Category Archives: Kuliner

Kreasi Usahawan dengan Go-Digital, Mengubah Bencana Pandemi Menjadi Peluang

Jakarta – Pandemi COVID-19 bisa dikatakan menjadi salah satu pengalaman yang paling tidak menyenangkan yang harus dihadapi para pelaku usaha tanpa memandang bulu. Baik pengusaha besar, tenar, ataupun lama, mengalami pukulan yang cukup berat di mana omzetnya turun drastis. Hal itulah yang dirasakan Ruth Nathania, COO pempek legendaris yang beroperasi lebih dari 33 tahun di kota Bandung yakni Pempek Rama. “Pada awal pandemi tahun lalu, omzet sempat turun. Untungnya, beberapa bulan sebelum pandemi, kami sudah mulai lakukan adaptasi digital, dengan menerima pesanan via online, promosi sosial media, endorse influencer, dan lainnya. Semua kami lakukan karena kami paham kalau hanya mengandalkan cara lama, bisa tenggelam. Padahal, secara rasa dan kualitas, kami tahu produk kami lebih baik. Jangan sampai hanya karena kalah “viral”, bisnis jadi turun. Ketika pandemi melanda, Pempek Rama memang terdampak, namun tidak sampai turun apalagi gulung tikar,” kata Ruth.

Bagi sebagian besar pelaku usaha kuliner, turunnya omzet terjadi akibat kebijakan pembatasan aktivitas di luar rumah. Terlebih, model bisnis kuliner sebagian besar memang mengandalkan penjualan offline dan makan di tempat. Namun Ruth berpikir, logikanya, para pelanggan Pempek Rama tetap ada, mereka hanya tidak bisa pergi untuk santap langsung. Pemikiran ini membuatnya makin mantap transformasi bisnis digital harus dipercepat.

Namun, go-digital ternyata tidak sebatas promosi di media sosial. Perlu banyak strategi yang dipersiapkan agar hasil go-digital bisa sesuai harapan. “Kami merasakan sendiri manfaat digitalisasi selain bisa tetap menjaga pelanggan lama, kami juga bisa ekspansi ke pelanggan baru secara signifikan. Sebetulnya dalam digitalisasi itu yang paling vital adalah pada pengelolaan pencatatan transaksi, ya. Itu mengapa keberadaan aplikasi seperti Qasir ini sangat dibutuhkan. Terlebih di era sekarang ini, saat orang lebih berhitung dalam pengeluaran operasionalnya,” kata Ruth.

 

Dampak digitalisasi juga terbukti telah mengantarkan Pempek Rama membuka dua outlet cabang baru di Kopo dan Summarecon Bandung. CEO Qasir Michael Williem mengatakan kisah sukses Pempek Rama yang bisa bertahan bahkan melakukan ekspansi di era pandemi COVID-19 sangat bisa ditiru banyak usahawan lainnya, kuncinya mau beradaptasi dan membuka diri untuk berinovasi dan memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya. Perlu diingat pula, hampir semua perusahaan besar yang ada sekarang berawal dari UMKM. Michael sendiri sudah sangat akrab dengan kisah perjuangan UMKM mempertahankan usahanya di tengah tantangan seperti persaingan dan krisis karena ia dibesarkan oleh orangtua yang juga menjalankan usaha mikro.

Michael mengatakan channel berdagang digital memang bisa membuka pintu peluang usaha bagi siapa pun. Kesadaran akan pentingnya go-digital juga sudah mulai marak dilakukan para pelaku UMKM baik pemain lama ataupun pemain baru yang mencoba peruntungan berusaha di tengah pandemi. Hal tersebut terlihat dari jumlah pengguna yang meningkat hingga lima kali lipat selama periode awal pandemi hingga saat ini dengan transaksi tercatat yang sebelumnya hanya di sekitar Rp 200 miliar menjadi lebih dari Rp 1 triliun.

Hingga kuartal pertama 2021, merchant Qasir didominasi oleh 76 persen usahawan di sektor kuliner, 16 persen pengusaha fashion dan sekitar 8 persen di bisnis salon dan kecantikan. Adapun lokasi terbanyak usahawan Qasir terbesar saat ini di area Jawa Barat 31 persen, Jawa Timur 26 persen, dan 21 persen masing-masing di area Jabodetabek dan Jawa Tengah.

