Tag Archives: Lingkungan

Cegah Karhutla, Ini Langkah Pemerintah

Jakarta – Bila hukum ditegakkan, pembakaran yang dilakukan pihak perkebunan pasti terkendali. Harus ada solusi permanen, tidak perduli pada kondisi apapun.

“Sejak tahun 2019 telah ada 130 perusahan perkebunan sudah diperigati. Hingga kini bila ada titik api di perkebunan kita beri sanksi.” Hal tersebut terangkum dari pernyataan  Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema “Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan”.

Dilanjutkannya, untuk menyoroti pentingnya langkah-langkah tegas dalam menangani kebakaran hutan dan lahan.

“Perencanaan harus dilakukan secara benar dan terus menerus. Jangan hanya menunggu El Nino, karena tiap tahun kebakaran hutan terus terjadi,” tegas dia.

Dia pun menemukan beberapa kasus saat menindak beberapa perusahaan yang mendapatkan konsesi lahan. Di beberapa lahan yang masih belum selesai dengan masyarakat, perusahaan tidak melakukan pembukaan lahan sendiri meskipun mereka sudah memiliki anggaran untuk itu.

“Dia baru akan membayar masyarakat jika lahan sudah siap tanam. Sehingga akhirnya mereka bakar. Ini yang kita temukan. Seharusnya kejadian seperti ini cabut aja izinnya,” tegas Sutarmidji.

Maka dari itu, menurutnya pemerintah harus menjalankan empat langkah kongkrit untuk dapat mengatasi kebakaran hutan secara permanen. Pertama dengan langkah tegas memberi sanksi pembekuan izin dan atau denda yang sudah ditentukan nominalnya.

Kedua, melarang pemanfaatan lahan untuk jangka waktu tertentu, misalnya 10 tahun bagi lahan milik dengan luas tertentu. Ketiga, melakukan pemberdayaan masyarakat yang mengolah lahan tanpa bakar dengan jenis tanaman umbi-umbian yang panennya di atas 7 bulan dan tanaman sayuran.

“Dan terakhir, menyediakan Peta Topografi Ekosistem Gambut skala 1:50.000 sebagai bahan perencanaan letak/posisi pembuatan sumur bor,” lanjut Sutarmidji.

Di samping itu, Sutarmidji juga melihat Indeks Desa Membangun dapat digunakan sebagai salah satu pemacu bagi masyarakat untuk ikut aktif dalam menjaga kebarakaran hutan. Hal ini dikarenakan indeks ini mencakup 3 kategori, kekuatan sosial, ekonomi dan lingkungan.

Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Laksmi Dhewanthi mengatakan, kementeriannya telah melakukan upaya pencegahan dan penanganan secara sistematis agar bencana karhutla dapat diatasi secara permanen.

Solusi permanen yang diusulkan dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, penguatan analisis iklim dan cuaca yang dilakukan untuk memahami fenomena El Nino dan La Nina, serta elemen-elemen lainnya yang berpengaruh terhadap iklim dan cuaca.

“Dengan data dan analisis ini, early warning system terus dikembangkan untuk memberikan peringatan dini secara berkelanjutan. Selain itu, teknologi modifikasi cuaca juga digunakan untuk merencanakan curah hujan dan mengurangi kekeringan.”

Laksmi melanjutkan, kelompok kedua fokus pada operasional di lapangan dengan melibatkan patroli mandiri oleh Manggala Agni atau pemadam kebakaran hutan yang berada di bawah KLHK, serta patroli terpadu bersama aparat, pemerintah daerah, TNI, polisi, dan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengawasan dan deteksi dini serta respons cepat terhadap kebakaran.

Kelompok ketiga mencakup pengelolaan lanskap dan ekosistem, termasuk pengenalan praktik pengelolaan lahan tanpa membakar. Pengelolaan ini melibatkan perencanaan yang tepat untuk pengusahaan hutan dan perkebunan dengan membatasi penyebaran api dari satu area ke area lainnya.

“Selain itu, upaya penanganan asap lintas batas juga dilakukan dengan pendekatan serupa terhadap penanggulangan kebakaran hutan dan lahan lainnya. Pencegahan dan pemadaman diberlakukan sesegera mungkin dengan melibatkan pemberdayaan masyarakat dan penegakan hukum,” imbuhnya.

 

Waspada Kemarau

Di tengah ancaman kebakaran hutan yang masih mengancam, ada tantangan serius akibat kekurangan hujan yang signifikan di beberapa wilayahnya. Hal ini menjadi keprihatinan besar bagi Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto.

