Jakarta – BPPT hadirkan inovasi teknologi pangan olahan sagu berupa mie, dengan nama Sago Mee. Inovasi ini memberdayakan sumberdaya pangan lokal tanaman sagu yang melimpah, untuk diolah agar dapat memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan di Indonesia.
Kepala BPPT Hammam Riza mengungkapkan Sago Mee adalah implementasi dan hilirisasi dari teknologi yang dikembangkan oleh BPPT, khususnya dibidang pangan. Dimana setiap inovasi teknologi yang dikembangkan, diharapkan dapat memberikan kemanfaatan bagi masyarakat Indonesia.
“Luas lahan sagu Indonesia sebesar 5,43 Juta Ha merupakan yang terbesar di dunia. Kemudian konsumsi mie instan kita juga mencapai 12,6 miliar bungkus per tahun, hanya kalah dari Tiongkok. Dari dua potensi ini lah BPPT menghadirkan Sago Mee untuk memberikan nilai tambah dari komoditas sagu,” terang Hammam dalam acara Pekan Sagu Nasional 2020 yang digelar di Kemenko Perekonomian, Selasa (20/10).
Dirinya menambahkan mie instan yang beredar saat ini masih menggunakan terigu gandum impor, data tahun 2019 impor terigu gandum sebesar 11,3 juta ton.
“Sago Mee yang berbahan baku dari sagu ini dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku mie. Inovasi pangan ini juga turut menghela pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya daerah penghasil sagu, seperti Papua dan Papua Barat,” ujarnya.
Kepala BPPT mengapresiasi peran pemerintah dan industri dalam hilirisasi teknologi. Inovasi Sago Mee hasil perekayasa di BPPT dialih teknologikan kepada PT Bangka Asindo Agri untuk diperbanyak dalam skala industri. Kemudian, bekerjasama dengan Perum Bulog untuk melakukan hilirisasi kepada masyarakat untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia.
“Sago Mee merupakan wujud nyata dari ekosistem inovasi, bersama-sama dengan seluruh stakeholders mengawal inovasi teknologi, yang memberikan nilai tambah suatu komoditas, sampai kepada masyarakat,” kata Hammam.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan Bulog berperan sebagai promotor dan fasilitator produk Sago Mee beserta olahan sagu lainnya untuk mendukung program diversifikasi pangan demi terwujudnya ketahanan pangan di Indonesia.
“Dengan kekuatan pada jaringan hilir yang dikuasai Bulog, diperkuat jaringan penjualan penugasan PSO, serta jaringan komersial, akan mempermudah kami dalam melakukan penyebaran Sago Mee ke seluruh Indonesia,” terangnya
Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengapresiasi kerjasama yang terjalin antara BPPT, Perum Bulog, dan Industri dalam menghadirkan inovasi Sago Mee, Dirinya berpesan untuk melanjutkan program pangan sehat lainnya, khususnya sagu untuk mendukung program ketahanan pangan nasional.
“Komoditas sagu sudah dimasukkan dalam RPJMN 2020-2024. Pemerintah memandang sagu sebagai bagian yang penting dan strategis bagi ketahanan pangan nasional, terutama menghadapi krisis pangan yang diprediksi oleh FAO,” terang Menteri Agus.
Dalam rangka komitmen penguatan pangan sagu pada acara Pekan Sagu Nasional ini, juga dilakukan penandatanganan MoU antara Bulog dengan BPPT mengenai komitmen pengembangan dan penerapan teknologi untuk pengelolaan pangan lokal.
Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini adalah bersama-sama melakukan pengembangan, dan penerapan teknologi, yang meliputi namun tidak terbatas pada :
- Pengelolaan Agribisnis dan Agro Industri berbasis sumberdaya pangan lokal, secara efektif, efisien dan berkelanjutan dalam kerangka Sustainable Agribusiness Project;
- Pencanangan dan pengembangan ekosistem model klaster pangan mandiri berbasis sumberdaya pangan lokal;
- Pengelolaan sumberdaya pangan lokal dan diversifikasi produk turunannya;
- Rancang bangun industri tepung yang berasal dari sumberdaya pangan lokal dan produk turunannya; dan
- Sosialisasi, edukasi dan promosi pangan lokal serta produk turunannya.
Sago Mee, Mie Instan Sehat Dari Sagu.
Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB) BPPT Soni S. Wirawan dalam konferensi persnya menjelaskan Sago Mee merupakan mie instan berbahan sagu pertama di Indonesia dengan empat varian rasa, yakni goreng, ayam bawang, kari, dan laksa bangka.
Soni menjelaskan Sago Mee Sago Mee merupakan mie instan bebas gluten (gluten free). Makanan sehat dan baik untuk dikonsumsi bagi penderita diabetes, orang-orang yang diet gluten, dan orang-orang lanjut usia.
“Sago Mee ini memiliki indeks glikemik rendah, sehingga baik untuk penderita diabetes. Hebatnya, mie sagu ini memberikan efek kenyang, tanpa membuat gemuk. Cocok untuk yang diet,” terangnya.
Dari sisi karbohidrat, sagu ternyata memiliki kandungan karbohidrat sangat tinggi. Sedangkan terigu kaya akan gizi lainnya seperti protein, lemak dan sifat yang dapat mengembang. Sementara dari sisi keawetan, jika disimpan dengan kadar air sama, mie sagu akan lebih tahan lama dibanding mie terigu.
Tidak seperti yang diyakini masyarakat selama ini bahwa jika terlalu banyak mengkonsumsi mie akan berbahaya bagi usus, mie sagu ini sama sekali tidak berbahaya bagi usus. Kandungannya yang hanya terdiri dari karbohidrat, menjadikan mie sagu tidak memiliki efek negatif bagi usus.
“Bahan Sago Mee yang merupakan pati sagu ini diketahui mengandung resistant starch yang bertahan lama di usus dan bermanfaat bagi mikroba di usus. Bahkan bisa menjadi probiotik bagi usus, sehingga dapat melancarkan pencernaan,” jelas Soni.