. Jika profil investor konservatif, maka nasabah disarankan untuk tetap menempatkan dananya di instrumen reksa dana pasar uang dengan volatilitas yang sangat rendah. Sementara jika investor memiliki profil risiko yang agresif, maka nasabah dapat menambah alokasi pada reksa dana pendapatan tetap maupun saham. Meskipun begitu, investor masih perlu mengamati risiko yang membayangi di periode 4Q22, seperti dari kenaikan suku bunga bank sentral global, perang Rusia-Ukraina, serta hasil pemilihan kongres (midterm election) AS.
Erik Argasetya menambahkan bahwa IHSG berpotensi untuk melanjutkan kenaikan pada akhir tahun dengan target di kisaran 7,500-7,800. Hal ini bisa menjadi peluang bagi investor untuk memanfaatkan momentum kenaikan tersebut.
“Investor bisa mulai kembali melakukan akumulasi di reksa dana saham secara bertahap, dengan memanfaatkan peluang kenaikan pasar saham dengan adanya window dressing dan pembacaan laporan keuangan di akhir tahun.”
Sementara itu, Managing Partner Bareksa Prioritas Jimmy Teh mengingatkan investor HNWI untuk tetap melakukan diversifikasi di berbagai kelas aset untuk meminimalisir risiko dan aksi berjaga-jaga. Reksadana pasar uang nilainya cenderung stabil dan sifatnya likuid sehingga memiliki kemiripan seperti memegang uang cash.
“Semua profil risiko sebaiknya memiliki porsi di reksadana pasar uang yang cukup. Tidak hanya untuk mengurangi risiko, reksadana pasar uang dengan likuiditas tinggi bisa menjadi amunisi untuk masuk di kelas aset berisiko tinggi ketika pasar saham mulai reli,” jelas Jimmy.
Sebagai informasi, Bareksa Prioritas diperuntukkan bagi nasabah high net-worth segment dengan dana kelolaan minimum Rp 5 miliar. Berdiri sejak 2018, Bareksa Prioritas menyediakan berbagai layanan yang diperuntukkan bagi high net-worth segment mulai dari laporan riset, fitur teknologi Bareksa untuk Bareksa Prioritas, hingga customer loyalty program yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Akses konsultasi dengan penasihat investasi juga menjadi salah satu manfaat unggulan yang ditawarkan Bareksa Prioritas bagi nasabahnya. Sebagai penasihat investasi independen, pendiri Jagartha Advisors memiliki gabungan keahlian dan pengalaman selama 25 tahun, baik dalam asset management, private banking, wealth management dan penasihat investasi.
Mutual Fund Performance
Data per Tanggal 28 Oktober 2022
Daftar Reksa Dana | Imbal Hasil (Return) | |
Equity IDR | YTD (%) | 1 Yr (%) |
Sucorinvest Equity Fund | 16.70 | 18.84 |
Allianz SRI KEHATI Index Fund | 19.25 | 17.14 |
Sucorinvest Maxi Fund | 14.06 | 20.53 |
Fixed Income IDR | YTD (%) | 1 Yr (%) |
Sucorinvest Stable Fund | 5.23 | 6.51 |
Syailendra Pendapatan Tetap Premium | 6.24 | 7.16 |
Money Market | YTD (%) | 1 Yr (%) |
Sucorinvest Money Market Fund | 3.64 | 4.55 |
Syailendra Dana Kas | 3.02 | 3.68 |
Sumber: Bloomberg, Bareksa.com, Jagartha Research
*New Fund
***SELESAI***
Tentang Bareksa Prioritas
Bareksa Prioritas merupakan anak perusahaan platform e-investasi bareksa (www.bareksa.com). Bareksa Prioritas adalah platform Wealth Management Digital bagi Nasabah HNWI Pertama di Indonesia. Didirikan sejak 2018 sebagai kerja sama antara Bareksa Portal Investasi dan Jagartha Advisors, Bareksa Prioritas membantu nasabah memaksimalkan investasinya dengan pendampingan penasihat investasi secara intensif dan pengelolaan aset secara digital.
Tentang Bareksa
Bareksa adalah pioneer super app investasi di Indonesia, yang telah mendapat lisensi resmi sebagai Agen Penjual Reksa Dana dari Otoritas Jasa Keuangan sejak 2016. Kini, Bareksa menjual lebih dari 200 produk reksa dana dari 33 manajer investasi di Indonesia. Selain menjual produk reksa dana, Bareksa juga merupakan salah satu mitra distribusi yang dipercaya oleh Kementerian Keuangan RI untuk menjual Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Bareksa juga menyediakan berbagai layanan untuk penggunanya seperti: data market, konten, riset, analisis, news, dan banyak lainnya. Untuk lebih jelasnya, kunjungi www.bareksa.com dan instal aplikasi Bareksa.
Disclaimer
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.