Michael melanjutkan, pelaku UKM perlu mawas diri terhadap makna go-digital. “Go-digital bukan cuma soal iklan di media sosial dan marketplace, tapi mencakup keseluruhan strategi bisnis. Apakah sudah ada rekanan kurir yang baik, apakah kemasannya tahan banting ke area jarak jauh, kualitas rasa dan bentuk apakah bisa dijamin. Go-digital juga membuat persaingan lebih berat karena semua orang bisa masuk. Berdasarkan riset yang kami lakukan, untuk bisa survive setidaknya empat strategi penting yang dilakukan,” lanjut Michael.

Pertama, para usahawan harus kreatif membuat produk. Mulai dari menyajikan sesuatu yang baru dari produk yang sudah ada sebelumnya hingga benar-benar berinovasi dengan produk yang baru sepenuhnya.

Kedua, berdaya saing tinggi seperti menggunakan bahan baku yang berkualitas. Sebab kualitas produk akan dirasakan langsung oleh konsumen. Perlu diingat, go-digital sangat membuka ruang bagi konsumen untuk komplain terhadap produk yang diniagakan. Keluhan yang viral akan berdampak panjang pada reputasi.

Ketiga, harga yang kompetitif. Persaingan di arena digital sangat ketat. Alhasil terkadang perlu mengubah pola pikir profit oriented yang mengandalkan margin besar, menjadi margin kecil tapi menjual dengan kuantitas banyak dan berkesinambungan.

Keempat, pelayanan terbaik yang menitikberatkan pada kepuasan pelanggan. “Jika ada beberapa produk dengan kualitas dan harga yang sama, maka yang akan orang pilih adalah yang pelayanannya paling memuaskan. Untuk itu kami secara khusus juga bisa memberikan edukasi seputar bisnis baik itu melalui webinar, konten-konten pada media sosial dan website kami, bahkan pendampingan bagi merchant baru ataupun yang sudah lama,” kata Michael.

Kisah lain dipaparkan Fanny Supenda pemilik Cwie Mie Sam Ali yang didirikan di tengah pandemi. Bersama suaminya, ia nekat menjalankan bisnis dengan memanfaatkan dapur mungil di apartemennya. “Sejak awal menggunakan sistem pencatatan digital Qasir, kami tidak hanya mengandalkan sistem kasirnya saja, namun setiap ada kesulitan dan butuh saran bisnis, kami bisa konsultasi dengan tim Qasir kapan saja. Bahkan, tim Qasir tidak jarang membantu promosi usaha kami di platform sosial media mereka. Ini yang saya sangat apresiasi,” kata Fanny.

Dalam riset “e-Conomy SEA 2020” yang dilansir oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, ada aktivasi pengguna baru layanan ekonomi digital sepanjang tahun 2020 lalu sebesar 37% dari basis pengguna internet tahun 2019 sebanyak 264 juta orang. Adapun para pengguna baru tersebut 56%nya berasal dari daerah. Selain itu, riset tersebut juga mensurvei bahwa 93% pengguna baru tersebut minimal akan terus mengakses layanan ekonomi internet seperti kesehatan, e-commerce, transportasi, pengantaran makanan, media online, hingga hiburan dari ponsel dan laptopnya. Qasir menyimpulkan, gambaran tersebut sudah amat jelas menunjukkan potensi besar dari go-digital.

Ketua Asosiasi UMKM Indonesia Ikhsan Ingratubun mengatakan go-digital di saat seperti ini memang sudah jadi kewajiban dilakukan oleh para pelakunya. Sebab, meskipun memiliki keunikan dan pasar tersendiri, selama pandemi masih berlangsung, transaksi offline tidak akan bisa lancar seperti sedia kala. “Masalahnya teman-teman di daerah tidak banyak yang mengerti soal digitalisasi. Asosiasi buat juga rajin buat pelatihan, tapi tidak bisa menjangkau semuanya. Selain pemerintah, kalau ada perusahaan digital swasta yang bisa bantu tentu akan lebih baik,” katanya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira mengatakan pandemi akan membuat adanya gelombang UKM baru yang bermunculan karena banyak pekerja dari sektor formal yang terkena PHK. Momen ini, kata Bhima, bisa dimanfaatkan untuk menumbuhkan ekosistem kewirausahaan nasional. Menurutnya, pelaku UKM juga perlu mempersiapkan bisnisnya secara serius dengan berbagai persiapan. “Pendampingan dan pendanaan sangat diperlukan kehadirannya. Begitu juga digitalisasi yang memberi nilai tambah bagi UKM yang sangat positif,” ujarnya.

