Jakarta, 25 Mei 2021 – Indonesia dan Uzbekistan sepakat membentuk Kelompok Kerja Bersama (Joint Working Group/JWG) untuk memaksimalkan hubungan ekonomi kedua negara. Dengan JWG tersebut, diharapkan Indonesia dan Uzbekistan dapat mengatasi hambatan dan mencari peluang memperoleh nilai tambah yang besar dari potensi masing-masing negara.
Demikian disampaikan Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Internasional Arlinda dalam kunjungan kerjanya mendampingi Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel beserta anggota DPR RI lainnya ke Uzbekistan pada 17–19 Mei 2021.
“Kedua negara sepakat membentuk JWG yang menyusun sektor dan bidang usaha yang perlu dikerjasamakan dan membuat perencanaan yang lengkap dengan target dan jadwal kegiatan. Kelompok kerja ini diharapkan akan bekerja harian, konkret, dan segera,” urai Arlinda.
JWG tersebut, lanjut Arlinda, akan terdiri atas Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, sejumlah kementerian teknis dan lembaga terkait lainnya serta dunia usaha. Kelompok kerja Indonesia diusulkan dipimpin Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sementara kelompok kerja Uzbekistan dipimpin Wakil Perdana Menteri/Menteri Investasi dan Perdagangan Luar Negeri Uzbekistan Umurzakov Sardor Uktamovich.
Arlinda menambahkan, forum bilateral yang sudah ada seperti Komite Konsultasi Bilateral (KKB) Indonesia-Uzbekistan dan Joint Commission Indonesia-Uzbekistan dan Policy Planning Consultation dianggap belum cukup. Untuk lebih mendorong perdagangan dan peningkatan ekonomi kedua negara, diperlukan mekanisme yang lebih best practice yang juga melibatkan lintas sektor, baik kementerian/lembaga maupun dunia usaha.
KKB Indonesia-Uzbekistan dipimpin pejabat setingkat Deputi Menteri/Dirjen Kementerian Luar Negeri kedua negara. Pertemuan terakhirnya adalah pertemuan ke-8 yang dilaksanakan secara daring pada 23 Juli 2020 silam.
Untuk mempercepat kerja-kerja teknis, rencananya akan segera ditunjuk unit Eselon I di Kemendag untuk menindaklanjuti pembentukan dan pelaksanaan JWG tersebut. Diharapkan kerja sama Indonesia dan Uzbekistan di berbagai bidang akan berjalan lebih baik, termasuk bidang perdagangan dan ekonomi.
Turut mendampingi Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto, Dubes RI untuk Uzbekistan dan Kyrgyzstan Sunaryo Kartadinata, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam, Direktur Utama Pupuk Kaltim Rachmat Pribadi, dan Kepala Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional Heryono Hadi Prasetyo.
Arlinda juga menguraikan beberapa potensi kerja sama perdagangan Indonesia-Uzbekistan. Pertama, Indonesia menghasilkan banyak produk agribisnis daerah tropis, seperti kopi, pisang, karet, dan crude palm oil (CPO). Ke depannya, peningkatan penggunaan energi terbarukan berdampak positif terhadap CPO sebagai salah satu biofuel yang cukup efisien.
Kedua, Uzbekistan membutuhkan buah-buah tropis, seperti pisang, buah naga, alpukat, dan kopi untuk konsumsi dan bahan baku industrinya. Diharapkan terjalin sister city antara kota di Uzbekistan dengan daerah-daerah penghasil buah-buah tropis di Indonesia.
Ketiga, Uzbekistan sebagai negara land lock (tidak memiliki laut) kerap bekerja sama dengan sejumlah negara yang memiliki pelabuhan, seperti Rusia. Saat ini, Uzbekistan tengah merencanakan pembangunan jalur transportasi berupa kombinasi rel kereta dan jalan raya, dari Uzbekistan ke Rusia dan dari Uzbekistan ke Afganistan hingga Pakistan. BUMN sektor konstruksi Indonesia berpeluang besar untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan di Uzbekistan.
“Masih terbuka luas peluang untuk memaksimalkan hubungan ekonomi antara Indonesia dan Uzbekistan. Selain karena kedua negara memiliki penduduk Islam terbesar, potensi ekonomi dan budaya keduanya juga sangat besar,” tandas Arlinda.
Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel yang memimpin delegasi Indonesia memaparkan, neraca perdagangan kedua negara masih defisit untuk Indonesia. Untuk itu, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan transaksi perdagangan ke negeri berpenduduk muslim ini. Indonesia banyak mengimpor bahan kimia untuk bahan baku pupuk dan mengekspor produk elektronika, buah-buahan tropis, hasil-hasil pertanian, karet, dan sebagainya. Sementara itu, Uzbekistan menawarkan kulit, sutera, dan kabel sintetis.
Perdagangan Indonesia-Uzbekistan
Uzbekistan merupakan negara tujuan ekspor ke-129 dan sumber impor ke-94 bagi Indonesia pada 2020. Perdagangan Indonesia-Uzbekistan mencatatkan nilai sebesar USD 31,1 juta pada 2020. Ekspor Indonesia sebesar USD 12,3 juta sementara impor Indonesia sebesar USD 18,8 juta.
Produk ekspor Indonesia ke Uzbekistan pada 2020 antara lain reception app (USD 3,8 juta), soap (USD 3,5 juta), refrigerators (USD 2,9 juta), natural rubber (USD 0,4 juta), dan medicaments (USD 0,3 juta). Produk impor utama Indonesia dari Uzbekistan pada 2020 antara lain mineral or chemical fertilisers (USD 12,6 juta), pulps of fibres (USD 5,3 juta), sulphates, alums (USD 0,5 juta), dried leguminos (USD 0,2 juta), dan other live animals (USD 9 ribu).
–selesai–
Informasi lebih lanjut hubungi:
Ani Mulyati
Kepala Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Perdagangan
Email: pusathumas@kemendag.go.id