Isu global terkait pemanasan global, perubahan iklim, serta pencemaran dan degradasi lingkungan yang terjadi di berbagai belahan dunia meliputi wilayah daratan, pesisir, dan lautan telah menjadi perhatian serius masyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat Indonesia. Permasalahan global tersebut tidak hanya mengancam keberlangsungan hidup manusia, tumbuhan, dan hewan yang ada di muka bumi dan di dalam lautan, namun lebih jauh dapat mengancam ketersediaan berbagai sumberdaya alam yang bahkan mungkin belum sempat termanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Isu dan masalah global yang komplek membutuhkan pengelolaan serius dengan berbasis pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini dan inovatif. Ini menjadi tantangan para ilmuan kelautan dan kebumian di dunia untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk mengulasnya lebih dalam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam rangkaian perhelatan Indonesia Science Expo (ISE) 2020 akan menyelenggarakan science webinar Talk to Scientists dengan tema “Ilmu Kelautan dan Kebumian untuk Keberlangsungan Hidup Manusia dan Lingkungannya” pada Selasa, 10 November 2020 melalui live streaming di kanal Youtube LIPI pada pukul 13.30 WIB
Berbagai program telah dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengantisipasi masalah global tersebut sebagai upaya mempertahankan kesinambungan hidup manusia dan berbagai sumberdaya alam yang ada di planet bumi ini. Program-progam tersebut bertujuan untuk menjembatani dan menyamakan pola pikir serta menjalin kerjasama berbagai negara untuk bersama-sama mengatasi permasalahan global tersebut (SDGs 17 Partnership for the Goals) tanpa melupakan aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dari masing-masing negara anggota.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Prof.Dr. Ocky Karna Radjasa menyampaikan bahwa, sebagai bagian dari tatanan masyarakat dunia yang beradab dan beretika, para ilmuan kelautan dunia perlu mengetahui, memahami, dan menjalankan program-program yang dicanangkan PBB tersebut, di antaranya adalah dengan menyelenggarakan dan mengikuti pertemuan ilmiah internasional yang membahas masalah kelautan dan kebumian. Beberapa program global dunia tersebut di antaranya: (1). UN- Sustainable Development Goal 14: Life Below Water (2). UN-Decade of Ocean Science for Sustainable Development (2021-2030); (3). UN-Convention on Biodiversity Vision on 2050 “Living in harmoni with nature”; (4). Revision United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) related to Biodiversity Beyond National Jurisdiction. “Program-program ini secara garis besar menjadi acuan untuk mengatasi berbagai masalah global yang berdampak pada keberlangsungan hidup manusia serta lingkungan hidup di sekitarnya termasuk lingkungan kehidupan di daratan, pesisir, dan lautan” ungkap Ocky.
Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI sekaligus Ketua Panitia ICOES, Dr. Hagi Yulia Sugeha menjelaskan bahwa perubahan iklim dan pencemaran lingkungan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap keanekaragaman hayati di perairan darat, pesisir, dan lautan. Ini adalah salah satu isu global yang penting dan menjadi perhatian masyarakat dunia saat ini. “Dampak buruknya tidak hanya telah dan masih akan dialami oleh biota perairan darat, pesisir, dan laut namun lebih jauh akan berdampak pula kepada keberlangsungan hidup manusia yang memanfaatkan sumberdaya alam tersebut untuk menunjang kelangsungan hidupnya di muka bumi”, sebut Hagi. Perairan Indonesia yang unik dan kompleks, sebagai pusat keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia, menjadi pusat perhatian para ilmuan kelautan dunia. Indonesia menjadi tumpuan harapan masa depan sumber pangan dan farmasetikal global dari laut. “Untuk itu setiap lapisan masyarakat harus peduli terkait permasalahn lingkungan yang muncul serta memahami manfaat dan pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati laut di Indonesia”, imbuhnya.
Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Dr. A’an Johan Wahyudi, mengungkapkan bahwa lingkungan laut dan pesisir sedang menghadapi ancaman global. Ia menyebutkan, suhu semakin naik karena pemanasan global, pH semakin menurun (asam) karena meningkatnya CO2, dan kelarutan oksigen yang menurun. “Dapat dipastikan bahwa semua ancaman tersebut akan berdampak pada biodiversitas dan ketahanan ekosistem laut,” ungkapnya. “Kegiatan riset, pengembangan, dan pengkajian sangat dibutuhkan saat ini, terutama agar kita bisa melakukan pengelolaan laut dan pesisir dengan baik (SDGs13 Climate Action dan SDGs 14 Life Below Water). “Apalagi jika kita lihat, 99% area laut yang dapat dimanfaatkan tidak didukung oleh pengetahuan dasar tentang potensi dan biodiversitas untuk keperluan pengelolaan yang lestari,” jelas A’an.
Di wilayah perairan darat, krisis sumberdaya air bersih (SDGs 6 Clean Water and Sanitation), masalah pengelolaan DAS, dan masalah tata guna dan tata letak lahan untuk pemukiman penduduk dan penataan kota (SDGs 11 Sustainable cities and communities), adalah masalah dampak antropogenik yang diangkat sebagai isu penting dalam conference nanti. Dr. Luki Subehi, peneliti dari Pusat Penelitian Limnologi LIPI menyampaikan bahwa beberapa pembicara undangan dalam subconference ICOES_Limnologi akan mengupas masalah tersebut lengkap dengan upaya penanggulangannya berbasis sains dan teknologi terkini”.
Sebagai penyokong kehidupan di darat, pesisir dan laut, beban planet bumi kita terus bertambah berat dari waktu ke waktu akibat aktifitas hidup manusia yang begitu pesat seiring perkembangan populasinya di muka bumi (SDGs 15 Life on Land). Beban berat tersebut masih ditambah lagi dengan kerusakan yang ditimbulkan oleh akibat bencana alam yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Dr. Anggoro Tri Mursito dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, melalui subconference ICOES_Geo Science, akan mengajak kita untuk mengenal lebih jauh tentang kondisi masa lalu, sekarang, dan prediksi masa depan dari planet bumi kita, serta bagaimana menanggulangi masalah yang muncul berbasis sains dan teknologi (SDGs 11 Sustainable cities and communities).
Sebagai informasi diskusi science, Webinar Talk to Scientsts akan menghadirkan pula narasumber: Prof. Dr. Zainal Arifin, (Profesor Riset bidang Oseanografi LIPI), yang juga adalah ahli kimia lingkungan yang mengkaji tentang pencemaran laut dan dampaknya terhadap kehidupan di bumi.
Sivitas Terkait : Yani Ruhyani