Michael Liem menambahkan, Qasir memang tengah menggali banyak peluang kerjasama untuk memaksimalkan layanan kepada merchant-merchant yang tergabung di ekosistem perusahaan. “Kami ingin usahawan makin terpacu untuk maju dan mengeksplorasi inovasi digital dan memperluas wawasan mereka soal dunia usaha. Jadi ketika bergabung di Qasir, kerjasama ini tidak berhenti pada adopsi hardware digital saja, tapi juga pengembangan mindset bisnis, persaingan usaha dan pastinya pengenalan pada beragam kemajuan teknologi. Ini yang tengah digodok oleh Qasir untuk bisa diberikan kepada rekan usahawan,” tutur Mike.

George Clooney Bersama Chiara Ferragni dan Tokoh Lainnya Bicara Soal Arti Kepedulian di Video Kampanye Made With Care da

JAKARTA, 18 MEI 2021 – Nespresso percaya bahwa kopi dapat menjadi salah satu sumber kebaikan bagi banyak orang, dan prinsip inilah yang dipegang oleh brand untuk program terbaru Nespresso dengan nama ‘Made with Care’.

Diresmikan hari ini, program ‘Made with Care’ dimulai dengan sebuah video yang ditayangkan di televisi dan media sosial, di mana brand ambassador Nespresso dan anggota Nespresso Sustainability Advisory Board (NSAB) George Clooney, bersama dengan beberapa sahabat Nespresso lainnya menjelaskan makna dari setiap cangkir kopi Nespresso, yaitu adanya kontribusi dan rasa kepedulian di setiap langkahnya.

Setiap cangkir dimulai dengan rasa kepedulian

Program ‘Made with Care’, seperti yang dijelaskan oleh Clooney, membawa nilai-nilai fundamental Nespresso di kehidupan nyata: proses pembuatan kopi berkualitas tinggi dapat menjadi karya seni sekaligus agen perubahan positif, ketika rasa kepedulian ditanamkan di setiap langkahnya. Prinsip ini ditanamkan di setiap nilai-nilai Nespresso – salah satunya adalah inisiatif Nespresso AAA Sustainable Quality Program yang dibuat untuk memastikan setiap biji kopi Nespresso berasal dari kualitas terbaik serta memperbaiki kualitas hidup para petani dan menjaga lingkungan. Prinsip yang sama juga ditanamkan di komitmen Nespresso untuk mencapai netralitas karbon di tahun 2022.

“Rasa kepedulian selalu ditanamkan di Nespresso,” ujar Anna Lundstrom, Brand Officer Nespresso. “Sebagai pelindung salah satu sumber daya alam yang berharga, terdapat filosofi yang tertanam dan dijaga di setiap kegiatan Nespresso. Kami berkomitmen untuk memberikan pengalaman kopi terbaik dan menjaga kelangsungan bumi dengan campur tangan manusia beserta kreativitasnya. Kami percaya bahwa menghasilkan produk berkualitas baik dan memegang  nilai-nilai secara teguh bisa dijalankan secara bersamaan.”

Berbagi nilai yang sama

Kerja sama yang telah dibangun sejak 2006 untuk program ‘Made with Care’ juga menggambarkan perpaduan nilai-nilai Nespresso dengan George Clooney, menunjukkan bahwa penggunaan brand ambassador juga dapat berkembang menjadi suatu hal yang memiliki nilai positif untuk berbagai aspek.

“Saya dan Nespresso memiliki passion yang sama untuk gerakan sustainability dan mendukung kemakmuran petani. Dalam satu tahun belakangan ini terlihat bahwa rasa kepedulian merupakan hal yang penting untuk menjaga kemakmuran dan ketahanan komunitas ini. Itulah kenapa saya senang bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki nilai yang sama dengan saya untuk gerakan ‘Made with Care’—mulai dari aktivis, selebriti, hingga petani-petani dan ahli kopi yang paling berdedikasi yang pernah saya temui. Bersama-sama, kami berkomitmen untuk menjalankan program sustainability yang adil supaya kita tetap bisa merasakan kopi berkualitas hingga di generasi berikutnya,” ujar Clooney.

Di video ‘Made with Care’, Clooney bersama dengan sekelompok partner Nespresso yang beragam menjawab pertanyaan “What is Care?”. Mereka menjelaskan bagaimana prinsip mereka masing-masing dapat disatukan melalui satu tujuan dengan dasar rasa kepedulian yang menjadi nilai utama dari Nespresso.

Arti dari rasa kepedulian

Di Nespresso, kualitas tidak datang karena adanya kesempatan, tetapi merupakan hasil dari pemilihan berbagai keputusan dan rasa kepedulian yang dijalankan Nespresso dalam setiap langkahnya.