Dia pun mengusulkan beberapa langkah yang perlu diambil untuk menghadapi kondisi kekeringan yang semakin memburuk. Pertama, kita perlu menghemat air dengan bijak.

“Saat ini beberapa wilayah  memang sudah mencapai tahap kemarau, tetapi beberapa daerah masih diguyur hujan. Hujan ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga air tidak terbuang percuma begitu saja,” paparnya.

Selanjutnya, Guswanto menyoroti pentingnya melakukan langkah-langkah antisipasi. Salah satu langkah ini adalah melakukan pembasahan di wilayah yang memiliki gambut.

“Ini bisa dilakukan melalui penyiraman tanah secara teratur atau menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk memicu hujan buatan di wilayah tersebut,” lanjut dia.

Tindakan tersebut untuk menjaga kelembaban tanah dan mencegah terjadinya kebakaran gambut yang sering kali terjadi selama musim kemarau.

Di BMKG sendiri, dia menambahkan, pemanfaatan teknologi juga menjadi fokus dalam upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan. Pengamatan dari satelit digunakan untuk mendeteksi kebakaran dan memberikan peringatan dini. Ia juga menyoroti pentingnya pembasahan gambut di wilayah yang memiliki potensi kebakaran.

“Untuk mengantisipasi asap lintas batas, kolaborasi dengan negara tetangga harus dilakukan agar kebakaran tidak mengganggu wilayah mereka,” ucapnya.

Dengan pendekatan yang holistik, penguatan analisis iklim dan cuaca, operasional di lapangan, pengelolaan lanskap, serta penanganan asap lintas batas telah dilakukan untuk mencapai tujuan jangka panjang. Kerja sama dengan negara tetangga dan pemanfaatan teknologi juga menjadi faktor penting dalam upaya ini.

Semua pihak, termasuk pemerintah, korporasi, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menjaga kelestarian hutan serta mencegah terjadinya kebakaran yang merugikan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. []

Indonesia-Argentina Berlaga, Pegadaian Bersih-bersih Sampahnya

Jakarta – Laga persahabatan Indonesia-Argentina meninggalkan memori bagi pecinta sepak bola di tanah air. Meskipun Timnas Indonesia mengalami kekalahan 0-2 melawan Argentina, tetapi gelaran tersebut tetap memberikan kenangan indah, mengingat peringkat kedua tim berada di peringkat yang terpaut jauh. Selain kenangan indah, laga tersebut juga menyisakan sampah.

PT Pegadaian mengambil peran untuk peduli terhadap lingkungan sejalan dengan program “Memilah Sampah Menabung Emas” yang menjadi salah satu program unggulan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan. Pegadaian bersama Presidium Nasional Suporter Sepak Bola Indonesia (PN-SSI) membentuk “Tim Bersih Indah” melakukan aksi nyata membersihkan sampah di Gelora Bung Karno. Kegiatan dilakukan sebelum, saat dan setelah laga persahabatan berlangsung.

Direktur Utama PT Pegadaian Damar Latri Setiawan mengatakan, selain dapat membangun kesadaran masyarakat akan kebersihan di area publik, kegiatan ini juga sebagai wujud partisipasi perusahaan dalam mewujudkan keindahan lingkungan yang bebas dari sampah.

“Kegiatan ini merupakan aksi sosial yang bisa membawa dampak positif bagi kita semua, utamanya mengedepankan kepedulian pengelolaan sampah untuk mencegah kerusakan lingkungan dan ekosistem. Jika saja kegiatan seperti ini rutin dilakukan, maka tanpa kita sadari diri kita sudah menyelamatkan bumi untuk masa depan yang sehat bagi generasi penerus,” ujar Damar.

Sementara itu Kepala UPT Gelora Bung Karno, Bangun mengapresiasi partisipasi Pegadaian dalam kegiatan bersih-bersih sampah yang dilakukan bersama 200 relawan PN-SSI. Ia mengharapkan kolaborasi semacam ini dapat dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini mengingat setiap event yang digelar di GBK dan sekitarnya selalu menyisakan sampah.

“Peran Pegadaian dalam bersih-bersih stadion di laga persahabatan Indonesia-Argentina ini sangat berarti bagi kami. Kami berharap kerjasama ini dapat dilanjutkan di masa mendatang. Apalagi jika hasil bersih-bersih sampah ini dapat diimplementasikan dengan program Memilah Sampah Menabung Emas yang dilakukan Pegadaian. Hal ini tentu dapat memberikan manfaat lebih bagi kita semua”.

