Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) sebagai subholding Pertamina yang mengelola bisnis refining and petrochemical (R&P) berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang tertinggi di tahun kelima sejak pembentukannya, yaitu EBITDA naik sebanyak 111% dibandingkan RKAP 2022 dan naik sebesar 194% dibanding tahun 2021.
Sedangkan untuk Net Profit lebih tinggi 163% dibanding RKAP 2022, dan naik sebesar 597% dibandingkan realisasi 2021. Hal ini disampaikan Direktur Utama PT KPI, Taufik Aditiyawarman, pada pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Tahun 2022 yang dihadiri oleh Direksi, Dewan Komisaris serta Pemegang Saham.
PT Pertamina (Persero) sebagai pemegang saham menyampaikan apresiasi atas pencapaian kinerja positif PT KPI khususnya peningkatan laba dan EBITDA. Pemegang Saham yang diwakili oleh Direktur Strategi, Portfolio dan Pengembangan Usaha Pertamina, A. Saliyadi Putra menyampaikan, ”Hasil kinerja positif ini diharapkan dapat menjadi model dan pendorong semangat untuk bekerja lebih baik lagi sehingga program-progarm kerja yang tertuang dalam RKAP 2023 bisa tercapai dan terlaksana dengan baik, terutama yang terkait dengan pengembangan usaha.” Saliyadi juga mengingatkan agar operasional perusahaan tetap mengedepankan aspek HSSE.
Keberhasilan kinerja keuangan tersebut ditopang oleh kinerja operasional antara lain meningkatnya volume Intake dan Produk Kilang sebesar 6% di atas target, tumbuhnya produksi Petrokimia sebanyak 36% di atas target sebagai bisnis masa depan khususnya di Kilang Balongan, Kilang Cilacap & Kilang TPPI, serta terpenuhinya seluruh kebutuhan nasional Avtur dan Solar dari Kilang Pertamina.
Kinerja positif tersebut juga didorong oleh program optimasi kilang serta efisiensi biaya operasional yang dilakukan selama tahun 2022. Hal itu dilaporkan Direktur Utama PT KPI, Taufik Aditiyawarman, saat RUPS di depan Dewan Komisaris dan pemegang saham.
Taufik mengungkapkan bahwa kinerja KPI tahun 2022 berhasil melampaui target yang tertinggi sepanjang PT KPI berdiri. ”Pencapaian kinerja KPI yang melampaui target ini merupakan bukti komitmen kami dalam mengembangkan bisnis refining & petrochemical sebagai satu industri energi yang menjadi tulang punggung perekonomian negara.”
Upaya untuk menghasilkan produk-produk bernilai tinggi dilakukan untuk meningkatkan angka Yield Valuable produk MFO Low Sulfur (untuk bunker kapal), produk-produk BBM, dan Petrokimia. Menurut Taufik hal ini berhasil menjadikan imbal hasil produk atau Yield Valuable Product (YVP) di atas target sepanjang sejarah Pertamina sebesar 81,9%, lebih tinggi daripada target pada RKAP sekitar 79,9%.
Selain itu, “Plant Availability Factor (PAF) yang merupakan indikator kehandalan operasi kilang terhadap perencanaan operasi juga berhasil kami tingkatkan menjadi 99,67% lebih tinggi daripada versi RKAP sekitar 99,2%,” jelas Taufik.
Faktor lain terkait efisiensi biaya operasi kilang, Taufik melanjutkan, adalah pemakaian energi yang dikendalikan hingga angkanya di bawah target RKAP. Indeks intensitas penggunaan energi untuk produksi di kilang atau Energy Intensity Index (EII) tercatat di angka 108,3, lebih baik daripada yang ditetapkan pada RKAP yang hampir sebesar 108,4. Untuk angka realisasi EII, semakin kecil angka index, menggambarkan kinerja yang semakin baik. Program yang dilakukan untuk penurunan EII antara lain utilisasi listrik dan gas eksternal serta peremajaan peralatan.
Pada kesempatan itu, Taufik juga melaporkan produk inovasi PT KPI yaitu Pertamina Renewable Diesel atau Green Diesel dari Kilang Cilacap yang telah dipasarkan di Market Domestik hingga Market Ekspor Eropa. Ultra Low Sulphur Diesel (ULSD) dari Kilang Balongan yang merupakan Diesel Ramah Lingkungan sulfur 10 ppm atau kualitas setara EURO V. Serta Marine Fuel Oil (MFO) Low Sulphur yang merupakan produk Bunker Kapal Ramah Lingkungan yang dihasilkan dari Kilang, serta yang dihasilkan melalui proses blending (Project Blending) dari Residue.
Proyek-proyek yang dilakukan subholding R&P selama tahun 2022 yang terus berjalan dan yang masih dalam tahap pembangunan yaitu Onstream Green Refinery Cilacap Phase 1 yang mampu memproduksi Green Diesel kapasitas 3 kbpd dari feedstock nabati RBDPO (Refined Bleach Deodorized Palm Oil), Onstream RDMP Balongan yang meningkatkan kapasitas Kilang Balongan dari 125 kbpd menjadi 150 kbpd, serta RDMP Balikpapan, dengan progress overall mencapai 58,41% di akhir 2022. Disamping juga Proyek Polypropylene Balongan yang telah memasuki penyelesaian pekerjaan BED (Basic Engineering Design) oleh Tuban Petro dan siap masuk ke tahapaan proyek selanjutnya, serta proyek Olefin TPPI yang saat ini sudah menyelesaikan pekerjaan BED dan Partial FEED (Front End Engineering Design).
”Kami optimis dapat menyelesaikan target-target yang ditetapkan oleh pemegang saham untuk tahun 2023 sehingga dapat memberikan kinerja yang lebih baik dari tahun 2022.” jelas Taufik. []