Kepedulian untuk komunitas petani dan kesetaraan gender merupakan hal fundamental bagi Nespresso. Di dalam video terdapat beberapa kepribadian yang memiliki nilai-nilai yang sama dalam menghadapi isu-isu sosial. Mulai dari Fashion Designer Johanna Ortiz, hingga aktris keturunan Perancis-Rwanda dan filantropis Sonia Rolland, digital entrepreneeur Chiara Ferragni, hingga penyair dan aktivis keturunan Sudan-Amerika Emi Mahmoud, Nespresso dengan bangga berkolaborasi dengan tokoh-tokoh besar yang peduli akan kesetaraan dan inklusivitas.

Di dalam video juga menampilkan partner Nespresso dalam menjalankan program jangka panjang untuk sustainability. Mulai dari pekerja kreatif seperti koki asal Prancis Jean Imbert, yang menanamkan nilai ini di setiap karyanya, hingga ke individu yang mendedikasikan karirnya untuk menjalankan aksi keadilan dan sustainability, yaitu Dr. Nyagoy Nyong’o, Global CEO Fairtrade International, dan Tristan Lecomte, Founder of PUR Project, keduanya adalah anggota dari Nespresso Sustainability Advisory Board.

Menghargai nilai seni yang ditanamkan dalam pembuatan kopi berkualitas juga merupakan hal penting bagi Nespresso. Terlihat dari hubungan kerja sama Nespresso dengan berbagai seniman berbakat yang menggunakan talenta mereka sebagai wadah untuk menolong sesama, termasuk aktor Mark Chao dan pemain biola asal Perancis, Renaud Capuçon.

Terakhir, rasa kepedulian Nespresso di setiap cangkirnya juga ditanamkan oleh setiap orang yang bekerja di Nespresso. Kepedulian untuk kualitas, kepedulian untuk memberikan pengalaman bermakna bagi penikmat kopi, serta kepedulian terhadap sesama. Rasa kepedulian ini diwakilkan oleh Nespresso Head of Coffee Developmen Alexis Rodrigues, coffee specialist James Pergola, Agronomi asal Kolombia Juliana Correa, dan seniman kopi asal Nicaragua Cindy Romero dan Anderson Moran yang juga hadir di video program ‘Made with Care’.

Chiara Ferragni

Di video program ‘Made with Care’ juga hadir global digital entrepreneur, Chiara Ferragni, penikmat kopi sekaligus penggemar setia Nespresso. Perempuan yang dikenal dengan ide-ide disruptif, gerakan pemberdayaan perempuan, serta organisasi penggalangan dananya yang sejalan dengan prinsip-prinsip Nespresso, menjadikan Chiara  sebagai tokoh yang sesuai dalam program kepedulian ini.

“Selama satu tahun ke belakang, saya semakin yakin bahwa kepedulian yang sesungguhnya adalah melakukan hal-hal yang dapat mendukung komunitas kita. Bahwa kita akan lebih kuat jika menjalankan ini bersama-sama. Saya selalu kagum akan komitmen Nespresso dalam memilih sumber daya yang sustainable, dan saya bangga memulai kolaborasi dengan Nespresso untuk inisiatif penting ini dan saya sangat tidak sabar melihat hasil akhirnya nanti,” jelas Chiara.

Mark Chao

Di video ‘Made with Care’ juga hadir Mark Chao, aktor yang menggunakan suaranya untuk memperjuangkan kesehatan emosional. Chao percaya bahwa manusia harus dibantu untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, filosofi yang juga terrefleksi di cara Nespresso memperlakukan karyawan, para petani, serta kualitas dari pengalaman yang ingin diberikan untuk para penikmat kopi setiap harinya.

“Saya yakin bahwa rasa kepedulian yang sesungguhnya adalah melakukan apa yang kita bisa untuk membantu sesama. Saya bangga dengan hubungan jangka panjang saya dengan Nespresso dan saya juga sangat senang dengan kesempatan yang diberikan dengan menggunakan platform ini untuk menyebarkan energi positif dan menimbulkan perubahan positif,” jelas Chao.

“Made with Care” – untuk para penikmat kopi di seluruh dunia

Program ‘Made with Care’ akan disebarkan melalui televisi, media digital dan cetak, media sosial, serta di butik Nespresso, melalui media out-of-home dan website. Kunjungi akun YouTube Nespresso untuk melihat film dan konten kampanye program ini, termasuk cerita dari para petani kopi. Kami juga mengajak Anda untuk membagikan pendapat Anda tentag arti kepedulian di media sosial dengan tagar #MadeWithCare.

Coca-Cola Europacific Partners – Nama Baru Perusahaan Hasil Akuisisi Coca-Cola Amatil dan Coca-Cola European

Coca-Cola Amatil (Amatil) resmi bergabung dengan Coca-Cola European Partners per tanggal 10 Mei 2021, dan menggunakan nama perusahaan yang baru, yaitu: Coca-Cola Europacific Partners (CCEP).