Sampah yang telah berhasil dikumpulkan oleh tim Pegadaian maupun relawan PN-SSI, langsung diserahkan kepada kepala penanggung jawab kebersihan GBK untuk kemudian di pilah dan dikelola sesuai dengan jenis sampah yang terkumpul. []

 

 

Keren, Bank Sampah Binaan Pegadaian Raih Penghargaan dari KLHK

Jakarta – Dinilai berhasil menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, Bank Sampah ASOKA V yang merupakan bank sampah binaan  PT Pegadaian di kota Makassar berhasil menjadi juara Bank Sampah Unit Terbaik 1 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka hari Lingkungan Hidup Sedunia (HLH) dengan tema Solusi untuk Polusi Plastik dengan mengusung kampanye #beatplasticpollution. Pemberian apresiasi pun diberikan karena Bank Sampah Asoka V Makassar memiliki kinerja baik dalam giat edukasi penerapan ekonomi sirkular dan penerapan konversi sampah menjadi emas di lingkungan masyarakat sekitar.

Dalam sambutannya, Menteri LHK Siti Nurbaya menyampaikan bahwa sampah merupakan masalah lingkungan yang serius dan bisa memberi dampak negatif bagi lingkungan, sosial, ekonomi maupun kesehatan. Oleh karena itu, Siti berharap penanganan sampah dapat menjadi fokus kita bersama agar lingkungan dapat terus lestari dan menciptakan kehidupan yang berkelanjutan.

Direktur Jaringan Operasi dan Penjualan PT Pegadaian Eka Pebriansyah mengapresiasi kinerja terbaik yang telah dilakukan oleh Bank Sampah ASOKA V Makassar. Melalui penghargaan ini, Eka berharap keberadaan bank sampah di tengah-tengah masyarakat dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan.

“Kami memberikan apresiasi atas kinerja terbaik Bank Sampah ASOKA V Makassar dan seluruh anggota Forsepsi binaan Pegadaian. Semoga keberadaan bank sampah di tengah masyarakat bisa menjadi kunci terciptanya kesadaran untuk lebih mencintai dan menjaga lingkungan dengan cara mengelola sampah yang lebih optimal. Kami terus berkomitmen untuk terus mendukung dan memberikan pendampingan untuk pengembangan bank sampah di Indonesia” jelas Eka.

Sementara itu, sebagai bentuk rasa syukur atas penghargaan yang berhasil diraih, Direktur BSU Asoka V, Faisal Baso pun sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Pegadaian dan Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia (Forsepsi) atas dukungan dan pendampingan yang telah diberikan kepada Bank Sampah Asoka V Makassar.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Pegadaian dan Forsepsi atas support yang luar biasa kepada kami, sehingga kami dipercaya untuk menjadi Juara I  Bank Sampah Unit Terbaik 1 di ajang penghargaan yang luar biasa ini. Semoga, penghargaan ini bisa terus dipertahankan dan menjadi inspirasi bagi Bank Sampah dan anggota Forsepsi lainnya,” ungkapnya. []

 

Nestle Indonesia Resmikan Rumah Pemulihan Material (RPM) Kelurahan Kebagusan, DKI Jakarta

Jakarta, 22 September 2021. Hari ini, Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Ir. Novrizal Tahar, IPM bersama dengan Plt Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan Drs. Isnawa Adji, MAP, meresmikan Rumah Pemulihan Material (RPM) di Kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan.

Pembangunan RPM ini merupakan salah satu rangkaian dari inisiatif Nestle Indonesia melalui program “Kebagusan Bijak Kelola Sampah” untuk mendukung penanganan sampah di Indonesia terutama di wilayah DKI Jakarta. Program ini merupakan wujud kolaborasi dengan Pemerintah Kelurahan Kebagusan dan Waste4Change untuk memberdayakan masyarakat yang berfokus pada partisipasi aktif dalam mengelola sampah secara mandiri dan bertanggung jawab.

“Saya sebagai Plt Walikota Administrasi Jakarta Selatan mengapresiasi PT Nestlé Indonesia dan Waste4Change yang sudah lama berkontribusi dalam mengedukasi dan mengaplikasi upaya pengurangan sampah pada sumbernya. Jakarta Selatan dengan permasalahan sampah 1500 ton perhari menyisakan masalah tersendiri, saya sangat senang PT Nestle Indonesia dan Waste4Change ikut ambil bagian dalam membantu pengurangan sampah pada sumbernya khususnya di Jakarta.