Melalui proses akuisisi tersebut, Coca-Cola Europacific Partners akan menjadi perusahaan pembotolan Coca-Cola dan FMCG terbesar di dunia, dengan mempekerjakan lebih dari 33.000 tenaga kerja dan melayani lebih dari 2 juta pelanggan di 26 negara.

Damian Gammell, selaku CEO Coca-Cola European Partners menyatakan, “Kami sangat senang bisa menyatukan dua perusahaan pembotolan terbaik dunia dengan nama baru, yaitu Coca-Cola Europacific Partners.

Hal ini merupakan momen bersejarah bagi kedua belah pihak, dan nama baru tersebut merupakan cerminan jangkauan jejak geografis yang lebih luas dan seimbang, serta pengembangan kapabilitas dalam menjangkau konsumen di seluruh wilayah operasional kami. Sebagai satu perusahaan, kami dapat melangkah lebih jauh bersama-sama, mendorong pertumbuhan dan bergerak lebih cepat.

Bisnis kami dibangun oleh orang-orang dan layanan hebat, serta minuman pilihan yang berkualitas – dan hal ini dilakukan secara berkelanjutan sehingga menciptakan nilai yang berarti bagi semua pemangku kepentingan. Dengan rasa bangga kami menyambut rekan-rekan Amatil, para pelanggan, pemasok, dan mitra bisnis kami.”

Proses akuisisi telah diumumkan oleh Coca-Cola Amatil pada bulan Oktober 2020 lalu, dan telah disetujui oleh pemegang saham Amatil pada tanggal 16 April 2021. Pada tanggal 10 Mei 2021, nama perusahaan yang baru, Coca-Cola Europacific Partners akan resmi digunakan. Di Indonesia sendiri nama perusahaan yang akan digunakan adalah Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, dan akan tetap beroperasi dibawah entitas PT Coca-Cola Bottling Indonesia dan PT Coca-Cola Distribution Indonesia.

Perusahaan akan terus terdaftar di Euronext Amsterdam, Bursa Efek New York, Bursa Efek London dan di Bursa Efek Spanyol, dan akan terus diperdagangkan di bawah simbol CCEP.

Tentang Coca-Cola Europacific Partners

Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) adalah salah satu perusahaan FMCG (barang konsumsi) terdepan di dunia. Disini, kami memproduksi, medistribusi dan menjual berbagai merek yang disukai di dunia – melayani lebih dari 600 juta konsumen dan mendukung 1,75 juta pelanggan di 29 negara. Kami bergerak sebagai bisnis multinasional yang kuat dengan skala wilayah yang luas yang didukung oleh tim yang hebat serta pengetahuan dan layanan terhadap pelanggan dan komunitas yang kuat.

Perusahaan terdaftar di Euronext Amsterdam, Bursa Efek New York, Bursa Efek London dan Bursa Efek Spanyol dibawah simbol CCEP.

IWAK- IKAN GILING INDONESIA, Produsen Ikan Giling Beku Bersertifikat Halal di Indonesia

IWAK-Ikan Giling Indonesia (IWAK) secara resmi telah memperoleh Ketetapan Halal dari Majelis Ulama Provinsi Jawa Barat Indonesia No. 01031260590421 per tanggal 07 April 2021. MUI melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI Jawa Barat) telah melakukan pengujian, pembahasan dan menetapkan bahwa produk-produk IWAK-Ikan Giling Indonesia HALAL menurut Syariat Islam.

Sertifikat halal ini menunjukkan komitmen manajemen IWAK untuk memberikan produk ikan giling beku yang bermutu tinggi dan halal sehingga layak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Selain kehalalan dari produk, IWAK juga menjamin kehalalan dari bahan bakunya, proses produksinya dan menerapkan Sistem Jaminan Halal (HAS 23000).

“Kami komit untuk selalu memberikan produk yang berkualitas dan halal bagi para customer IWAK, dengan tujuan memberikan kepuasan dan kepercayaan dalam menggunakan produk-produk kami,” ujar Owner IWAK Terry Belinda. “Mutu dan sertifikat halal ini juga menjadi nilai tambah bagi IWAK agar kompetitif dan menjaga keberlangsung bisnis ,” tambah Terry.

Produk Ikan Giling Beku yang dimiliki oleh IWAK, antara lain; Ikan Giling Tenggiri Super (TGBL), Tenggiri standar (TG/STD), kulit tenggiri (KLT), kakap super (KP/SUPER), gabus (GBS), daging merah (DM), parang-parang (PRG) dan alu/tunul (ALU). ke depan produk IWAK akan lebih variatif lagi menyesuaikan kebutuhan pasar.

IWAK-Ikan Giling Indonesia yang didirikan di daerah Kawarang pada awal tahun 2020 oleh Pasutri Firlan dan Terry, saat ini telah memiliki lebih dari 10 distributor yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera, yaitu Bekasi, Bandung, Karawang, Cikarang, Cibinong, Tangsel, Cilegon, Jogja, Cirebon, Bogor, Prabumulih dan Palembang dengan kapasitas produksi telah mencapai kurang lebih 60 ton per tahun.

Keberadaan IWAK, selain komersil, juga telah membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga setempat, mendukung dan menumbuhkembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) di tanah air serta mendukung program pemerintah dalam pemenuhan gizi anak melalui program GEMARIKAN.

Public Relation
IWAK-Ikan Giling Indonesia

Ungguli 46 Aplikasi Dunia, Layanan GoFood di Gojek Raih Peringkat Nomor Satu sebagai Aplikasi Paling Ramah Pengguna dan Bermanfaat Semasa Pandemi

  • Lembaga riset global UXalliance, Usaria, dan Somia CX mempublikasikan hasil penelitian berjudul “Delivery Apps in Time of COVID-19: Global Benchmark” yang menyatakan bahwa aplikasi GoFood menempati peringkat nomor satu sedunia dalam hal ramah pengguna (User Experience / UX) dan terbaik ke-2 di kategori pengalaman pelanggan (Customer Experience/ CX) semasa pandemi COVID-19.
  • GoFood dari Gojek unggul diantara 46 aplikasi pengantaran terbesar dari 17 negara, termasuk UberEats, Walmart, Swiggy, dan Zomato.
  • Pencapaian ini semakin menggarisbawahi kepemimpinan GoFood sebagai layanan pesan-antar makanan dengan inovasi teknologi kelas dunia yang menghadirkan pengalaman kuliner terbaik sekaligus menyenangkan.

Jakarta – Super app karya anak bangsa Gojek lewat layanan GoFood meraih peringkat nomor satu sedunia sebagai aplikasi paling ramah pengguna (User Experience/ UX) dan terbaik ke-2 dalam pengalaman pelanggan (Customer Experience/ CX). Pengakuan ini diungkap dalam riset global independen oleh lembaga riset global UXalliance, Usaria[1], dan Somia CX[2] berjudul “Delivery Apps in Time of COVID-19: Global Benchmark”[3] (Aplikasi Pengantaran di masa COVID-19: Tolok Ukur Global). Penelitian tersebut bertujuan untuk memahami bagaimana COVID-19 memengaruhi pengalaman pengguna aplikasi dan layanan, serta mengidentifikasi kunci kesuksesan berbagai aplikasi di dunia beradaptasi selama pandemi. Riset dilakukan terhadap 47 aplikasi pengantaran belanja harian dan pesan-antar makanan di 17 negara di Eropa, Amerika, Afrika, Asia, dan Australia.

Dari semua aplikasi yang dinilai, GoFood mendapat skor 97% dalam kategori  keramahan pengguna (UX), skor 84% dalam pengalaman pelanggan (CX), serta skor sempurna 100% untuk peringkat kegunaan (usefulness rank). Riset menekankan bahwa GoFood dinilai sangat bermanfaat semasa pandemi COVID-19.

Catherine Hindra Sutjahyo, Chief Food Officer Gojek Group mengatakan, “Seperti halnya semua layanan di Gojek, pengalaman pelanggan yang menyenangkan merupakan fokus utama GoFood yang didasari oleh inovasi teknologi. Sesuai dengan semangat GoFood, #LebiHepi, perjalanan atas pengalaman yang menyenangkan kami tuangkan mulai dari pengguna menjelajahi kuliner di dalam aplikasi, memesan, hingga saat menerima makanan dari mitra driver. Terlebih di masa pandemi COVID-19 ini, kami terus mencari jalan agar layanan kami dapat mendukung para pengguna untuk beradaptasi sekaligus mampu menciptakan manfaat lebih bagi para mitra di ekosistem kami. Salah satu upaya utama kami adalah dengan mengembangkan inovasi teknologi dan menjadikannya solusi atas prioritas masyarakat saat ini, yaitu dalam hal kesehatan, keamanan, dan kebersihan. Hal penting yang turut kami sadari, kesuksesan kami tidak akan terjadi tanpa mitra driver dan mitra usaha sebagai bagian vital dari ekosistem GoFood. Peran dan keberadaan mereka yang menjadi salah satu pemicu bagi kami untuk terus berinovasi agar mitra kami tidak hanya dapat bertahan, namun tetap unggul dan melaju bersama selama pandemi ini. Hal ini kami wujudkan lewat berbagai inovasi seperti pengiriman tanpa kontak (contactless delivery) dan penambahan kategori siap masak (ready to cook), serta inisiatif pendistribusian kupon paket makanan untuk mitra driver yang disediakan oleh mitra UMKM GoFood. Kami sangat bangga dan berterima kasih, kerja keras kami diakui dan karya anak bangsa dapat menjadi yang terbaik di tingkat dunia.”