Selain ajakan memilah sampah, membuat bank sampah, saat ini Pemerintah kota Jakarta Selatan beserta 65 kelurahan sedang gencar membuat ecoenzym dan maggot. Harapan saya PT Nestle Indonesia dan Waste4Change terus bisa mengedukasi warga Jakarta Selatan dalam pengurangan sampah ” tutur Drs. Isnawa Adji, MAP, Plt Walikota Kota Administrasi Jakarta Selatan

Rumah Pemulihan Material merupakan sarana pengelolaan sampah masyarakat yang akan digunakan sebagai pusat pengumpulan sampah rumah tangga secara terpadu dari bank-bank sampah yang ada di wilayah Kelurahan Kebagusan. Dengan lahan seluas 195 m2 yang disediakan oleh Kelurahan Kebagusan, RPM Kebagusan menargetkan pengelolaan sampah anorganik sebanyak 1,3 ton per hari, dan melayani lebih dari 50.000 rumah tangga di Kelurahan Kebagusan.

Dr. Ir. Novrizal Tahar IPM, Direktur Pengelolaan Sampah, Ditjen PSLB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan, “Sejalan dengan ambisi pemerintah membangun pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan, pembangunan dan pengoperasian RPM diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman sekaligus mampu mendatangkan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar, khususnya di Kelurahan Kebagusan.

Kami mengapresiasi dan mendukung kerja sama multipihak ini sebagai kelanjutan dari upaya mengurangi ketergantungan kepada TPST Bantargebang yang umur pakainya akan segera berakhir. Saya percaya inisiatif ini juga dapat mempercepat terciptanya praktek ekonomi sirkular sebagai babak baru pengelolaan sampah di Indonesia.”

Program “Kebagusan Bijak Kelola Sampah” dilaksanakan sejak tahun 2019, diawali dengan sosialisasi dan edukasi mengenai sampah kepada masyarakat termasuk siswa-siswa sekolah dasar, dilanjutkan dengan pendirian dua bank sampah dan pembangunan fasilitas Rumah Pemulihan Material (RPM). Program ini dilakukan untuk memberdayakan masyarakat di Kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan yang berlokasi dekat dengan kantor pusat Nestle Indonesia.

Mohamad Bijaksana Junerosano, Pendiri Waste4Change mengatakan “Kami senang dapat bekerjasama dengan Nestlé Indonesia serta Kelurahan Kebagusan dalam upaya mendukung ambisi pemerintah dalam mengurangi limbah sampah di Indonesia sebesar 30% dan menangani 70% sampah pada 2025.”

“Sejalan dengan komitmen Nestlé untuk menjadikan 100% kemasan kami dapat didaur ulang atau digunakan kembali pada 2025, sekaligus mendukung ambisi pemerintah dalam mengurangi limbah sampah di Indonesia, Nestle Indonesia bangga bekerja sama dengan para mitra dan menjadi bagian dari solusi untuk mendukung ambisi pemerintah serta sebagai upaya kami mendukung terciptanya masa depan bebas sampah.

Kami berharap, fasilitas RPM ini dapat dimanfaatkan oleh warga kelurahan Kebagusan untuk mengelola sampah anorganik sebagai bagian dari dukungan terhadap program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi sampah yang dibuath ke Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu Bantar Gebang,” tutup Debora Tjandrakusuma, Direktur Corporate Affairs Nestle Indonesia.

Tentang Nestle Indonesia

Nestle Indonesia adalah anak perusahaan Nestlé S.A., produsen makanan dan minuman terbesar di dunia yang berkantor pusat di Vevey, Swiss. Sebagai perusahaan di bidang gizi, kesehatan dan keafiatan, Nestle telah beroperasi selama lebih dari 150 tahun dan hadir di 187 negara di seluruh dunia, dengan lebih dari 2.000 merek yang memiliki tujuan yang sama yaitu menggunakan potensi makanan untuk meningkatkan kualitas hidup setiap individu, saat ini dan untuk generasi mendatang.

Nestle Indonesia didirikan pada tahun 1971 dan mempekerjakan sekitar 3.600 karyawan. Nestlé Indonesia memiliki tiga pabrik di Indonesia yang memproduksi berbagai produk susu, makanan dan minuman dengan merek-merek terkenal seperti DANCOW, MILO, NESCAFE, LACTOGROW, CERELAC, KITKAT, BEAR BRAND, dan lain-lain.

Tahun ini Nestlé Indonesia memperingati 50 Tahun di Indonesia, dan kami bangga dengan pencapaian kami sebagai perusahaan yang sukses yang telah menciptakan manfaat bagi peternak sapi perah, petani kopi, mitra bisnis, pelanggan, konsumen dan masyarakat Indonesia. Kami bersemangat untuk maju bersama Indonesia!