Secara spesifik, riset UXalliance, Usaria, dan Somia CX menyebutkan alasan di balik predikat GoFood sebagai aplikasi terbaik di dunia:

  • Komunikasi dan protokol kesehatan yang jelas, baik untuk mitra driver maupun mitra usaha GoFood
  • Mitra driver: desinfeksi kendaraan, distribusi produk sanitasi dan desinfeksi, titik pemeriksaan suhu tubuh di berbagai area, dan protokol pengiriman tanpa kontak.
  • Mitra usaha: Protokol pembersihan dapur dan wilayah operasional, perlengkapan perlindungan untuk koki dan staf dapur, protokol mencuci tangan dan pengukuran suhu tubuh.
  • Kepedulian terhadap kesejahteraan mitra di ekosistem, terutama mitra driver dengan menyediakan peralatan pelindung (masker) dan produk desinfeksi, serta menerapkan pemeriksaan suhu gratis di berbagai posko. Protokol ini juga terlihat di aplikasi seperti layar beranda atau di bagian “bantuan” dan “artikel.” Lebih jauh, manajemen dan pegawai Gojek turut menyumbangkan gajinya untuk membantu para mitra.
  • Adanya informasi dan rekomendasi kesehatan bagi pelanggan, yaitu dengan menyediakan bagian khusus untuk artikel terkait COVID-19; secara berkala memperbaharui protokol keamanan, informasi kesehatan, tips produktif di rumah; serta ajakan kepada pelanggan untuk berdonasi kepada mitra driver. Integrasi Gojek dengan Halodoc juga turut mempermudah pengguna mengakses tes COVID-19 secara cepat.
  • Dukungan terhadap peraturan pemerintah lewat kampanye Gojek #DiRumahAja yang mengimbau masyarakat untuk menjaga jarak dan memprioritaskan kesehatan bersama.
  • Kanal komunikasi yang efektif dengan adanya bagian “layanan penting” (essential services) di tampilan aplikasi, serta fitur Chat langsung antara pelanggan dan mitra driver dengan teks pesan otomatis yang memudahkan pengiriman tanpa kontak fisik langsung (contactless delivery). 

Riset ini dilakukan secara independen oleh UXalliance, Usaria, dan Somia CX terhadap aplikasi dan layanan bagian dari aplikasi, yang berfokus pada pengiriman makanan dan bahan pangan, kebutuhan sehari-hari, serta obat-obatan. GoFood berhasil unggul di atas aplikasi antar makanan terkemuka dunia seperti UberEats asal Amerika Serikat, Swiggy dan Zomato asal India, dan aplikasi dari jaringan supermarket raksasa Walmart asal Amerika Serikat. 

Diana Trujillo, UX Consultant, Usaria, pemimpin dari riset ini, menjelaskan latar belakang riset, “Di masa pandemi dan pembatasan sosial, aplikasi pengantaran mempunyai peran yang penting, khususnya untuk kehidupan di perkotaan. Oleh karena itu, kami ingin mencari tahu bagaimana aplikasi-aplikasi tersebut membantu (atau tidak membantu) kehidupan penggunanya. Di dalam riset ini, kami menilai bagaimana 47 aplikasi pengantaran di seluruh dunia beradaptasi dengan pandemi COVID-19, bagaimana mereka menyampaikan perubahan tersebut kepada pengguna, dan juga bagaimana mereka menjaga klien, bisnis, mitra driver, pemasok, dan semua orang yang terlibat di dalam ekosistemnya.”

Ketut Sulistyawati, PhD, Direktur Somia Customer Experience,yang merupakan bagian dari UXalliance di Indonesia, lebih lanjut menyatakan, “Kami sangat senang dan bangga bahwa di dalam studi benchmark ini Gojek, sebagai perusahaan Indonesia mempunyai performa terbaik dibandingkan aplikasi lain di dunia. Sudah sepatutnya Tim Gojek merasa sangat bangga atas hasil kerja kerasnya dan kami berharap Gojek terus dapat menciptakan pengalaman yang lebih baik dan solusi yang lebih bermakna untuk para penggunanya.”

“Sebagai pemimpin layanan pesan-antar makanan di Asia Tenggara, pengakuan ini menandakan milestone baru kami dan menjadi semangat untuk terus berinovasi dengan teknologi yang terus berfokus pada pengalaman pelanggan, mitra usaha, dan mitra driver. Selama COVID-19, inovasi kami baik secara teknologi seperti pengantaran tanpa kontak dan kategori layanan Siap Masak, maupun secara prosedur seperti protokol dan upaya kesehatan, kebersihan, dan keamanan untuk ekosistem secara konsisten menjadikan GoFood sebagai layanan yang dapat selalu diandalkan oleh para pelanggan,” ujar Catherine.

Secara keseluruhan dan sejak awal pandemi, Gojek telah secara konsisten menjalankan inisiatif dan protokol Jaga Kesehatan, Kebersihan, dan Keamanan atau dikenal dengan J3K[4] untuk memastikan seluruh ekosistem termasuk mitra dan pelanggan dapat tetap beraktivitas dan menjalani keseharian dengan produktif tanpa ada biaya tambahan.


1 UXalliance merupakan jaringan global yang terdiri dari 25 perusahaan konsultan User Experience (UX) terkemuka di dunia. Setiap tahunnya, UXalliance mempublikasikan satu penelitian internasional yang mengusung produk/ layanan/ industri tertentu. Usaria merupakan perusahaan konsultan UX di Kolombia dan Mexico yang memimpin riset “Delivery Apps in Time of COVID-19”.

2 Somia CX merupakan salah satu perusahaan konsultan yang berpartisipasi dalam studi ini yang secara khusus menilai aplikasi-aplikasi pengantaran dari Indonesia.

3https://usaria.mx/global-research/en/

4https://www.gojek.com/j3k/ 

Rolling Fork: Restoran Italia dengan Suasana Homey

Bali– Mencari makanan rumahan di Bali, terkadang menjadi suatu tantangan tersendiri bagi wisatawan, selain karena pilihannya banyak juga terkadang restorannya tidak memiliki suasana homey seperti tagline yang di tampilkan. Rolling Fork; restoran Italia yang berlokasi di area Pecatu dapat menjadi jawaban bagi Anda untuk dapat menikmati makanan rumahan ala Italia dengan suasana homey  yang membuat Anda dan keluarga nyaman.

Rolling Fork di inisiasi oleh Roberta Valentino, seorang chef yang berasal dari kota Roma, Italia pada bulan November 2013. Menyajikan masakan rumahan otentik ala Italia dengan ambience  dan suasana homey khas Bali. Bukan hanya kualitas bahan dan rasa yang menjadi keunggulan restoran ini, tapi di Rolling Fork kami menyajikan masakan kami dengan cinta, kesungguhan dan passion selayaknya kami menjamu Anda sebagai keluarga kami sendiri.

Berlokasi di Jl. Labuan Sait dan hanya berjarak 500 meter dari Pantai Bingin, restoran ini menempati bangunan tradisional joglo yang antik. Menu yang disajikan adalah makanan rumahan khas Italia seperti, SPAGHETTI ALLA CARBONARA, FETTUCCINE SALSICCIA & CICORIA dan LASAGNA BOLOGNESE. Tentunya bagi pecinta masakan Italia, wajib untuk mencoba berbagai varian menu Pizza; Anda bisa mencoba CAPRICCIOSA dengan perpaduan sempurna antara bumbu khas Italia dengan bahan bahan berkualitas tinggi tomat, keju mozzarella, arthichoke, black olives,  telur dan ham. Anda vegetarian? Jangan khawatir, Rolling Fork juga mempunyai menu khas, Anda bisa mencoba CALZONE VEGETARIANO, VEGANA atau NAPOLI.

Bagi yang datang untuk sekedar menikmati suasana atau bersantai, Rolling Fork juga menyediakan berbagai macam varian kopi seperti cappuccino, latte atau machhiatto. Selain itu tersedia juga berbagai minuman dingin non kopi, yang bisa Anda nikmati dengan pilihan dessert seperti TIRAMISU dan CALZONE NUTELLA.

Bagi Anda yang berkunjung ke bali, khususnya ke daerah Pecatu dan ingin merasakan suasana homey dan merazakan masakan otentik khas Italia, Rolling Fork adalah pilihan yang terbaik bagi Anda. Kami akan menyambut Anda seperti layaknya teman dekat dan bahkan keluarga kami sendiri. Benvenuto!